Ada pula yang ditambal dengan bambu, yang diikat dengan tali seadanya. Bahkan, pembatas beton yang dibangun di sekitar pulau untuk menangkal hempasan ombak, sebagian besar sudah rusak.
Ada juga catamaran atau katamaran. Ini sejenis kapal dengan bentuk konfigurasi 2 lambung kapal atau memiliki 2 badan kapal. Kondisinya sudah tidak layak pakai. Dibiarkan teronggok begitu saja di samping warung, tak jauh dari bibir pantai. Di dekatnya ada meja kecil dan bangku kayu untuk duduk-duduk.
Ada juga bangunan bertingkat dua, yang pada masanya nampak megah. Kabarnya, di sinilah Pak Harto dan keluarga dulu berkumpul, jika berkunjung ke Pulau Bulat. Kini, bangunan tersebut sudah lapuk. Sebagian sudah runtuh. Atap gentengnya banyak yang sudah berserakan di tanah.
Ada juga menara kayu yang dibangun dengan ketinggian puluhan meter, yang hingga kini masih nampak kokoh. Kabarnya, menara tersebut di masa Orde Baru, digunakan untuk mengawasi kapal-kapal yang melintas di sekitar Pulau Pak Harto.Â
Dalam konteks pengamanan kepala negara, tentu ada protokol serta mekanisme yang ada aturannya. Agaknya, menara inilah satu-satunya jejak kekokohan Pak Harto yang masih tersisa di sana.
Secara keseluruhan, Pulau Pak Harto ini rindang dan teduh, karena ditumbuhi pohon-pohon yang lebat daunnya. Semasa berkuasa, Pak Harto memang kerap menampilkan diri sebagai sosok yang cinta pada pertanian serta perkebunan.Â
Pulau ini sering dikunjungi wisatawan yang berwisata ke kawasan Kepulauan Seribu. Dari beberapa orang yang mengaku sebagai pengurus pulau, sejak Pak Harto jatuh dari kekuasaannya, tak ada lagi Keluarga Cendana yang berkunjung ke sana.
Di masa lalu, tentu sangat tidak mungkin kita berkunjung ke Pulau Bulat. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa ke sana. Setelah Orde Baru runtuh, nampaknya pulau itu tak lagi dikuasai keluarga Pak Harto. Untuk berkunjung ke sini, wisatawan bisa mencarter perahu motor dari Pulau Pramuka dan atau dari Pulau Panggang.
Melihat kondisi Pulau Bulat yang demikian, tentu menjadi gambaran pada kita, bahwa setelah Pak Harto lengser, berakhir pula-lah perhatian terhadap pulau tersebut.
meskipun kekuasaan melebihi luas lautan
meskipun kekayaan melimpah hingga ke kaki langit