Mempekerjakan warga lokal, apalagi dalam jumlah ribuan orang, tentulah tidak mudah. Banyak contoh konflik yang telah terjadi di tanah air terkait hal tersebut. Tapi, sejak berbisnis kayu manis tahun 2017 di Kerinci hingga kini, Budi Susilo sama sekali tidak pernah mengalami konflik dengan ribuan karyawannya. Tidak pernah ada konflik dengan warga sekitar.
Inilah salah satu kepiawaian Budi Susilo, dalam konteks leadership bisnis. Ia paham kebutuhan warga desa, karena intens berdialog dengan mereka. Budi Susilo menempatkan ribuan karyawan tersebut benar-benar sebagai asset perusahaan. "Kami mengedepankan pertumbuhan ekonomi warga. Kami ingin kelak akan lahir sumber daya manusia unggul dari Kabupaten Kerinci. Unggul secara kesehatan, unggul pula secara pendidikan," ungkap Budi Susilo penuh optimis. Â Â Â Â Â
Dalam tataran peduli warga itulah, Budi Susilo mengelola bisnis perkebunan dan pengolahan kayu manis di Kabupaten Kerinci. Hal itu merupakan cermin dari perjalanan edukasi yang ia tempuh sepanjang hidupnya. Edukasi yang mencerahkan, sekaligus menumbuhkan spirit hidup kepada sesama.Â
Secara akademik, S-1-nya dari Universitas Taruma Negara Jakarta, S-2-nya dari London School of Economic Inggris, dan kini ia tengah menjalani tahap akhir S-3 di Washington University, Amerika Serikat. Dengan kata lain, Budi Susilo mengolaborasikan ilmu ekonomi yang ia peroleh di dunia akademik dengan realitas sosial di lapangan.
Agaknya, inilah yang disebut sebagai Social Approach, Economic Approach. Sejauh ini, Budi Susilo meyakini, kolaborasi kedua pendekatan tersebut adalah pilihan yang tepat untuk bisnis perkebunan dan pengolahan kayu manis. Menghadapi warga, melibatkan warga, serta mengelola spirit hidup warga, itulah kunci pentingnya.
Budi Susilo menduga, minimnya pengusaha perkebunan masuk ke bisnis perkebunan dan pengolahan kayu manis, terutama karena ketidaksiapan dalam menghadapi warga. "Pebisnis kan umumnya lebih suka menghadapi mesin. Otomatisasi. Sementara, kalau dengan warga, yang kita hadapi kan manusia ... perlu pendekatan sosial sekaligus pendekatan ekonomi, agar bisnis berkelanjutan," ungkap Budi Susilo.
Jakarta, 27 Februari 2023