Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Berkah Digitalisasi Bagi Srikandi-Srikandi UMKM di Sekitar Saya

21 Desember 2022   23:54 Diperbarui: 22 Desember 2022   00:18 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokpri Endang Widoretno

Digitalisasi memberi berkah tersendiri bagi para pelaku UMKM (Usaha Kecil Mikro Menengah). Jangkauan pemasaran produk UMKM semakin luas dan go global di era digital (zaman internet) saat ini. Lokasi dan jarak tidak lagi jadi penghalang. Peluang baik ini memaksa para pelaku UMKM untuk cepat beradaptasi agar mereka tidak ketinggalan momentum. Perjuangan memanfaatkan dunia maya mampu mengantarkan UMKM menapaki tangga kesuksesan di tengah berbagai krisis yang melanda.

Di tulisan ini, saya akan membagikan cerita dan pengalaman tiga srikandi pelaku UMKM di sekitar saya. Mereka adalah:

1. Nur Hidayati

Sahabat ngaji saya asal Jawa Tengah ini memulai bisnis sejak tahun 2003 setelah tidak bekerja lagi di perusahaan. Dia memiliki kios kelontong di Pasar Antri Cimahi bernama Toko Hj Nur. Nama kios gampang diingat sesuai nama pemiliknya. Nur bermakna cahaya kehidupan. Bu Nur memilih berjualan kelontong karena perputaran uangnya lebih cepat. Modal awalnya 5 juta.

Foto: Dokpri Nur Hidayati
Foto: Dokpri Nur Hidayati
Rata-rata omzet yang didapat adalah 50-60 juta per bulan. Penjualan paling banyak terjadi pada akhir bulan berjalan sampai awal bulan berikutnya. Target usahanya adalah penjual nasi, sate, bakso, batagor, dan pedagang warungan. Bu Nur memiliki 2 pekerja. Tantangan terbesar dari berjualan di pasar adalah persaingan usaha. Dia hanya percaya Allah telah mengatur rezekinya.

Dari hasil usahanya ini, alhamdulillaah Bu Nur bisa menyekolahkan kedua anaknya sampai sarjana, punya rumah sendiri, terpenuhinya kebutuhan sehari-hari, serta memiliki kontrakan. Dia menikmati  bisnis ini karena waktunya suka-suka dia yang ngatur, santai, dan tidak terikat oleh berbagai aturan. Mitra bisnisnya adalah para distributor/sales penyuplai barang-barang yang memenuhi tokonya. Ke depannya, dia ingin memiliki cabang bisnis lain.

Foto: Dokpri Nur Hidayati
Foto: Dokpri Nur Hidayati

Pihak swasta memberi dukungan Bu Nur dengan menyediakan fasilitas tempat usaha. Dia juga berharap pemerintah ikut berperan serta agar usahanya berkembang lebih besar. Dia menggunakan media sosial dalam menjalankan bisnis online dan offline-nya. Produk-produk diiklankan melalui status WA-nya. Penjualan produk menjangkau wilayah di sekitar Cimahi dan Bandung Barat.

Motonya dalam berbisnis adalah man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil. Saran Bu Nur untuk orang-orang yang mau berbisnis yaitu harus berani, menjalankan bisnis dengan tekun, dan siap menanggung resiko. Namanya juga berdagang pasti ada pasang surutnya. Tidak mungkin untung atau rugi terus-menerus.

Bisnis kelontong Bu Nur masih bisa bertahan selama pandemi. Omzet cuma turun setengahnya. Omzet justru terpuruk setelah pandemi berlalu. Kebijakan-kebijakan pemerintah sangat berpengaruh. Contohnya ppn naik jadi 11%, harga bbm naik, pengangguran juga meningkat. Rata-rata mereka banting stir menjadi pedagang. Sementara daya beli masyarakat berkurang.

Bu Nur bisa bertahan sejauh ini karena dia memiliki bisnis lain yang bersifat harian, pekanan, bulanan, bahkan tahunan. Contohnya, jualan sembako untuk keperluan sehari-hari, jualan jambu kristal dua kali sepekan, uang sewa kontrakan yang diterima tiap bulan, serta produk kesehatan jangka panjang. "Biar aman harus punya lebih dari satu bisnis," ujar wanita 51 tahun sekaligus guru TPA ini. Saya beli jambu kristal dari Bu Nur lebih dari 15 kg. Mayan, kan!

Jiwa bisnis Bu Nur sudah tumbuh sejak kecil saat tinggal bersama neneknya. Neneknya berjualan tempe di pasar. Pemandangan ini melekat dalam benaknya. Sehingga, Bu Nur kecil juga ikut berjualan makanan ringan di sekolahnya. Koq ya laris manis tanjung kimpul, gitu. Jadi, Bu Nur terbiasa pegang uang sendiri dari muda dan jeli melihat peluang usaha.    

2. Umay Kusmini

Bu Umay adalah tetangga saya pemilik toko "Zulfa Collection". Zulfa diambil dari nama salah satu putrinya. Aneka produk kebutuhan masyarakat menghiasi toko di rumahnya. Ada busana, kurma/oleh-oleh haji, herbal, beras merah/hitam, baju, perhiasan, snack, madu, dll. Namun, branding-nya Bu Umay adalah kurma. Selama pandemi  permintaan kurma dan herbal  meningkat. Banyak yang mengonsumsi madu dan herbal agar sehat dan terhindar dari covid-19.

Foto: Dokpri Umay Kusmini
Foto: Dokpri Umay Kusmini

Modal awal bisninya adalah 500 ribu. Sekarang omzet per bulan mencapai 10 juta.  Orderan paling banyak terjadi di awal bulan. Ibu-ibu usia di atas 35 tahun adalah pelanggan utamanya. "Motivasi awal saya berbisnis karena saya senang silaturahim. Kalau sekarang berbisnis jadi kebutuhan hidup karena kondisi menuntut demikian. Mulailah dengan senang hati dalam berbisnis," ujarnya.

Produk-produk Zulfa Collection sudah menjangkau luar wilayah Bandung Barat. Sebelum pandemi ada dua pekerja. Sekarang tidak ada. Bu Umay dibantu oleh anak-anaknya mengemas dan mengantar barang ke rumah pelanggan. Mitra usahanya adalah UMKM penyedia produk. Menurut Bu Umay, asyiknya berbisnis adalah menambah pengalaman dan persaudaraan. 

Produk andalan kurma. Foto: Dokpri Umay Kusmini
Produk andalan kurma. Foto: Dokpri Umay Kusmini

Relasi bisnis Bu Umay cukup banyak. Dia berharap dukungan pemerintah atau swasta dalam hal permodalan dan pembinaan bisnis secara intensif. Sehingga, dia bisa mewujudkan cita-citanya untuk membuka cabang di luar kota. Dalam berbisnis, Bu Umay menerapkan prinsip serius, santai, dan sukses.  

Bu Umay sebagai nasabah BRI mengaku di era digital peran medsos sangat mendukung bisnis online dan offline-nya. Iklan berupa gambar atau video karya putrinya  bertengger di status WA dan FB. Sebagai pelanggan kurma, herbal, dan beras hitam, saya sering ngepoin status-statusnya. Saya pesan barang via WA dan bayarnya via transfer antar bank. Beres.

3. Endang Widoretno

Mbak Endang adalah saudara sepupu saya. Tinggalnya di Sidoarjo. Usahanya ada dua, yaitu Michan Collection Gerai Kebaya (sejak 2015) dan Griya Singasari Villas (sejak 2020). Michan adalah panggilan sayang putrinya. Sedangkan villanya berkonsep melestarikan budaya. Produknya selain bisa digunakan sendiri juga cukup menarik. Enam pekerjanya terus didorong untuk meningkatkan keterampilan mereka serta kemampuan memahami karakteristik pelanggan. Dua hal inilah tantangan terbesarnya saat ini.

Foto: Michan Collection
Foto: Michan Collection

Mandiri secara finansial dan menciptakan peluang kerja adalah latar belakang Mbak Endang terjun ke dunia bisnis. Ia bisa mengerjakan dan memonitor bisnisnya dari rumah, bisa terus berkarya dan  membuat orang lain menikmati produknya tanpa harus keluar kocek mahal dengan kualitas terbaik. Ke depannya, Mbak Endang ingin punya kos-kosan eksklusif dan gerai khusus kebaya dan handycraft.

Dengan dukungan penuh dari keluarga dan memanfaatkan kemudahan digital, produk kebaya Michan Collection mendarat juga di Belanda. Produk dikenalkan via medsos (FB, IG, Jasa Google). Modal awal gerai kebaya 20 juta itu kini mampu menghasilkan omzet 30 juta/bulan. Ciliwung Camp dan Fotografer Club adalah partner bisnisnya. Tips bisnis dari Mbak Endang adalah mulai dari sekarang, jangan ditunda, senang menjalaninya, jangan takut gagal, dan harus mau capek.

Niat awal Mbak Endang membangun Griya Singasari Villa adalah untuk dipakai sendiri dan ketika banyak yang bertanya mengapa tidak disewakan, akhirnya terpikir bahwa ini adalah peluang bagus agar villa tetap terawat dan orang lain pun bisa menikmati villa tersebut. Saat pandemi, tamu villa harus bebas covid dan prokes ketat. Villa sempat ditutup sampai kondisi membaik. Hal itu tentu memengaruhi pemasukan villa.

Foto: Dokpri Endang Widoretno
Foto: Dokpri Endang Widoretno

Kebanyakan tamu villa didominasi oleh warga Malang. Padahal, di Malang sendiri banyak juga villa dan hotel. Mereka enggan ke Batu karena macet. Ini juga menjadi peluang bisnis karena lokasi villa dekat dengan pintu tol. Mbak Endang berharap ada pihak yang bisa membantu promosi  dengan bandling produk, sehingga lebih efektif dan jangkauannya lebih global. ***

Saya berharap  kawan-kawan saya ini bisa ikut serta dalam program BRILianpreneur. Mereka bisa mendapatkan pembekalan, pelatihan, dan pendampingan bisnis secara berkelanjutan. Sehingga, mereka bisa menyiapkan strategi yang baik untuk mengembangkan bisnis serta mampu bertahan dalam menghadapi berbagai krisis di depan.

Materi pembinaan bisa berupa: pengemasan produk yang kekinian, membuat foto produk yang keren, pengajuan modal, mengurus perizinan/label halal/dokumen penting lainnya, cara menghitung harga jual/gaji pekerja/sewa lokasi, menggunakan marketplace/media sosial/kanal jual beli digital, menerapkan strategi penjualan, melakukan manajemen resiko, bahkan pembinaan spiritual dan religius tentang bagaimana berdagang yang elok, dll.

Melalui program BRILianpreneur diharapkan mampu membawa pelaku UMKM menuju  pasar global berdaya saing internasional secara virtual. Kegiatan tersebut dapat diikuti melalui website, e-commerce, dan media sosial. Akses transaksi di e-commerce menggunakan pembayaran daring, seperti BRIVA (BRI Virtual Account, e-Pay BRI, dll.   

BRIPahlawanFinansial telah membantu pelaku UMKM mengembangkan usahanya sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat. Ini menjadi semangat untuk meningkatkan inklusi keuangan utamanya terkait teknologi digital dan akses pembiayaan UMKM di seluruh penjuru Nusantara.

Srikandi-srikandi ini adalah pejuang tangguh UMKM. Ujung tombak perekonomian bangsa. Saya memilih setia dengan produk-produk mereka karena beberapa alasan. Yaitu: produknya sesuai kebutuhan, mendukung kemandirian bisnisnya, menambah keberkahan usahanya, menyokong kelangsungan hidup karyawan dan keluarganya.

Sementara itu, tujuan saya mengikuti blog competition ini adalah: (a) Menghargai pelaku UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional menuju Indonesia sejahtera. (b) Ikut mempromosikan produk-produk mereka agar lebih dikenal masyarakat luas. (c) Mendongkrak omzet, keuntungan, serta pengembangan bisnis mereka di masa datang.

Selamat HUT127BRI Makin Muda(H)! Melayani, Unggul, Digitalisasi, Adaptif, dan Hijau.  Semoga jangkauan produk dan layananmu tampil lebih muda dan lebih mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat terutama bagi pelaku UMKM.  Semoga kiprahmu mampu menembus sampai ke pelosok-pelosok negeri untuk menjemput berkah-Nya atas planet biru bernama Indonesia.

Untuk Bu Nur, Bu Umay, dan Mbak Endang, serta sahabat UMKM lainnya: muliakan, bahagiakan, dan manjakan pelanggan kalian dengan menjaga kualitas produk, memberi respon pelayanan yang mudah, cepat, dan ramah. Tekun mengasah ilmu, wawasan, dan keterampilan penunjang bisnis. Rajin menjelajah internet. Siapa tahu berjodoh dengan program-program pengembangan UMKM seperti BRILianpreneur. Kuatkan doa atas ikhtiar. Semoga Allah membuka pintu rezeki-Nya dari berbagai arah secara ajaib tanpa disangka-sangka. Semangat!     

Mau dukung UMKM? Langsung saja beli produknya dan promosikan. Nggak usah nawar-nawar lagi, deh! No gratisan ya, Say! Kalau dapat promo atau bonus, ya jangan ditolak juga. Rezeki harus disyukuri. Betul atau betul? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun