Oh, ya, ia juga aktif bergabung dengan komunitas yang relevan. Salah satunya, dengan Yayasan Cahaya Foundation di Bekasi. Nah, kegiatan jalan kaki Jogja-Bandung yang tengah ia lakukan saat ini, juga didukung oleh yayasan tersebut. Rute Selatan Jawa yang akan ia tempuh selama 20 hari tersebut, berjarak sekitar 400 kilometer.
Komaruddin Rachmat menyebut, ia akan berjalan kaki dengan santai saja. "Rencananya, saya akan jalan kaki dengan kecepatan sekitar 4 kilometer per jam. Target per hari hanya di kisaran 20 kilometer saja," lanjutnya. Selama perjalanan itu, ia akan istirahat dan atau tidur di berbagai tempat umum. Misalnya, di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau di masjid yang memungkinkan.
Untuk perjalanan ini, tim dari yayasan tersebut mendampingi Komaruddin Rachmat dengan sebuah ambulan, dari Jogja hingga Bandung. "Saya juga mendapat dukungan dari ikatan alumni SMA Negeri 1 Bekasi dan ikatan alumni Fakultas Ekonomi Unpad. Itu menjadi ikatan batin yang mengesankan, karena saya pernah studi di kedua tempat tersebut," ungkap Komaruddin, yang tentu saja sangat berterima kasih atas perhatian serta dukungan mereka.
Selain itu, ia juga mendapat dukungan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Pusat serta Komunitas Yastroki cabang Jogja. "Kawan-kawan di Yastroki Pusat Jakarta dan Jogja benar-benar menambah semangat saya untuk mewujudkan jalan kaki Jogja-Bandung ini. Mudah-mudahan tekad Pulih dari Stroke yang saya tebarkan ini, bisa menyemangati," tutur Komaruddin Rachmat.
Pesan untuk Jogja,
Inspirasi Siliwangi Bandung-Jogja
Komaruddin Rachmat adalah warga Bekasi, Jawa Barat. Rute jalan kaki Jogja-Bandung ini ia pilih, karena ia terinspirasi oleh spirit Divisi Siliwangi yang hijrah dari Jawa Barat ke Jogja. Hal itu terkait dengan Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948. Selain itu, karena ia hendak menyampaikan pesan khusus untuk warga Jogja.
Kita tahu, stroke adalah penyakit yang mematikan, menempati urutan ketiga tertinggi, sebagai penyebab kematian di Indonesia, setelah kardiovaskular dan kanker. Media online Liputan6.com, pada Rabu, 25 Agustus 2021, melansir, tiap tahun ada sekitar 550.000 pasien baru stroke di Indonesia.
Dan, Jogja merupakan wilayah yang penduduknya nomor dua terbanyak mengalami serangan stroke, setelah Kalimantan Timur yang berada di urutan teratas. Maka, jadilah pada Sabtu, 5 Agustus 2023 pagi itu, Komaruddin Rachmat dilepas dari dua tempat. Pertama, dari Sanggar Yastroki Jogja di Jalan Tambakboyo, Jetis, Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Jogyakarta.
Kedua, dari titik nol kilometer Jogja, yaitu di jalur antara Alun-alun Utara hingga Tugu Ngejaman di ujung selatan Jalan Malioboro. Secara administratif, titik nol kilometer Jogja itu berada dalam wilayah Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Jogja. Tempat yang dipilih sebagai langkah pertama jalan kaki Komaruddin Rachmat adalah di depan Kantor Pos Jogja, yang berada di wilayah tersebut.
Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H. selaku Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), melepas secara langsung langkah pertama jalan kaki Komaruddin Rachmat. "Apa yang dilakukan Komaruddin ini, menjadi bukti nyata bahwa mereka yang dapat serangan stroke, bisa pulih. Tentu dibutuhkan tekad dan upaya yang kuat, seperti yang sudah dilakukan Komaruddin," ujar Tugas Ratmono setelah acara pelepasan tersebut.
Pelepasan langkah pertama jalan kaki Komaruddin Rachmat itu berlangsung meriah, dihadiri oleh para pengurus dan anggota Komunitas Yastroki cabang Jogja. Tugas Ratmono dan Bambang Hindrarso selaku Ketua Yastroki Jogja, mengapresiasi tekad kuat Komaruddin Rachmat untuk pulih dari serangan stroke.
Mereka berharap, hal itu menjadi inspirasi bagi semua pihak, agar sama-sama bertekad mencegah serangan stroke serta bertekad kuat untuk pulih, bila terserang stroke. Mari semua pihak melakukan gerakan perang semesta melawan stroke.Â