Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aksi Jaga Bumi. Aksi Kolektif Pengolahan Sampah Berkelanjutan.

6 Februari 2024   23:42 Diperbarui: 6 Februari 2024   23:49 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Target dan segmentasi pasar magobox yaitu 30% peternak atau pet hobbies, 32% pecinta lingkungan, dan 38% pencari cuan. Kebutuhan dari pelanggan ini harus didefinisikan. Memandang pelanggan di sini bukan sebatas sebagai pembeli, tetapi sebagai orang yang akan dibantu menyelesaikan persoalannya dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Aksi pemasaran maggot bisa dilakukan di marketplace maupun media sosial. Jika ingin menambahkan informasi tentang maggot, bisa mengunjungi website-nya atau chat dengan admin medsos. Peminat bisa dicari dari follower instagram dan tiktok. Medsos bisa dimanfaatkan untuk membangun kesadaran masyarakat dengan membuat konten edukasi, story telling, dan soft selling.

Untuk menambah nilai ekonomi, maggot skala kecil bisa ditambah bubuk protein, dikemas, di-branding, lalu  dijual ke penghobi landak mini atau tempat pemancingan ikan. Maggot skala menengah menggabungkan maggot skala kecil lalu dikumpulkan ke koperasi maggot. Edutrip, bimbingan teknis (bimtek) pengolahan sampah dan maggot yang berbayar juga menambah pendapatan keluarga atau komunitas. 

"Ayo, olah sampah makanan! Jadi bagian dari solusi masalah sampah sisa makanan dari rumah. Bantu jaga lingkungan dengan budidaya maggot. Mulai dari diri sendiri, cari support system yang memiliki perilaku yang sama, buat ekosistemnya, dan pilih banyak duta maggot dari berbagai kalangan," ajak Kak Fathimah.

2. Siska Nirmala, pegiat zero waste advanture.

Kak Siska hobi naik gunung. Dia pernah mendaki Gunung Rinjani pada tahun 2010, 2020, dan 2022. Ada kegelisahan dalam dirinya terhadap sampah-sampah residu dan organik yang ditinggalkan para pendaki di Gunung Rinjani. Sampah residu yang tidak bisa didaur ulang seperti botol mineral, plastik kotor, pembalut, dan tisu basah banyak ditemukan di gunung.

Perilaku monyet pun berubah. Yang awalnya menjauh dari jangkauan manusia, sekarang para monyet berani mendekat bahkan merebut barang bawaan para pendaki. Kemungkinan kebiasaan ini bermula dari sampah sisa makanan yang ditinggalkan para pendaki yang bisa dimakan oleh monyet.

Klik tautan:


Zero waste advanture adalah gerakan efektif untuk berbicara dengan kaum muda. Berangkat dan pulang tidak bawa sampah. Petualangan dimulai dari rumah. CEGAH: yaitu mengurangi produk yang mengandung sampah kemasan plastik. PILAH: yaitu memilah sampah mika dan plastik multiply lalu mengirim ke bank atau koperasi sampah. OLAH SAMPAH: yaitu mengolah sampah organik/makanan dengan komposter karung, komposter ember, atau  menggunakan maggot. KANG PISMAN: yaitu kurangi, pisahkan, dan manfaatkan sampah.

Pengomposan sampah menghasilkan kompos yang padat dan bagus untuk tanaman. Mengompos ternyata menyelesaikan 50 masalah sampah. Dari kegiatan zero waste advanture, yang tadinya mengolah sampah itu sulit ternyata bisa jadi duit. Mau duit, kan? Eh, tahu nggak kalau Kak Siska ini hanya punya 0,5 kg sampah organik/2 hari atau setara 15 kg/bulan. Keren banget!

"Edukasi dengan memberi contoh jauh lebih efektif. Siapkan sistem pendukung dengan menyediakan bank sampah. Gerakan bisa dimulai dari masjid. Libatkan orang lain untuk bergerak bersama biar merasa capek dan nggak suka dengan sampah. Bergerak membumi dengan aksi bersih-bersih sungai agar hubungan manusia dan bumi baik-baik saja. Serta, perlakukan plastik dengan baik, ya!" kata Kak Siska.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun