Â
"Life is full of secret. Never thought I would have to go through this cycle. Never thought I would experienced the "nightmare" for most of women in the world, never thought I would be this tough to face this challenge, never thought I would "be friend" with hospital. BUT ABOVE ALL ... I am still grateful. I am the "chosen" one from GOD because He loves me that much." Â (@kettydarmadjaja)
Brina sudah lama berkeinginan menjadi dokter. Sebuah profesi yang keren dan bergengsi. Ia memilih kelas IPA saat SMA. Biologi adalah pelajaran favoritnya. Meskipun dia takut dengan darah dan jarum suntik, tidak menyurutkan minatnya untuk mendaftar ke fakultas kedokteran di universitas negeri maupun swasta. Dan dua-duanya gagal. Ia diterima di pilihan kedua, fakultas MIPA.
Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh lebih beberapa menit. Brina sudah berada di ruang operasi bersama perawat yang meminta dirinya untuk mengganti baju dengan baju khas pasien operasi. Bajunya mirip baju laboratorium berwarna hijau. Meskipun di luar hangatnya sang surya erat mendekap permukaan bumi, namun udara dingin menyelimuti seluruh ruang operasi ini.
Brina merasa dirinya cukup tegang. Demi menghalau ketegangan dan bayangan alat-alat operasi, Brina memberanikan diri bercanda dengan perawat. "Taraaa ... Kepala saya gundul kaya Ipin Upin, ya!" Mbak perawat berusaha menghiburnya. "Nggak apa-apa, Bu. Yang penting Ibu semangat untuk sembuh." Kepala Brina yang gundul adalah efek dari kemoterapi. Semua jenis rambut dan bulu di tubuh bisa rontok karenanya.
Brina kembali duduk di kursi roda. Perawat mendorongnya masuk ke kamar operasi. Brina menunduk dan memejamkan matanya. Ia tidak mau terintimidasi dengan peralatan-peralatan medis yang ada di depannya. Biarlah ketenangan hatinya saat ini memperkuat keberaniannya menjalani proses kesembuhan atas penyakitnya. Penyakit kanker payudara yang berhasil disangkalnya selama bertahun-tahun.Â
"Tenang, Bu Brina! Sejatinya Ibu tidak sendiri, tidak kesepian. Ada Allah di sisi Ibu. Dia selalu bersama Ibu." Meskipun Brina bersama para dokter dan nakes ruang operasi yang baru dikenalnya saat itu, namun kalimat-kalimat persembahan guru ngajinya itu terngiang terus di telinganya. Ditambah dukungan dan doa banyak orang membuatnya semakin tenang di meja operasi.Â
Detak jantungnya berirama cukup harmonis, tidak ada yang saling berebut lebih keras. Saat dokter anastesi hendak menyuntikkan obat bius, Brina mantap berkata siap. Suaminya duduk di ruang tunggu sambil membaca alquran, diselingi doa-doa terbaik untuk istri terkasih.Â
Brina berada di sebuah ruangan lain setelah dua jam lebih menjalani pembedahan. Alhamdulillaah semua berjalan lancar. Brina merasa seperti sedang tidur selama dua menit saja. Meskipun kini telah siuman, tetapi kepalanya terasa berat, sulit digerakkan. Hanya kedua netra yang perlahan terbuka dan berusaha membaca situasi di sekelilingnya.
Di sebelah kiri tampak pasien lelaki yang belum sadar. Seorang perawat pria terlihat berjalan mengecek para pasien. Brina berkata pada perawat itu bahwa dia kedinginan. Saat kepalanya bisa digerakkan ke arah kanan, tampaklah sebuah jendela bertabur cahaya keputihan.Â
Dia ingin segera pindah dari ruang itu. Ingin segera keluar dari rumah sakit. Tempat yang ketika dikunjungi membuat nafasnya tiba-tiba terasa berat dan telapak kakinya menghangat, meninggalkan sensasi nyeri saat menapak.
Apakah itu yang disebut fobia? Entahlah! Setelah 29 tahun, Brina baru sadar bahwa menjadi dokter bukanlah profesi yang terbaik baginya. Karena, dengan halangan ketakutannya bisa jadi membuat Brina tidak maksimal memberi kemanfaatan dalam berprofesi.
Mungkin dulu dia kecewa saat gagal tes masuk fakultas kedokteran. Namun, kini dia justru bersyukur bahwa panggilan jiwa sebagai gurulah yang ter-the best untuknya, termanfaat bagi banyak orang lainnya.
Kawan, benar adanya bahwa rencana Tuhan itu selalu baik.
***
*Brina adalah aku yang menjalani operasi setahun yang lalu tepat pada Hari Kanker Sedunia, 4 Februari 2021.*
Informasi dari instagram: @yayasankankerpayudaraindonesia, 4 Februari 2022. Saling Jaga, Saling Peduli.
Hari Kanker Sedunia dirayakan setiap 4 Februari untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker dan mendorong pencegahan, deteksi, dan pengobatan kanker. Hari Kanker Sedunia diperingati dengan tema yang berbeda setiap tahunnya. Tahun ini, tema Hari Kanker Sedunia adalah "Close The Care Gap." Tema ini bermakna pemerataan akses pelayanan kanker yang bermutu. So, what do you want to close it?Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H