Artinya, pendakwah harus terlebih dahulu menjaga perbuatan lidah dan tangannya, sebelum mengingatkan umat yang menjadi khalayaknya. Agar perilakunya menjadi teladan bagi yang lain. Dalam hal ini, KH Embay mengkritik para pendakwah yang marah-marah, yang mencaci-maki. Bahkan, ada yang sampai mengajak serta memprovokasi umat untuk mencelakakan orang lain.
Dengan tegas, KH Embay menyebut, "Membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh semua manusia. Sebaliknya, menyelamatkan nyawa seorang manusia, sama dengan menyelamatkan nyawa semua manusia." Maksudnya, tidak ada alasan apa pun bagi seorang muslim untuk mencelakakan manusia lain. Tidak.
Untuk kesekian kalinya, KH Embay mencontohkan Nabi Muhammad ketika berdakwah kepada warga Thaif, di lembah yang subur, dekat pegunungan Asir di jazirah Arab. Ketika itu Nabi Muhammad dicaci-maki, dilempari, bahkan berdarah-darah oleh warga Thaif, yang belum menerima hidayah Allah. Apakah Nabi Muhammad marah? Balas dendam?
"Tidak. Sama sekali, tidak," tukas KH Embay. Sebaliknya, Nabi Muhammad berdoa, memohon agar Allah memberikan hidayah kepada warga Thaif. Sikap yang demikianlah yang disebut KH Embay, sebagai hakekat dari pendekatan dakwah. Merangkul. Bukan memukul. Menunjukkan sikap simpati. Bukan mencaci-maki.
Menebarkan pendekatan dakwah yang merangkul itulah, yang terus disampaikan KH Embay, tiap kali menyambangi ulama muda serta pendakwah muda di berbagai pengajian dan di berbagai pondok pesantren di wilayah Banten. Dan, spirit KH Embay ini patut kita support, dalam konteks menjaga serta merawat kerukunan, demi bangsa dan negara ini.
Kota Serang, 22 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H