Gadis itu kembali termenung, mencoba meneguhkan diri untuk mengembalikan seluruh semangatnya 14 tahun silam. Saat ia terus berjuang, meski hanya tiga buah buku yang berhasil ia genggam, terasa bak memenangkan tiga piala champion. Tak peduli tangan mungilnya memerah berbekas cengkraman tali tampar, kaki berdarah saat terperosok, terseret lawan, ia kembali berdiri dengan senyuman, bahkan tawa yang lebih riang.
Pagi ini, di bawah kibaran sang merah putih, gadis itu mencoba kembali berdiri. Mencoba berjuang dengan segenap kemampuan, melawan kemalasan, ketidak percayaan diri, ketidak yakinan, ketakutan akan sebuah kekalahan, kegagalan.
Ia mencoba kembali berkecimpung dengan tombol-tombol hitam yang akan mengantarnya kepada mimpi yang sesungguhnya. Mengaduk-aduk sisa memori yang masih bisa terselamatkan. Menyusun bukit-bukit harapan yang terus terbentang. Biarlah tombol-tombol ini yang menjadi saksi perjuangan. Tak mudah, sungguh tak mudah ketika harus berperang dengan kemalasan yang ada pada dirinya sendiri. Bahkan lebih berat ketimbang saat terperosok jatuh di perlombaan tarik tambang. Tapi, gadis itu akan tetap berjuang dengan sisa semangat yang masih terlekat.
Dream~Pray~Action
Salam Semangat 45.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H