Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Shalat adalah Mi'raj-nya Seorang Muslim

24 Maret 2022   15:31 Diperbarui: 24 Maret 2022   17:21 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Kebutuhan. Jika shalat dilaksanakan hanya untuk menggugurkan kewajiban, seringkali menyisakan rasa beban. Seharusnya, shalat diperlakukan sebagai kebutuhan manusia sebagaimana kebutuhan jasmani rohaninya. Badan akan sehat bertenaga jika sudah makan dan minum. Setelah healing pikiran jadi segar lagi, kan? Demikian juga bila rutin shalat, hati dan pikiran pun jadi tenang, Sebaliknya, hati sering galau jika shalatnya kacau. Oleh karena itu, belajar ilmu agama itu penting. Bergaul dengan orang-orang shalih juga penting biar ketularan shalih. Saling mengingatkan dalam kebaikan.

Shalat adalah Mi'raj bagi seorang Muslim. Artinya, dengan menjalankan shalat yang baik, sejatinya seorang hamba sedang melakukan perjalanan ruhiyah ke haribaan ilahi, Allah SWT. Kelak, yang pertama kali akan dihisab dari seseorang pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka akan baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak, maka akan rusak pula seluruh amal perbuatannya. 

Realisasi shalat tidak boleh berhenti hanya pada ibadah ritual saja atau pada keshalihan pribadi saja. Namun, makna shalat juga harus direalisasikan dalam ibadah terapan atau keshalihan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu, amar ma'ruf nahi munkar, berbuat kebaikan dan mencegah keburukan. Antara lain dengan berzakat-infak-sedekah, memuliakan ulama yang lurus, tidak membuat gaduh di masyarakat, memimpin dengan jujur dan adil, menjadi teladan yang baik, dll.

Jadi terkenang pengalaman shalat pertamaku dulu saat masih SD kelas bawah. Aku shalat di dalam kamar pakai mukena terusan warna putih. Taplak meja bermotif wayang kulit dijadikan sajadah. Pintu dan jendela kamar kututup. Suasana kamar jadi gelap. Seingatku tidak menghadap kiblat (barat) tetapi ke arah utara. Aku membaca bacaan shalat yang dilanggamkan seperti membaca Alquran yang biasa kudengar dari speaker masjid dekat rumah. Shalat dilakukan dua rakaat. Selesai shalat, ada perasaan senang yang membuncah. Hore! Aku sudah bisa shalat.

Setelah dewasa baru sadar, dulu tuh aku baca doa apa ya pas shalat. Waktunya sudah masuk dhuhur tapi shalatnya dua rakaat. Semuanya jadi serba geje. Hanya satu yang melekat jelas dalam ingatan. Yaitu rasa lega, tenang, dan bahagia yang tak terhingga setelah melakukan eksperimen shalat.      

Ya Allah, maafkan aku jika tidak khusyuk dan tidak tepat waktu dalam shalat. Berilah aku kekuatan untuk memperbaiki shalatku. Jadikanlah aku dan anak cucuku sebagai orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb, ampuni aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang Mukmin pada hari terjadinya hisab. Ya Tuhanku, perkenankanlah doaku.

***

#isra miraj 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun