Okelah, secara kapasitas penumpang memang belum sebanyak itu. Namun, dengan area yang demikian luas serta aset yang demikian besar nilainya, kenapa PT Angkasa Pura I (Persero) belum memandang perlu adanya pengamanan yang melibatkan Polisi di Bandara YIA? Dalam konteks kasus wanita yang pamer alat vital tersebut, juga terkuak lemahnya kesadaran pengelola Bandara YIA tentang pengamanan.
Hal itu saya temukan dari pernyataan Pelaksana Tugas Sementara (PTS) General Manager Bandara Internasional Yogyakarta, Agus Pandu Purnama, dari penelusuran di media. Ia menjelaskan, aksi pamer buah dada dan alat kelamin tersebut, direkam di lantai dua area parkir Bandara YIA. Area lantai dua itu digunakan sebagai area parkir mobil calon penumpang dan atau mobil pengantar.
Nah, dari hasil penelusuran di video yang tayang, aksi tersebut persisnya
dilakukan di jalan penghubung, antara lantai pertama dan lantai kedua area parkir Bandara YIA. Agus Pandu Purnama menyebut, di titik itu tidak terdapat closed circuit television (CCTV) sama sekali. Akses yang dimaksud, berada di bagian barat lantai kedua dan jalan penghubung untuk pejalan kaki itu, relatif jarang dilalui oleh orang.
Pertanyaannya, apakah karena jalan penghubung itu lengang, makanya sang wanita berani melakukan aksi tak senonoh? Atau, apakah sang pemegang kamera sudah tahu bahwa area itu tidak terpantau CCTV? Sekali lagi, dalam konteks pengamanan bandara, apalagi bandara internasional, titik-titik blind spot sesungguhnya adalah area yang sangat rawan.
Jakarta 6 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H