Mobil melaju sambil mata saya melirik kiri kanan berusaha menemukan rumah makan. Belum dapat. Waktu sekarang sudah menunjukkan angka 03.45 WIB. Belum dapat juga. Mulai tegang, nih!
Mata saya masih melirak-lirik sambil mulut komat-kamit melantunkan doa-doa. Saat rumah makan belum nongol juga, hanya kepasrahan yang tersisa.
Sepertinya sahur kali ini cukup dengan biskuit dan air putih saja. Tak mengapa, meskipun perut keroncongan dengan nada-nada yang tetap indah.
Sejujurnya, saya ingin makan nasi. Maklum, perut sudah kosong oleh panggilan biologi. Hajat yang sudah tertunai tadi. Kita lihat apa yang terjadi. Akankah saya benar-benar makan nasi?
Pertolongan Allah itu pasti. Datangnya tepat. Tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Saat sudah pasrah dan berharap jalan keluar dari-Nya, tiba-tiba mata elang yang sedang kelaparan menangkap bayangan sebuah rumah makan. Kejutan pertama.
Kami langsung belok setir ke kiri. Parkir manis seorang diri. Segera merangsek masuk dalam rumah makan sambil tercium aroma masakan. Olala ... Menunya menu kesukaan. Rawon. Kejutan kedua.
Kami segera melahap nasi beserta sup daging berkuah hitam bumbu kluwek dengan tambahan telur asin, kecambah pendek, dan sambal itu. Meskipun sahur disunnahkan untuk diakhirkan, tetap saja megap-megap saat waktu sahur sudah mepet ke Subuh. Pelan-pelan, Mak! Awas tersedak!
Glek! Bunyi tegukan terakhir teh manis hangat menerobos tenggorokan. Lalu disusul suara azan Subuh sesaat kemudian. Alhamdulillaah. Terima kasih Tuhan atas kemudahan yang Engkau berikan. Tambahi rasa syukur kami pada-Mu.
Seandainya Engkau belum menurunkan kemudahan-Mu saat itu, hanya ampunan yang kami mohonkan kepada-Mu. Tak berani mendebat-Mu. Karena, bisa jadi dosa-dosa kamilah yang menghalanginya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H