Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kado Istimewa Itu adalah ...

1 Januari 2022   13:30 Diperbarui: 3 Januari 2022   01:21 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibuku saat berkunjung ke Kebun Begonia Lembang- Bandung, 2017. Sumber Ilustrasi: Dokumen Pribadi. 

Ibuku dan kesayangannya

Ladiesiana ...

Bu Ninik, ibuku memiliki aneka bunga dan tanaman. Tanpa pupuk tanpa vitamin, bunga dan tanaman-tanaman itu bisa tumbuh dengan subur dan sehat. Kata ibu, tanaman itu seperti wanita. Dia harus sering diperhatikan, diajak ngobrol, disayang, dibelai-belai. Aduh..duh..duh.. Kata-kata ibuku segitunya ya, terdengar lebay.

Namun, kenyatannya memang begitu. Jika dirasa tanamannya layu, ibuku segera minta maaf karena sudah abai. Jika bunganya terlihat sakit, ibuku akan jadi perawat yang siap siaga menjaga pasiennya. Jika ada daun yang dirobek, ibuku segera tahu lalu akan melakukan investigasi sampai ketemu pelakunya.

Saat anak-anakku masih kecil pernah bermain jual-jualan dengan sepupunya. Mereka merobek dan memetik daun-daun. Pura-puranya daun-daun itu dianggap sebagai sayuran. Ketahuan dong sama ibuku. Langsung mereka sembunyi. Takut dimarahi.

Saat ada tamu yang coba menerawang rumah orangtuaku dan menyarankan agar membuang tanaman sirih yang ada di dekat kolam lele, ibuku malah mengajak ngobrol Si Sirih,"Biarin saja dia mau ngomong apa, tenanglah! Aku tak akan membuangmu. Aku akan terus bersamamu, merawatmu."

Seperti ada telepati antara tanaman-tanaman itu dengan sang empunya yang telah sedemikian rupa merawat dan membesarkan mereka. Makanya tidak aneh jika dikatakan ibuku bertangan dingin. Setiap tanaman yang ditanam beliau tumbuh subur dan beranak pinak.

Aku pernah menghadiahi bibit anggrek bulan kepada ibu. Itu terjadi saat aku masih mahasiswa semester enam. Kira-kira dua puluh tujuh tahun yang lalu. Hmm ... ketahuan ya kalau aku angkatan tua.

Bibit anggrek hasil kultur jaringan dalam botol beling itu dipisah satu-satu. Tentu saja perlu waktu lama untuk sampai tahap berbunga. Ibuku merawat anggrek-anggrek itu dengan sabar.

Namun, ibuku mengancam anggrek-anggrek itu saat tidak muncul-muncul juga bunganya. "Awas, ya! Kalau kamu nggak berbunga-bunga terus, Ibu buang nanti!" 

Selang beberapa waktu, bunga anggrek-anggrek itu pun menampakkan mahkota putihnya. Wow, manajemen ancaman yang berhasil. Terbayang anggrek-anggrek yang ketakutan diancam. Hehehe.

Kenangan 

Ladiesiana ...

Kehidupan adalah kumpulan dari berbagai kenangan. Terkenang mudik lebaran 2018 lalu. Saat ngobrol berdua di meja makan, ibuku sedikit merajuk memohon agar tabungan hajinya dialihkan untuk umrah. Beliau ingin umrah berdua dengan bapak. 

Umrah pertama mereka berangkat sendiri-sendiri. Ibu berangkat bersama tetangga pada tahun 2011. Bapak ditemani suamiku berangkat pada tahun 2013. Menurut ibu, menunggu hajian itu lama sementara usia mereka makin lanjut. Oke, tidak masalah.

"Trus, uangnya gimana? Kan perlu dana banyak," tanya ibu.

"Ibu jangan pikirkan hal itu. Doakan saja pada saat yang tepat Allah turunkan rejeki-Nya. Doakan juga semoga aku dan keluarga bisa mendampingi ibu bapak umrah bersama," jawabku.

Lalu berkali-kali kugaungkan dalam hati Allah Maha Kuasa, Allah Maha Kaya, Allah Maha Memudahkan. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah pemilik langit bumi dan segala yang ada di dalamnya. Ibuku ada dalam isak haru.

Pertolongan Allah itu pasti. Kita harus yakin itu. Karena Allah adalah prasangka hamba-Nya. Alhamdulillaah, pada bulan Maret 2019 berangkatlah kami berenam. Aku, suami, kedua anak gadisku, bapak, dan ibu. Urusan cuti, paspor, visa, vaksin, dan dana lancar jaya. Semua nyaris tanpa kendala.

Kenangan umrah 2019. Dari kanan-kiri: Ibu, bapak, aku, anak sulung, suami, anak bungsuku. Sumber Ilustrasi: Dokumen Pribadi. 
Kenangan umrah 2019. Dari kanan-kiri: Ibu, bapak, aku, anak sulung, suami, anak bungsuku. Sumber Ilustrasi: Dokumen Pribadi. 

Allah telah nyata membukakan pintu kemudahan dari berbagai arah yang tidak disangka-sangka. Adikku menanggung biaya umroh ibu. Tabunganku kuhadiahkan untuk bapak. Aku memanfaatkan bonus umrah dari yayasan tempatku mengajar. Anak sulungku membiayai diri sendiri dan adiknya. Suamiku juga membayar sendiri plus menyiapkan bekal untuk sekeluarga.   

Impianku dan suami mendampingi orang tua dan anak-anak ke Haramain terwujud sudah. Betapa riang dan haru rasa hatiku melihat rona bahagia mereka di tanah suci-Nya. Bapak ibu sehat semua. Ibadah lancar. 

Selama di sana nyeri kaki ibuku tidak kambuh. Jalan kaki ke sana-sini tetap kuat di tengah udara dingin kala itu. Tidak masalah dengan aneka makanan yang dihidangkan. Semuanya nikmat. Kuharap ini akan jadi kenangan indah bagi mereka. Kuharap bapak ibu senang dengan pelayanan kami.

Terima kasih kepada adik-adikku: Devi, Hendro, Yeni, dan Budi yang telah banyak membantu moril dan materil. Jazaakumulloohi khoiron. Bahwa, momen 2019 itu adalah kenangan umrah terakhir bapak, siapa sangka? Allaahummaghfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu'anhu.

Kado istimewa itu adalah ... 

Ladiesiana, kado istimewa untuk ibuku di penghujung tahun 2021 adalah kondisi sehatku dalam sakit setelah satu setengah tahun aku berjuang melawan kanker payudara. 

Mendengar anaknya sakit berat, pasti membuat ibuku sedih bukan kepalang. Apalagi setahun sebelumnya, bapakku telah pergi menghadap Ilahi karena gagal ginjal.

Tingginya kasus covid-19 membatasi siapa saja untuk bepergian ke luar rumah. Sehingga, ibuku tidak bisa mendampingiku karena tempat tinggal kami berjauhan. Ibu tinggal di Lumajang, Jawa Timur. Aku berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Dua kali lebaran aku tidak bisa pulang kampung.

Rindu parah itu pasti. Meskipun komunikasi kami selama ini dilakukan melalui telepon, tetapi setiap saat doa ibuku mengalir deras untukku. Tak terkecuali deraian air matanya. Semua itu menguatkan semangatku untuk sembuh dan sehat lagi.  

Alhamdulillaah, allaahu akbar! Setelah menuntaskan rangkaian panjang perawatan medis yang menegangkan dan menyakitkan, kondisi fisikku sudah lebih strong sekarang. Akhirnya bisa mudik juga. Aku sedang berada di Lumajang saat menulis kisah ini.

Sebanyak apapun hadiah yang kuberikan untuk ibuku tidak akan mampu membalas tetesan darah, keringat, dan air matanya. Selamanya tidak akan pernah bisa. Namun, membuatnya tersenyum dan bahagia adalah hal sederhana yang setiap waktu bisa aku lakukan. Semoga ibuku berkenan.

Ibuku memang bukan ratu dunia yang bermahkota, tetapi di telapak kakinya bersemayam istana surga. 

Aku memang bukan anak yang sempurna, tetapi doaku akan selalu ada untuknya.

Matur nuwun untuk segalanya, Bu.

Terima kasih untuk kesempatan baiknya, Ladiesiana Event.

#ladiesiana kado untuk ibu

#eventkomunitasonline

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun