Mohon tunggu...
Istanti Fatkhul Janah
Istanti Fatkhul Janah Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Seorang Ibu dari satu anak yang mengabdikan diri sebagai pembelajar, pembaca manuskrip, pengagum kearifan lokal, pengeja prasasti, penulis kisah, penyuka budaya, penikmat senja, menjalani gaya hidup 'meaning full'~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Bebasan Jawa Kontemporer dalam Lirik Lagu Pop Jawa Karya Denny Caknan

1 Desember 2021   22:22 Diperbarui: 1 Desember 2021   23:46 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peribahasa Jawa pada hakikatnya menjadi bagian penting dalam pendidikan karakter untuk generasi muda. Dalam peribahasa mengandung banyak hal yang seharusnya dilakukan maupun dilarang. 

Yang menjadi masalah, dalam memahami peribahasa diperlukan konteks yang mendalam. Konteks tersebut adalah budaya, waktu, dan zaman. 

Namun orang Jawa sekarang banyak tidak memahami makna dan fungsinya. Peribahasa Jawa sendiri banyak sekali jenis-jenisnya, salah satunya adalah bebasan. 

Bebasan adalah unen-unen kang ajeg penganggone, mawa teges entar, ngemu surasa pepindhan. Kang dipepindhakake kaanane utawa sesipatane wong utawa barang. Wonge utawa barange uga katut ing sajroning pepindhan iku, nanging kang luwih diwigatekake kahanane (Padmosoekotjo, 1955 :40). 

Bebasan sendiri merupakan satuan lingual yang tetap pemakaiannya, mempunyai arti kias, mengandung makna perumpamaan. Yang diumpakan keadaannya atau sifat orang atau barang. Orangnya atau barangnya juga ikut di dalam perumpamaan itu, tetapi yang lebih diperhatikan keadaannya. Jadi, ciri bebasan adalah bentuk kiasan atau makna perumpamaan, yang diumpamakan keadaan atau barang. Yang dipentingkan keadaannya, tetapi kadangkadangjuga tindakannya (Triyono dkk, 1998:8-9). 

Era 4.0 disaat segala sesuatu berbasis IT dan moderinasasi, tentu saja eksistensi Bahasa Jawa khususnya bebasan menjadi sebuah tantangan. 

Bagaimana caranya bebasan sendiri dapat dikenal oleh generasi muda saat ini. Untuk bebasan yang sifatnya konvensional tentu sudah sangat jarang ditemui, tetapi untuk bebasan kontemporer masih sangat banyak sekali ditemu. 

Dalam Webinar Serial Seminar Nasional Linguistik yang digelar oleh Kanal Pengetahuan Fakultas Ilmu Budaya UGM pada 10 November 2021 lalu, Dr. Hendrianto menyebutkan bahwa saat ini munculah peribahasa Jawa termasuk bebasan, yang sifatnya kontemporer atau masa kini. 

Secara struktuk kalimat serta diksi berbeda, tetapi secara konsepsi tetap sama. Sementara belum ada kajian teoretisnya secara mendalam tetapi dilapangan banyak data ditemukan, salah satunya bebasan kontemporer dalam lirik lagu pop Jawa yang sedang hits.

Pada tulisan ini akan membahas eksistensi bebasan kontemporer dalam lagu pop Jawa yang dinyanyikan oleh Denny Caknan. Denny Caknan adalah penyanyi asal Ngawi yang beberapa tahun terakhir ini namanya sedang naik daun. Denny merupakan penyanyi pop Jawa yang digandrungi kaum milenial khususnya dan semua kalangan umumnya. 

Sepelas meninggalnya Lord Didi Kempot, Denny digadang bisa menggantikan posisinya menjadi penyanyi berbahasa Jawa. Bebasan kontemporer yang terkandung dalam cakepan lagu tentu saja juga memiliki amanat atau pesan moral yang disampaikan, antara lain:

1) Ambruk cagakku nuruti angan-anganmu (Kartonyono Medhot Janji)

Lagu yang berjudul Kartonyono Medhot Janji ini debut pada tahun 2018. Melalui lagu ini, nama Denny Caknan melambung. Lagi ini di upload melalui channel Youtube dan sudah ditonton lebih dari 228 juta lebih  penonton per tanggal 19 November 2021. Kartonyono sendiri adalah sebuah tempat di Ngawi, Jawa Timur. 

Lagu ini menceritakan sepasang kekasih yang putus cinta karena laki-laki sudah terlalu lama bertahan dalam hubungan dan sudah tidak sanggup menuruti keinginan perempuannya. Dalam lagu Kartonyono Medhot Janji karya Denny Caknan ini  mengandung bebasan kontemporer, yaitu:

“. . . . Kartonyono ning Ngawi medhot janjimu. Ambruk cagakku nuruti angan-anganmu. . .” (Caknan, 2019)

Terjemahan:

“. . . . Kartonyono di Ngawi memutus janjimu. Roboh tiangku mengikuti angan-anganmu. . .” (Caknan, 2019)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami secara kontekstual bahwa ada sepasang kekasih yang sedang berada dalam masalah. 

Selama ini laki-laki sudah terlalu bertahan dalam hubungan meskipun merasa sakit. Lama-kelamaan lelaki merasa lelah dan tidak sanggup melanjutkan hubungan karena sikap perempuannya menyakitkan hati. 

Tepatnya di daerah Ngawi yang bernama Kartonyono, sang laki-laki memutuskan tali kasih antara keduanya. Laki-laki merasa bahwa sudah tidak sanggup lagi meneruskan hubungan karena merasa tidak mampu menuruti keinginan perempuannya. 

Dari penggalan kutipan ambruk cagakku dapat diartikan robohnya tiang. Dalam khasanah Jawa, tiang merupakan penumpu dari bangunan atau rumah. 

Dalam kutipan ini dapat dimaknai tiang tersebut adalah pertahanan hidup dari seorang laki-laki, sedangkan angen-angenmu secara konteks dimaknai angan-angan pasangan wanita tersebut. 

Angan-angan disini mengalami perluasan makna bisa menjadi sebuah keinginan atau khayalan yang sangat tinggi, yang pastinya memberatkan laki-laki jika harus berjuang mempertahankannya. 

Tentu saja laki-laki merasa tidak mampu bertahan hidup jika harus mengikuti atau merealisasikan keinginan pasangannya tersebut sehingga memilih untuk mengakhiri hubungan saja. 

Dalam penggalan kutipan medhot janjimu, -mu- disini berarti yang berjanji atau berkomitmen dalam hubungan ini adalah si perempuannya.

Pada kutipan cakepan lagu pop Jawa Kartonyono Medhot Janji yang dinyanyikan oleh Denny Caknya seperti yang telah dibahas dalam paragraf sebelumya, ambruk cagakku nuruti angan-anganmu masuk dalam peribahasa Jawa yaitu bebasan. 

Dalam kutipan ini ditemukan perumpamaan yaitu sebuah cagak atau tiang yang merupakan analogi dari sebuah objek yang berfungsi sebagai penyangga. Ketika tiang itu runtuh tentu saja bangunan yang akan disangga pasti roboh. 

Sama halnya dengan penganalogian dari penggalan kutipan ambruk cagakku berarti menyebutkan sebuah permisalan keadaan bahwa apa yang menjadi kekuatan hidupnya akan runtuh. 

Penggalan kutipan nuruti angen-angenmu ini mmenjadi klausatif dengan kutipan sebelumnya, hal yang harus dipenuhi dengan ketidak mampuannya. 

Jadi bissa dipahami jika kutipan ini masuk dalam bebasan Jawa. Untuk amanat yang tersirat yaitu segaala sesuatu harus disesuaikan dengan kekuatannya, tidak perlu memaksakan diri dalam memperjuangkan pasangan yang mungkin kurang baik. Pada dasarnya jodoh sudah diatur.

2) Ngerusak tatanan ati sing wis pengen lali karo gedhe duwure balunganmu (Sugeng Dalu)

Lagu pop Jawa berjudul Sugeng Dalu yang dinyanyikan Denny Caknan ini mulai memikat hai para pendengar dengan mengulang kembali kesuksesan lagu Kartonyono. Lagu ini dirilis di kanal YouTube Denny Caknan dengan viewer lebih dari 138 juta per 19 November 2021. 

Lagu ini menceritakan sebuah keadaan dimana seseorang mulai berhasil bangkit setelah terpuruk karena cinta meskipun belum sepenuhnya. Dalam cakepan lagu ini ada bagian yang mengandung bebasan kontemporer, yaitu:

“. . . .ngerusak tatanan ati sing wis pengen lali karo gedhe duwure balunganmu. . . .” (Caknan, 2019)

Terjemahan:

“. . . . merusak tatanan hati yang sudah ingin melupakan gagahnya dirimu. . . .” (Caknan, 2019)

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dimaknai secara kontekstual yang menceritakan sebuah kondisi dimana seseorang telah berhasil menata hidupnya kembal setelah putus cinta, tetapi tiba-tiba mantan kekasihnya tersebut datang kembali. Entah secara langsung atau tidak tetapi menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan yaitu kembali teringan masa lalunya. 

Penggalan kutipan ngrusak tatanan ati menjelaskan bahwa seorang yang ditinggalkan sudah mulai menata hatinya kembali selepas merasa terluka. 

Menata hati sendiri tidak diartikan secara tekstual yang berapi disusun secara beraturan, tetapi lebih dikondisikan yaitu berusaha menerima kenyataan jika memang sudah tidak berjodoh lagi. 

Selanjutnya penggalan kutipan sing wis pengen lali karo gedhe duwure balunganmu ini memperjelas lagi dari kondisi sebelumnya yaitu hati yang sudah ditata kembali, yang tentunya dengan berusaha melupakan seseorang yang telah menyakitinya. 

Seseorang yang telah menyakiti ini dianalogikan dengan gedhe duwure balunganmu yang secara kontekstual bisa dimakai seseorang yang memiliki postur tubuh gagah perkasa. Dari penggambaran tokoh antagonis ini bisa  ditafsirkan yang menyakiti adalah laki-laki.

Pada kutipan cakepan lagu pop Jawa Sugeng Dalu yang dinyanyikan oleh Denny Caknan seperti yang telah dibahas dalam paragraf sebelumya, ngerusak tatanan ati sing wis pengen lali karo gedhe dhuwure balunganmu termasuk dalam peribahasa Jawa yaitu bebasan.  Dalam kutipan ini ditemukan perumpamaan yaitu ngrusak tatanan ati dan gedhe dhuwure balungan. 

Penggalan kutipan ngrusak tatanan ati ini merupakan perumpaan dalam sebuah kondisi hati seseorang yang mulai membaik setelah disakiti pasangannya. 

Analoginya sudah berhasil ditata tetapi dirusak kembali sehingga bisa jadi kembali porak-poranda atau dengan kata lain gagal move on. 

Untuk penggalan kutipan gedhe dhuwure balungan dapat diartikan secar tekstual besar serta tingginya postur atau dengan kata lain analogi dari fisik seseorang yang cenderung gagah.  

Secara kontekstual kutipan tersebut memberikan amanat secara tersirat yaitu jangan mudah tergoda oleh keadaan fisik seseorang yang rupawan. Jadi harus lebih hati-hati dalam mencari pasarangan dan merelakan jika tidak berjodoh.

Berdasarkan pembahasan contoh bebasan kontemporer dalam cakepan lagu pop Jawa yang diciptakan sekaligus dinyanyikan Denny Caknan dapat diketahui bahwa pada dasarnya peribahasa Jawa khususnya bebasan secara eksistensi dapat dikatakan masih.  

Yang masih menjadi tanda tanya yaitu apakah para penikmat lagu-lagu pop Jawa ini memahaminya jika lagu yang sering didengarkan itu termasuk dalam bebasan Jawa atau hanya sekedar menikmati alunan lagunya. Kemungkinan lain yaitu bisa jadi hanya memahami makna yang terkandung tanpa mengetahui klasifikasi kebahasaanya.

Di era 4.0 peran teknologi sangat mendominasi, eksistensi kearifan lokal seperti bahasa daerah menjadi sebuah tantangan. Didalam cakepan lagu pop Jawa yang diciptakan segaligus dinyanyikan Denny Caknan, mengandung bebasan kontemporer. 

Terlepas pencipta, penyanyi, maupun pendengarnya mengetahui atau tidak tentang bebasan kontemporer tersebut, tetapi eksistensi dari bebasan kontemporer bisa dikatakan relatif masih. Penelitian secara ilmiah diperlukan untuk mendukung opini ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun