Indeks Pembangunan Manusia di kawasan timur Indonesia, tertinggal jauh dari masyarakat di kawasan barat Indonesia. Kesenjangannya bahkan mencapai satu dekade. Ini solusi dari Pesantren Nuu Waar, yang dimulai sejak tahun 1999 dan telah meluluskan lebih dari 6.000 santri.Â
Gratis untuk Santri dari Kawasan Timur
Â
Ini momen yang menyenangkan. Pada Jumat, 13 September 2024 lalu, saya berkunjung ke Pesantren Nuu Waar. Pesantren itu berada di Kampung Bunut, Desa Taman Sari, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Saya ke sana bersama kawan-kawan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Kami memang sengaja berangkat pagi menjelang siang, dari kawasan Jakarta Pusat. Meski masih pagi, ternyata matahari sudah menyengat. Kami melintasi jalan tol dan pagi itu arus lalu-lintas tidak terlalu padat. Kami leluasa menyusuri jalanan.
Gerbang Tol Burangkeng, itulah salah satu patokan untuk menuju Pesantren Nuu Waar. Dari kawasan Jakarta Pusat, pintu ke luar tol tersebut, rupanya tidak begitu jauh. Tidak sampai 1 jam perjalanan, kami sudah sudah ke luar dari Gerbang Tol Burangkeng.
Dari exit tol tersebut, kami menyusuri jalanan non-tol. Jalanan itu memang tidak terlalu lebar, tapi cukup leluasa untuk kendaraan roda empat berpapasan. Kondisi jalanannya juga lumayan baik, dengan rumah penduduk yang rapat di kiri-kanan jalan.
Di kiri jalan, nampak sebuah setu. Barangkali, karena keberadaan setu itulah, kawasan itu dinamakan Kecamatan Setu. Ini salah satu kecamatan  dari 23 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi. Secara posisi, Kecamatan Setu berada di selatan Bekasi, berbatasan langsung dengan Kecamatan Cileungsi, wilayah Kabupaten Bogor bagian Selatan.
Ada 11 desa dalam Kecamatan Setu, salah satunya Desa Taman Sari. Nah, di desa itulah berdiri Pesantren Nuu Waar, sejak tahun 1999. Nama pesantren itu lengkapnya, Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN). Sejak berdiri hingga kini, setidaknya pesantren tersebut sudah meluluskan lebih dari 6.000 santri.
Setiap tahun, Pesantren Nuu Waar menerima 500-600 santri, perempuan dan laki-laki. Sebagian besar santri di pesantren ini berasal dari kawasan Indonesia Timur. Antara lain, dari Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.