Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Begitu Engkau Bersujud
Itu petikan sajak Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Najib. Sosok pria ini, lebih dikenal sebagai Cak Nun. Karyanya berupa puisi dan esei tersebar di jagat maya. Ceramahnya bertebaran di berbagai media digital. Ia sangat aktif menggunakan media sosial.
Kompas.com pada Senin, 15 Oktober 2018 | 06:07 WIB, melansir content tentang sikap Cak Cun mengenai media sosial Cak Nun: Harus Ada Demokratisasi Media Sosial. "Intinya memang harus ada demokratisasi media sosial. Sekarang ini orang lebih percaya kepada medsos (media sosial) daripada kiainya. Anak lebih percaya WA (WhatsApp) dibanding orangtuanya," ujar Cak Nun di kediamannya, di Bantul, Yogyakarta, pada Minggu, 14 Oktober 2018.
Demikian lansiran kompas.com. Cak Nun memulai karirnya sebagai penulis, sejak tahun 1969, saat usianya menginjak 16 tahun. Dan, masih terus aktif hingga kini. Sajak-sajak religi-nya, sangat mengesankan. Salah satunya, Begitu Engkau Bersujud yang ditulis tahun 1987. Ada lagi Seribu Masjid Satu Jumlahnya, yang terbilang panjang, hingga 11 bait. Â Â
Sajak-sajak masjid karya Cak Nun tersebut, langsung teringat, begitu saya memasuki pekarangan Masjid Kuncen. Inilah masjid tertua di Kota Madiun, Jawa Timur. Didirikan pada tahun 1575 oleh Pangeran Timoer, yang juga dikenal dengan nama Ki Ronggo Jumeno. Ia merupakan Bupati Pertama Madiun. Masjid itu berada di Kelurahan Kuncen, Kecamatan Taman, Kota Madiun.
Pada awalnya, Masjid Kuncen didirikan di sisi barat daya dari bangunan masjid saat ini. Karena dinilai kurang strategis dan kurang besar, pada tahun 1590, masjid tersebut dipindahkan ke lokasi masjid yang sekarang. Ki Ronggo Jumeno adalah keturunan Raden Patah. Kita tahu, Raden Patah merupakan pendiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Masjid Kuncen sudah sejak lama menjadi destinasi wisata religi di Kota Madiun. Tiap kali Ramadan, masjid ini menjadi salah satu tempat favorit warga untuk shalat tarawih. Juga, menjadi pilihan untuk itikaf di 10 hari terakhir Ramadan.
Cagar Budaya yang Terpelihara
Ada juga warga dari luar Kota Madiun, yang sengaja menunaikan ibadah Ramadan di sini. Bangunan masjid yang dominan dari kayu dan relatif terbuka, membuat jamaah betah berlama-lama di sana. Apalagi pekarangan masjid lumayan luas. Membuat warga yang melintas, leluasa singgah serta menunaikan shalat.