Mereka adalah Khodijah binti Khuwailid dan Abu Tholib, istri dan paman Nabi Muhammad SAW yang meninggal dalam waktu berdekatan ( +/- 1 bulan ).
Dengan meninggalnya kedua orang tersebut, maka kaum Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi. Karena penderitaan yang di alami Nabi semakin berat, maka beliau dengan didampingi oleh Zaid bin Haritsah hijrah ke Thaif. Dari hijrah ini, Nabi Muhammad SAW berharap bani Tsaqif akan menerima Islam sebagai agama mereka.
Setibanya di Thaif, mereka diterima oleh tiga bersaudara pemimpin dan bangsawan Thaif yaitu: Abdu Yalil bin Amr bin Umair, Mas'ud bin Amr bin Umair, dan Habib bin Amr bin Umair.Â
Setelah Nabi Muhammad SAW menyampaikan maksud dan tujuannya ke Thaif, ketiganya langsung menolak dengan tegas. Bahkan mereka mengerahkan budak-budak dan anak-anak kecil untuk mengusir dan melempari batu kepada Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah.Â
Akibatnya kaki Nabi Muhammad SAW terluka parah sedangkan Zaid bin Haritsah yang mencoba melindungi Nabi Muhammad SAW mengalami banyak luka di tubuhnya.
Setelah berlari beberapa saat, keduanya tiba di sebuah kebun kurma yang dimiliki oleh Utbah dan Syaibah bin Rabi'ah. Di kebun tersebut, keduanya duduk di bawah sebatang pohon kurma hingga orang-orang yang melemparinya kembali ke Thaif. Ketika sedang berteduh inilah, Nabi Muhammad SAW berdoa,
"Ya Allah kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya kesanggupanku, kerendahan diriku berhadapan dengan manusia, wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Engkau adalah Pelindung orang-orang yang lemah dan Engkau juga Pelindungku, kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku? Ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, semuanya itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau tumpahkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau rida (kepadaku), dan tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu."Â
Kedua pemilik kebun yang melihat kondisi Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah kemudian mengirimkan seorang budaknya yang bernama Addas untuk membawakan setangkai kurma kepada mereka. Ketika Nabi Muhammad SAW menerima kurma tersebut dan hendak memakannya, beliau mengucapkan kalimat,"Bismillaahirrahmaanirrahiim".
"Ucapan seperti ini tidak dikenal di tempat ini," kata Addas.
Karena penasaran maka Nabi Muhammad SAW bertanya kepadanya, "Dari negeri manakah kamu? Dan apakah agamamu?" Addas menjawab,
"Saya nasrani dari Niniveh," jawab Addas.