Selain itu, setiap 17 Agustus, Nanang Ribut Supriyatin selalu tampil membaca puisi di Teater Arena TIM, bersama sejumlah penyair lainnya. Itu memang agenda tahunan TIM, dalam memperingati Hari Kemerdekaan. Melalui pembacaan puisi dan diskusi sastra, TIM nyaris tak pernah absen membangkitkan kesadaran berbangsa. Dan, Nanang Ribut Supriyatin senantiasa menjadi bagian dari aktivitas tersebut.
Mencermati Tiga Fase TIM
Dalam puisi Rayuan Pulau Kelapa di Taman Ismail Marzuki, yang membuat Nanang Ribut Supriyatin tampil sebagai Juara I, ia membagi TIM ke dalam tiga fase.Â
Fase pertama, tentang keberadaan TIM yang ia kenal sejak tahun 1980-an. Oh, ya Lomba Cipta Puisi Kenangan Tentang TIM tersebut meliputi kenangan di rentang tahun 1968 hingga tahun 2018. Ini petikan puisi Nanang Ribut Supriyatin di fase pertama:
Seperti bangunan rumah sakit yang berdiri di atas tanah basah
Dalam sebuah ladang besar, kebun sayur yang tak terawat
Dimana cacing-cacing dan kecoa berlarian di atas rerumputan
Demikian sang penyair mencatat keberadaan TIM, di masa awal Taman Ismail Marzuki (TIM) didirikan oleh Gubernur Ali Sadikin, pada 10 November 1968. Selanjutnya, pada fase kedua, Nanang Ribut Supriyatin mencatat dalam puisi-nya tentang berbagai aktivitas kesenian di TIM yang ia tonton dan yang ia terlibat dalam sejumlah aktivitas tersebut. Ini petikan fase kedua:
Diskusi demi diskusi, argumentasi dengan nalar faktual dan imajinasi
Bahasa linier yang padat dan terus berkembang seperti tak henti
Memecah ruang-ruang tertutup dan sunyi, bagai mikrofon pecah
Di fase kedua tersebut, Nanang Ribut Supriyatin mencatat dalam puisi-nya, betapa maraknya aktivitas di TIM. Tak bisa diingkari, TIM telah menjelma menjadi ruang ekspresi yang sangat dinamis. Berbagai pertunjukan dan diskusi, senantiasa menampilkan tokoh-tokoh penting, yang karya-karya mereka menggema ke seluruh tanah air.
Selanjutnya, pada fase ketiga, Nanang Ribut Supriyatin mencatat dalam puisi-nya tentang bagaimana TIM mengembangkan segala sumber daya kesenian Indonesia, demi memajukan negeri ini dari sektor seni budaya. Ini petikan fase ketiga:
Matahari akan selalu bersinar di antara gedung-gedung tinggi
Bangunan-bangunan seni tanpa sekat, serpihan lampu pada kaca
Destinasi yang berubah di antara Planetarium dan