Meski secara usia, masjid ini sudah sangat tua, namun sampai saat ini Masjid Kuncen masih nampak kokoh. Semua sisi bangunan masjid nampak terawat dengan baik. Yang mengesankan, empat pilar yang menjadi tiang penyangga utama, nampak masih sangat kokoh.
Keempat tiang tersebut merupakan kayu jati, sama sekali seperti tidak dimakan usia. Dalam konteks kesejarahan, Masjid Kuncen secara resmi sudah menjadi Cagar Budaya, sejak 29 Juni 2010. Yang meresmikannya adalah Wali Kota Madiun saat itu, Bambang Irianto.
Di bagian belakang masjid, ada pemakaman, yang menjadi satu kesatuan dengan Masjid Kuncen. Di pemakaman itulah Ki Ronggo Jumeno disemayamkan. Sejumlah Bupati Madiun terdahulu, juga dimakamkan di sana. Antara lain, Raden Mas Bagus Petak, Adipati Martoloyo, Adipati Balitar, dan Tumenggung Balitar Tumapel beserta keturunannya.
Karena itulah, selain shalat dan berzikir di Masjid Kuncen, warga yang datang ke sana sekaligus berziarah ke makam para tokoh tersebut. Ketika saya berkunjung ke Masjid Kuncen, beberapa bulan sebelum Ramadan, ada beberapa warga dari luar kota yang menyengajakan mampir ke sana.
Mereka, selain shalat dan berzikir, juga sekaligus melakukan ziarah ke makam para leluhur, yang berada di pemakaman di area belakang Masjid Kuncen. Tak jauh dari masjid, ada sekolah MTs Negeri Kota Madiun. Para siswa sekolah tersebut, sebelum pulang ke rumah masing-masing, juga menunaikan shalat di Masjid Kuncen.
Dalam salah satu ceramahnya di Yogyakarta pada Senin, 19 April 2021 malam, Emha Ainun Najib menyebut, salah satu wujud kebaikan universal itu adalah silaturahmi. "Kalau silaturahmi warga baik, masjid akan berkembang baik. Masjid itu buah dari kebaikan orang di kawasan yang bersangkutan," ungkap Cak Nun.
Agaknya, apa yang diungkapkan Cak Nun, tercermin di Masjid Kuncen. Taman serta halaman masjid tertata baik. Area parkir sepeda motor serta mobil, juga tertata. Demikian juga halnya dengan kawasan pemakaman. Saat saya berkunjung ke sana, petugas pemakaman dengan telaten membersihkan area makam yang menjadi tanggung jawabnya.
Cak Nun dengan lugas menarasikan masjid dalam petikan sajak Seribu Masjid Satu Jumlahnya:
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Jakarta, 8 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H