Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Bermakna di Konya Gonullerin Sehri (The City of Heart)

7 April 2022   22:44 Diperbarui: 7 April 2022   23:00 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata bermakna di Konya Gonullerin Sehri (The City of Heart). Foto: Dokpri

Dari Pamukkale, rombonganku menuju Konya. Selama perjalanan, cuaca tampak cerah, langit biru, dengan bukit batu dan ilalang di kanan kiri jalan tol. Pembayaran jalan tolnya dengan menempelkan kartu. Beberapa kali terlihat kincir angin raksasa di kejauhan.

Kunjungan pagi ini diawali ke Museum Sejarah Jalaluddin Rumi, Kota Konya. Nama lainnya adalah Museum Mevlana. Rumi adalah tokoh sufi di seantero dunia. Di kota Konya inilah beliau menghabiskan sebagian besar usianya hingga ia wafat. Melalui puisi-puisinya, Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat melalui cinta, bukan semata-melalui kerja fisik. Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai. 

Rumi juga terkenal dengan tarian sufinya dengan gerakan memutar ke arah kiri. Tarian ini tak hanya mengandalkan kekuatan cinta pada Ilahi saja, tapi juga makna filosofi kehidupan. 

Tarian sufi. Foto: Cappadociaballoon.company
Tarian sufi. Foto: Cappadociaballoon.company

Filosofi pertama terletak pada bagian topi memanjang yang disebut sikke, melambangkan batu nisan para wali dan sufi yang ada di dataran Timur Tengah. Selanjutnya, jubah hitam dan tenur putih yang masing-masing melambangkan alam kubur dan kain kafan. Maknanya agar manusia selalu mengingat kematian, salah satu cara paling dahsyat untuk mengendalikan hawa nafsu dan ego duniawi. 

Sementara itu, gerakan memutar ke arah kiri melambangkan putaran alam semesta, putaran tawaf di Ka'bah, dan putaran surgawi Ilahiah. Terakhir, kostum jubah berukuran besar mengikuti pakaian yang dikenakan Rasulullah SAW pada masanya. Itulah sekilas tentang makna tarian dan pakaian dari para sufi.

Bagian luar Museum Mevlana. Foto: Dokpri
Bagian luar Museum Mevlana. Foto: Dokpri

Memasuki kawasan museum ini akan terlihat ciri khas bangunannya berupa sebuah kerucut dari keramik berwarna turquoise (hijau kebiruan) yang diapit kubah-kubah bundar lainnya. Setelah melewati sebuah kolam yang dikelilingi pagar dan digunakan sebagai tempat berwudu, kami memasuki sebuah bangunan di mana Rumi beserta murid-murid dan putranya dimakamkan. Sebelum masuk, para pengunjung harus  menutupi telapak kaki dengan kantung plastik yang tersedia untuk menjaga kebersihan di dalam komplek makam. Ada kotak sumbangan sebelum pintu masuk. Yang mau menyumbang bisa langsung memasukkan uang ke dalam kotak. 

Menuju ke arah dalam, pengunjung bisa melihat beberapa barang peninggalan para Sultan Ottoman. Ada juga baju-baju Jalaluddin Rumi, alat-alat musik, Al-Qur'an, dan sajadah. Makam-makam terawat dengan baik.  Di beberapa bangunan museum terdapat patung lilin menyerupai para sufi waktu itu dengan tarian sufinya. 

Salah satu diorama. Foto: Dokpri
Salah satu diorama. Foto: Dokpri

Selain itu, ada juga tempat tinggal para murid, semacam pondok pesantren atau asrama. Di dalamnya terdapat diorama manusia yang menggambarkan kegiatan para murid. Dari salah satu kamarnya terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an. Sebelum diterima menjadi murid yang bisa tinggal dan menuntut ilmu di asrama, calon murid harus melewati beberapa ujian. Museum ini sangat terkenal di Konya. 

Suasana di salah satu sudut Kota Konya. Foto: Dokpri
Suasana di salah satu sudut Kota Konya. Foto: Dokpri

Suasana islami dan ramah kota Konya sangat terasa. Tak heran jika kota ini dijuluki Konya Gonullerin Sehri atau The City of Heart. Kebanyakan para wanitanya berkerudung, menambah anggun paras ayu mereka.

Tujuan wisata lain di Konya adalah Sultanhani Caravansarai. Sebuah tempat singgah berupa bangunan berbentuk segi empat dengan dinding marmer yang kuat. Bangunan yang dipercantik dengan membentuk pola lengkungan ini merupakan peninggalan kejayaan era Seljuk. Salah satu tempat singgah terbesar di dunia pada masanya. Karavan ini dibangun untuk memberikan keamanan pedagang selama perjalanan dari Konya ke Aksaray sebelum lanjut ke Cappadocia, yang merupakan jalur perdagangan dan jalur militer yang penting. 

Sultanhani Caravansarai. Foto: Dokpri
Sultanhani Caravansarai. Foto: Dokpri

Dulu, para rombongan pedagang biasanya datang di petang hari. Mereka yang berkunjung ke sini hanya diizinkan beristirahat selama tiga hari. Tetapi, untuk makanan, minuman, dan tempat tinggal, semua digratiskan. Termasuk tunggangan mereka berupa kuda, keledai, atau unta. Biayanya  ditanggung oleh orang-orang kaya Seljuk yang telah membangun Caravansarai tersebut. Fasilitas gratis ini mampu mengundang para pedagang dari seluruh wilayah untuk mengunjunginya. Mereka bisa istirahat, berlindung dari cuaca buruk dan juga dari kejaran perampok. 

Sultanhani Caravansarai. Foto: Dokpri
Sultanhani Caravansarai. Foto: Dokpri

Sultanhani Caravansarai memiliki dua bagian. Bagian pertama digunakan ketika musim panas tiba. Bagian lain dikhususkan untuk musim dingin. Saat pergantian kekuasaan oleh Ottoman, karavan ini tidak lagi dimanfaatkan. Kejayaan Caravansarai nan kokoh itu pun meredup. 

Sultanhani Caravansarai. Foto: Dokpri
Sultanhani Caravansarai. Foto: Dokpri

Kami sampai di sana sore hari. Tidak tampak pengunjung lain. Jalanan sepi meski ada beberapa toko yang buka. Aku dan suamiku memanfaatkan halaman luas berlantai batu dan gerbang Caranvasarai sebagai latar belakang foto. Out fit of the day-ku adalah leging thermal, dress panjang biru bermotif, sweater tunik merah muda ber-hoody, jilbab instan warna pink bermotif bunga kecil-kecil, sarung tangan, kaos kaki, kaca mata hitam, tas tangan warna perak, dan sepatu high heels hitam. 

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri

Sepatu ini awalnya aku pinjam dari salah satu orang tua muridku, sahabatku, Mama Atha-Filza. Tetapi, karena menurutnya kekecilan, jadi dihibahkan ke aku. Rezeki tidak akan kemana-mana. Di saat ingin sepatu yang aku dambakan, dia datang persis seperti yang aku bayangkan. Sepatunya jadi bermanfaat. Amal jariyah in syaa allaah mengalir untuk sahabatku. 

Setelah puas berfoto, kami segera masuk ke toko, sekadar menghangatkan diri dari udara dingin di luar. Ternyata pemilik toko adalah kerabat Elif. Seorang wanita paruh baya berjilbab. Saat kami pergi, Elif diberi buah tangan sekeranjang stroberi segar hasil panen kerabatnya. Rombonganku mulai bergerak menuju Cappadocia. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun