Â
Ramadhan tiba, Ramadhan tiba. Tiba-tiba Ramadhan, tiba-tiba Ramadhan. Sejak bulan Rajab dan Sya'ban Ramadhan 2023, aroma bulan Ramadhan sudah dinanti-nanti umat Islam di seluruh penjuru dunia. Dan hari ini puasa Ramadhan sudah berlangsung selama 10 hari pertama. Kerinduan dan penantian pada Ramadhan sudah bertemu dengan penawarnya.
Namun, seringkali saat Ramadhan sudah dijalani, kita malah rindu agar Ramadhan segera berlalu. Puasa itu ternyata bikin lemes, tenggorokan kering, perut keroncongan, konsentrasi pun ambyar. Inginnya tidur melulu. Padahal hari masih pagi. Untunglah mampu bertahan sampai waktu berbuka tiba. Praktik puasa yang dilakukan di level pertama ini sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal yang membatalkan puasa secara syariat.
Masih ada puasa level kedua. Mereka berpuasa lebih dari sekedar menahan haus, lapar, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Mereka juga menahan pendengaran, penglihatan, ucapan, dan seluruh anggota badannya dari berbuat maksiat. Kalau zaman now termasuk menahan jari-jemari dari menyebarkan berita-berita bohong alias hoax.
Level puasa tertinggi adalah puasanya orang-orang super spesial. Mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tetapi juga menahan diri dari hal-hal yang bersifat harta dan kekayaan dunia serta fokus kepada Allah semata, bukan kepada yang selain-Nya.
Adanya tiga level puasa ini bertujuan agar kita yang setiap tahun masih diberi umur untuk berpuasa Ramadhan dapat menaiki tangga yang lebih tinggi lagi dalam hal kualitas ibadah puasa. Lantas, ada di level manakah puasa kita saat ini?
Pertanyaan ini sebenarnya bukan ditujukan untuk pembaca, tetapi untuk diri saya sendiri. Betapa tidak? Selama lima puluh satu kali Ramadan dan berpuasa sekira mulai kelas dua SD, mungkin puasa level pertama bertahan lebih lama dari level kedua. Level ketiga? Harus dicita-citakan.
Padahal Ramadhan itu ibarat hujan yang menumbuhkan benih-benih kebaikan. Ramadhan mengajarkan kita tiga makna berharga. Apa saja makna Ramadhan tersebut?
1. Setia kepada Allah.
Seharusnya menunggu salat itu sebelum azan berkumandang. Jika sudah dipanggil azan tapi tak kunjung salat malah asyik main hape, maka kesetiaan pada Allah perlu dipertanyakan. Mengapa sudah berpuluh-puluh kali puasa tetapi belum bisa menjaga kesetiaan? Mengapa salat zuhur dilakukan  jam 1 sementara panggilan azan jam 12? Jawabannya, karena kita beribadah mengikuti maunya kita, bukan maunya Allah. Menjadi hamba syahwat bukan hamba Allah.
2. Disiplin menaati Allah.