Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Satu Hari Wisata di Kota Thaif, Arab Saudi (Bagian 1)

16 Maret 2022   21:56 Diperbarui: 17 Maret 2022   13:02 22693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di salah satu sudut Kota Thaif. Foto: Dokumen Pribadi. 

Aku dan keluarga berangkat umrah bersama Zahara Tours and Travels. Umrah reguler selama 9 hari, dari 12-20 Maret 2019. Setahun sebelum wabah covid-19 terjadi di seluruh dunia. 

Kami berangkat menggunakan Garuda Indonesia Airline (GIA) dari Terminal 3 Bandara International Soekarno-Hatta (Terminal 3 Ultimate) menuju Jedah sore hari. Perjalanan memakan waktu lebih kurang sepuluh jam tanpa transit. 

Tempat duduk kami berpencar. Suamiku dan si bungsu di lorong sebelah kiri. Bapak dan ibu di bagian tengah. Aku dan si sulung di lorong sebelah kanan. 

Beberapa menit sebelum mendarat, kami mengambil miqot di dalam pesawat tepatnya di atas daerah Tan'im. Setelah tiba di hotel, tanpa menunggu lama rombongan kami segera melakukan umrah. 

Selepas menjalankan umrah biasanya ada tur keliling kota Mekah menapaktilasi jejak-jejak Nabi Ibrahim melaksanakan ibadah haji. Ke Padang Arafah, Mina, Muzdalifah, Jabal Rahmah. Juga ke Jabal Nur, Gua Tsur, dan city tour Jedah. 

Yang berbeda di umrah kali ada tambahan wisata ke Kota Thaif. Ini dalam rangka milad travel penyelenggara umrah. Biasanya kalau milad hadiahnya paket umrah untuk jemaah yang menang undian. Aku mengusulkan agar hadiahnya digunakan untuk tur ke Thaif saja biar semua jemaah bisa menikmati. Alhamdulillaah dikabulkan.

Thaif berjarak 130 km dari kota Mekah dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Thaif adalah kota di Provinsi Mekah, Arab Saudi, yang memiliki ketinggian 1.700 m di lereng Pegunungan Sarawat. 

Kota ini juga terkenal dengan wisata agrikultur yang menghasilkan produk buah, sayur, dan bunga. Khususnya bunga mawar. Ya, Thaif itu adalah Puncak atau Lembangnya Arab Saudi. Daerah dataran tinggi, dingin, subur, dan hijau. Banyak sayuran dan buah-buahan dihasilkan dari daerah ini.

Naik kereta gantung. Foto: Dokumen Pribadi.
Naik kereta gantung. Foto: Dokumen Pribadi.

Perjalanan dari bawah kota menuju puncaknya menggunakan kereta gantung Telefric Thaif yang diisi delapan orang per kereta. Kabut dingin masuk ke dalam stasiun. Saat naik ke atas cuacanya cerah. 

Di bawah tampak pemandangan hotel-hotel, beberapa mobil menyusuri jalan berkelok-kelok di tengah pegunungan batu. Terlihat beberapa titik longsoran batu dari atas tebing. Kolam raksasa yang berwarna biru adalah water park. 

Saat melintas kawasan itu, terlihat pengunjungnya cuma dua orang. Ada juga kran air penyiram tanaman di sekelilingnya. Sungguh, pertunjukan alam luar biasa ciptaan Allah.

Reaksi orang berbeda-beda saat menaiki kereta gantung dengan trek yang panjang dan tinggi, dengan jarak tempuh kurang lebih 20 menit ini. Seru dan menakjubkan. Ada yang santai, ada yang pura-pura santai, dan ada pula yang tegang. 

Setelah beberapa kali naik kereta gantung, aku sih sekarang udah rileks. Ibuku menunduk tegang selama perjalanan. Mungkin saking tegangnya, ibuku sampai kliyengan saat turun dari kereta gantung. 

Allaahu akbar, kami sudah menginjakkan kaki di bumi Thaif meski harus menahan udara dingin. Sehabis tegang naik kereta gantung yang lumayan panjang, tinggi, dan lama ini, langsung deh ngabisin snack.

Aslinya tegang banget naik kereta gantung, tapi dibawa santai saja akhirnya. Foto: Dokumen Pribadi.
Aslinya tegang banget naik kereta gantung, tapi dibawa santai saja akhirnya. Foto: Dokumen Pribadi.

Menyusuri jalanan kota Thaif dimanjakan oleh pepohonan yang melebat dan menghijau. Pohon pinus berjajar di salah satu sudut kota menuju pintu masuk sebuah perumahan. Kaktus tumbuh di mana-mana. Ruang hijau ini seperti bukan di tanah Arab yang terkenal gersang dan tandus.

Menara masjid tampak menjulang di kanan kiri jalan. Ada juga taman bermain dan gazebo-gazebo kecil mirip saung, tapi nggak ada pengunjungnya. 

Walau begitu, taman bermain ini menjadikannya ruang yang ramah keluarga di jantung Kota Thaif. Pemandangan ini kufoto dan kuvideo dari dalam bis yang sedang melaju. 

Pemandangan di salah satu sudut Kota Thaif. Foto: Dokumen Pribadi. 
Pemandangan di salah satu sudut Kota Thaif. Foto: Dokumen Pribadi. 

Kota Thaif ini merekam perjuangan dan dakwah Nabi Muhammad SAW. Pada tahun ke 10 dari kenabian dikenal dengan tahun duka karena pada tahun tersebut, pendukung-pendukung dakwah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. 

Mereka adalah Khodijah binti Khuwailid dan Abu Tholib, istri dan paman Nabi Muhammad SAW yang meninggal dalam waktu berdekatan ( +/- 1 bulan ).

Dengan meninggalnya kedua orang tersebut, maka kaum Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi. Karena penderitaan yang di alami Nabi semakin berat, maka beliau dengan didampingi oleh Zaid bin Haritsah hijrah ke Thaif. Dari hijrah ini, Nabi Muhammad SAW berharap bani Tsaqif akan menerima Islam sebagai agama mereka.

Setibanya di Thaif, mereka diterima oleh tiga bersaudara pemimpin dan bangsawan Thaif yaitu: Abdu Yalil bin Amr bin Umair, Mas'ud bin Amr bin Umair, dan Habib bin Amr bin Umair. 

Setelah Nabi Muhammad SAW menyampaikan maksud dan tujuannya ke Thaif, ketiganya langsung menolak dengan tegas. Bahkan mereka mengerahkan budak-budak dan anak-anak kecil untuk mengusir dan melempari batu kepada Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah. 

Akibatnya kaki Nabi Muhammad SAW terluka parah sedangkan Zaid bin Haritsah yang mencoba melindungi Nabi Muhammad SAW mengalami banyak luka di tubuhnya.

Setelah berlari beberapa saat, keduanya tiba di sebuah kebun kurma yang dimiliki oleh Utbah dan Syaibah bin Rabi'ah. Di kebun tersebut, keduanya duduk di bawah sebatang pohon kurma hingga orang-orang yang melemparinya kembali ke Thaif. Ketika sedang berteduh inilah, Nabi Muhammad SAW berdoa,

"Ya Allah kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya kesanggupanku, kerendahan diriku berhadapan dengan manusia, wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Engkau adalah Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkau juga Pelindungku, kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku? Ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, semuanya itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau tumpahkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau rida (kepadaku), dan tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu." 

Kedua pemilik kebun yang melihat kondisi Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah kemudian mengirimkan seorang budaknya yang bernama Addas untuk membawakan setangkai kurma kepada mereka. Ketika Nabi Muhammad SAW menerima kurma tersebut dan hendak memakannya, beliau mengucapkan kalimat,"Bismillaahirrahmaanirrahiim".

"Ucapan seperti ini tidak dikenal di tempat ini," kata Addas.

Karena penasaran maka Nabi Muhammad SAW bertanya kepadanya, "Dari negeri manakah kamu? Dan apakah agamamu?" Addas menjawab,

"Saya nasrani dari Niniveh," jawab Addas.

"Dari negerinya orang saleh, Yunus bin Matta," kata Nabi Muhammad SAW.

"Apa yang kamu ketahui tentang Yunus?" tanya Addas.

"Dia itu saudaraku, seorang nabi, dan aku juga nabi." jawab Nabi Muhammad SAW.

Addas segera memeluk Nabi Muhammad SAW serta menciumi kepala, tangan dan kaki beliau. Ketika Addas kembali kepada tuannya, mereka memarahinya karena perlakuannya tersebut. 

Tetapi Addas membantah dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah memberitahukan sesuatu kepadanya yang tidak diketahui oleh manusia kecuali seorang nabi.

Addas kemudian kembali menemui Nabi Muhammad SAW, yang kemudian membacakan Al-Qur'an yang berisi kisah Nabi Yunus AS kepadanya. Setelah mendengarnya, Addas kemudian masuk Islam. 

Bersambung ...

#tur ke Thaif

#Telefric Thaif

#wisata di kota Thaif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun