Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Shalat adalah Mi'raj-nya Seorang Muslim

24 Maret 2022   15:31 Diperbarui: 24 Maret 2022   17:21 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perintah shalat dalam peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. (Kolase/Tribunpontianak.co.id/sid)

 "Shalat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu." (HR. Al Baihaqi)

Beberapa waktu lalu, kaum Muslim memperingati hari besar Islam yang bernama Isra' Mi'raj. Isra' Mi'raj adalah peristiwa penting bagi tegakknya Islam. Ia adalah sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika mendapatkan perintah shalat dari Allah SWT. Peristiwa ini terjadi pada 27 Rajab tahun ke-10 masa kenabian. Berlangsung dari setelah tengah malam sampai sebelum subuh.

Isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Palestina dengan menaiki Buraq. Sedangkan Mi'raj adalah perjalanan lanjutan beliau dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha dengan ditemani Malaikat Jibril untuk menghadap Allah SWT.

Peristiwa Isra' Mi'raj diabadikan dalam surat Al-Isra' ayat 1. Artinya: "Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Nabi Muhammad SAW harus melewati tujuh lapis langit untuk sampai ke Sidratul Muntaha. Malaikat Jibril mengenalkan para nabi yang menghuni setiap lapisan langit. Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam AS di langit pertama. Lalu beliau bertemu dengan Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS di langit kedua, bertemu dengan Nabi Yusuf AS di langit ketiga, bertemu dengan Nabi Idris AS di langit keempat, bertemu dengan Nabi Harun AS di langit kelima, bertemu dengan Nabi Musa AS di langit keenam, dan bertemu dengan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh.

Di Sidratul Muntaha, Allah SWT memerintahkan shalat 50 waktu dalam sehari. Namun, kemudian dikurangi menjadi 10 waktu sampai akhirnya dikurangi lagi menjadi 5 waktu. Nabi Musa AS yang menyarankan Nabi Muhammad SAW untuk meminta keringanan jumlah shalat kepada Allah SWT agar umat beliau tidak merasa berat melaksanakannya. Sebab, Bani Israil sebagai umat Nabi Musa AS tidak sanggup menerapkan 50 kali shalat dalam sehari. Sekembali dari Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad SAW merasakan kenikmatan dan ketenangan.

Ada beberapa makna yang bisa diambil dari Isra' Mi'raj, mukjizat besar yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Yaitu:

1. Hadiah. Shalat adalah hadiah terindah, hiburan ilahiyah paling berharga untuk Nabi Muhammad SAW setelah kedukaan beliau yang mendalam dan kesabarannya yang kuat. Mengapa? Sebab, pada tahun ke-10 masa kenabian (tahun kesedihan), istri dan paman beliau yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib, meninggal dunia. Kaum Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi SAW. Tantangan dakwah dan penderitaan semakin berat. Shalat dan sabarlah yang menjadi penolong beliau.   

2. Keimanan. Akal manusia akan sulit menerima kenyataan bahwa ada orang yang mampu melakukan perjalanan melintasi ruang dan waktu dengan super duper cepat. Hanya keimanan yang tunduk membenarkan peristiwa itu. Abu Bakar sebagai pemeluk Islam pertama di luar keluarga Nabi SAW, sahabat tercinta beliau yang mengorbankan harta bendanya untuk perjuangan Islam, adalah orang pertama yang mengimani peristiwa Isra' Mi'raj. Sehingga, gelar As-Shiddiq yang artinya "amat membenarkan" diberikan kepada Abu Bakar.

3. Kewajiban.  Hukum shalat adalah wajib. Jika dilaksanakan berpahala, jika ditinggalkan berdosa. Maka, bagaimanapun kondisinya, shalatlah! Baik saat sehat atau sakit, saat lapang atau sempit, saat muda atau tua, saat kaya atau miskin. Selama masih hidup maka shalat itu wajib hukumnya bagi seorang muslim. Jika tidak mampu shalat dengan rasa ikhlas, maka shalatlah meskipun dengan terpaksa. Daripada secara sukarela masuk neraka gara-gara tidak shalat.

4. Kebutuhan. Jika shalat dilaksanakan hanya untuk menggugurkan kewajiban, seringkali menyisakan rasa beban. Seharusnya, shalat diperlakukan sebagai kebutuhan manusia sebagaimana kebutuhan jasmani rohaninya. Badan akan sehat bertenaga jika sudah makan dan minum. Setelah healing pikiran jadi segar lagi, kan? Demikian juga bila rutin shalat, hati dan pikiran pun jadi tenang, Sebaliknya, hati sering galau jika shalatnya kacau. Oleh karena itu, belajar ilmu agama itu penting. Bergaul dengan orang-orang shalih juga penting biar ketularan shalih. Saling mengingatkan dalam kebaikan.

Shalat adalah Mi'raj bagi seorang Muslim. Artinya, dengan menjalankan shalat yang baik, sejatinya seorang hamba sedang melakukan perjalanan ruhiyah ke haribaan ilahi, Allah SWT. Kelak, yang pertama kali akan dihisab dari seseorang pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka akan baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak, maka akan rusak pula seluruh amal perbuatannya. 

Realisasi shalat tidak boleh berhenti hanya pada ibadah ritual saja atau pada keshalihan pribadi saja. Namun, makna shalat juga harus direalisasikan dalam ibadah terapan atau keshalihan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu, amar ma'ruf nahi munkar, berbuat kebaikan dan mencegah keburukan. Antara lain dengan berzakat-infak-sedekah, memuliakan ulama yang lurus, tidak membuat gaduh di masyarakat, memimpin dengan jujur dan adil, menjadi teladan yang baik, dll.

Jadi terkenang pengalaman shalat pertamaku dulu saat masih SD kelas bawah. Aku shalat di dalam kamar pakai mukena terusan warna putih. Taplak meja bermotif wayang kulit dijadikan sajadah. Pintu dan jendela kamar kututup. Suasana kamar jadi gelap. Seingatku tidak menghadap kiblat (barat) tetapi ke arah utara. Aku membaca bacaan shalat yang dilanggamkan seperti membaca Alquran yang biasa kudengar dari speaker masjid dekat rumah. Shalat dilakukan dua rakaat. Selesai shalat, ada perasaan senang yang membuncah. Hore! Aku sudah bisa shalat.

Setelah dewasa baru sadar, dulu tuh aku baca doa apa ya pas shalat. Waktunya sudah masuk dhuhur tapi shalatnya dua rakaat. Semuanya jadi serba geje. Hanya satu yang melekat jelas dalam ingatan. Yaitu rasa lega, tenang, dan bahagia yang tak terhingga setelah melakukan eksperimen shalat.      

Ya Allah, maafkan aku jika tidak khusyuk dan tidak tepat waktu dalam shalat. Berilah aku kekuatan untuk memperbaiki shalatku. Jadikanlah aku dan anak cucuku sebagai orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb, ampuni aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang Mukmin pada hari terjadinya hisab. Ya Tuhanku, perkenankanlah doaku.

***

#isra miraj 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun