Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulau Pak Harto, Keliling Pulau Bulat di Teluk Jakarta

9 Agustus 2021   14:07 Diperbarui: 13 Agustus 2021   01:36 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dermaga Pulau Bulat, salah satu pulau yang ada di kawasan Kepulauan Seribu. Foto: Reynas Abdilla/Tribunnews.com

Pulau Bulat, begitulah namanya. Pulau Bulat ini salah satu dari 130 pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Secara administrasi, Kepulauan Seribu adalah sebuah Kabupaten di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Luas pulau ini sekitar 1,28 hektar. Kita cukup berjalan kaki selama 15 menit, untuk mengelilingi wilayah ini, yang dikenal sebagai Pulau Pak Harto. 

Ya, warga Kepulauan Seribu, termasuk para nelayan dan awak kapal, menyebut pulau ini sebagai Pulau Pak Harto. Yang mereka maksud tentu saja Soeharto, Presiden yang memimpin Republik Indonesia selama 7 periode, 32 tahun. 

Jenderal besar bintang lima itu, mengundurkan diri sebagai Presiden, karena mahasiswa dan rakyat turun ke jalan berunjuk rasa secara besar-besaran.


Soeharto mundur pada Kamis (21/05/1998), hanya berselang 70 hari, setelah dikukuhkan lagi sebagai Presiden untuk periode ketujuh. Soeharto mundur setelah demo berdarah yang merenggut banyak nyawa. 

Secara historis, Pulau Bulat ini tentulah menjadi salah satu jejak sejarah perjalanan Pak Harto. Apalagi, Pak Harto pernah merayakan Tahun Baru di sana bersama keluarga besarnya.

Itu dikonfirmasi oleh postingan putrinya, Tutut Soeharto @tututsoeharto di media sosial instagram. Dalam postingan itu, Tutut menampilkan foto Pak Harto dan Ibu Tien saling berpelukan. 

Mereka sama-sama mengenakan baju batik. Tutut juga menuliskan, bahwa peringatan Tahun Baru adalah momen penting bagi keluarga besar Pak Harto. Seluruh anggota keluarga berkumpul bersama, merayakannya dengan suka-cita.

Wisata ke Pulau Pak Harto di Kepulauan Seribu, Jakarta. Destinasi penting dari mantan Presiden, yang berkuasa selama 32 tahun. Foto: isson khairul
Wisata ke Pulau Pak Harto di Kepulauan Seribu, Jakarta. Destinasi penting dari mantan Presiden, yang berkuasa selama 32 tahun. Foto: isson khairul

Foto tersebut adalah momen peringatan Tahun Baru 1986 di Pulau Bulat. Boleh jadi, selain di momen tersebut, Pak Harto dan atau keluarga besarnya, juga kerap ke sana. Apalagi Pak Harto dikenal sebagai sosok yang hobi memancing di laut. Inilah agaknya yang membuat warga Kepulauan Seribu menyebut pulau itu sebagai Pulau Pak Harto.

Dalam konteks memancing, ketika saya berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, saya melihat ada sebuah perahu yang terbuat dari fiber. Kondisinya sudah lapuk, dibiarkan teronggok begitu saja. Beberapa nelayan yang tengah berada di sana menyebut, perahu fiber tersebut di masa lalu kerap menemani Pak Harto memancing.

Oh, ya, ketika menjejakkan kaki di pulau ini, kita langsung disambut oleh dermaga kayu yang sudah rapuh. Bahkan sebagian kayu dermaga sudah copot dan hilang. 

Ada pula yang ditambal dengan bambu, yang diikat dengan tali seadanya. Bahkan, pembatas beton yang dibangun di sekitar pulau untuk menangkal hempasan ombak, sebagian besar sudah rusak.

Ada juga catamaran atau katamaran. Ini sejenis kapal dengan bentuk konfigurasi 2 lambung kapal atau memiliki 2 badan kapal. Kondisinya sudah tidak layak pakai. Dibiarkan teronggok begitu saja di samping warung, tak jauh dari bibir pantai. Di dekatnya ada meja kecil dan bangku kayu untuk duduk-duduk.

Ada juga bangunan bertingkat dua, yang pada masanya nampak megah. Kabarnya, di sinilah Pak Harto dan keluarga dulu berkumpul, jika berkunjung ke Pulau Bulat. Kini, bangunan tersebut sudah lapuk. Sebagian sudah runtuh. Atap gentengnya banyak yang sudah berserakan di tanah.

Ada juga menara kayu yang dibangun dengan ketinggian puluhan meter, yang hingga kini masih nampak kokoh. Kabarnya, menara tersebut di masa Orde Baru, digunakan untuk mengawasi kapal-kapal yang melintas di sekitar Pulau Pak Harto. 

Dalam konteks pengamanan kepala negara, tentu ada protokol serta mekanisme yang ada aturannya. Agaknya, menara inilah satu-satunya jejak kekokohan Pak Harto yang masih tersisa di sana.

Secara keseluruhan, Pulau Pak Harto ini rindang dan teduh, karena ditumbuhi pohon-pohon yang lebat daunnya. Semasa berkuasa, Pak Harto memang kerap menampilkan diri sebagai sosok yang cinta pada pertanian serta perkebunan. 

Pulau ini sering dikunjungi wisatawan yang berwisata ke kawasan Kepulauan Seribu. Dari beberapa orang yang mengaku sebagai pengurus pulau, sejak Pak Harto jatuh dari kekuasaannya, tak ada lagi Keluarga Cendana yang berkunjung ke sana.

Di masa lalu, tentu sangat tidak mungkin kita berkunjung ke Pulau Bulat. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa ke sana. Setelah Orde Baru runtuh, nampaknya pulau itu tak lagi dikuasai keluarga Pak Harto. Untuk berkunjung ke sini, wisatawan bisa mencarter perahu motor dari Pulau Pramuka dan atau dari Pulau Panggang.

Melihat kondisi Pulau Bulat yang demikian, tentu menjadi gambaran pada kita, bahwa setelah Pak Harto lengser, berakhir pula-lah perhatian terhadap pulau tersebut.

meskipun kekuasaan melebihi luas lautan

meskipun kekayaan melimpah hingga ke kaki langit

pada waktunya semua akan berakhir

dengan cara yang wajar

atau direnggut oleh arus massa

hingga sakitnya melampaui batas usia

Datang ke Pulau Bulat, setidaknya menjadi pengingat untuk mereka yang kini berkuasa ...

Jakarta 09 Agustus 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun