Imunitas. Imun tubuh. Itulah kata-kata yang jadi hit di musim virus corona ini. Terus, ada yang menjadikannya peluang usaha. Maka, munculah produk makanan dan minuman untuk menaikkan imun tubuh. Biar lebih keren, ditambahi label untuk melawan covid. Benarkah ampuh?
Olahraga dan Gembira
Okelah, selanjutnya terserah Anda. Mau beli ya silakan. Nggak beli? Itu artinya nggak men-support usaha teman. Membeli jualan teman, itu kan juga sudah jadi slogan yang kondang di lebih setahun masa pandemi ini. Namun, apa pun itu, intinya adalah menjaga serta menaikkan imun tubuh. Menaikkan daya tahan tubuh.
Di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, ada tiga cara untuk menaikkan imun tubuh pasien. "Dengan perawatan medis, dengan asupan gizi, dan dengan olahraga teratur," ujar Letnan Kolonel Laut M. Arifin, Kepala Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Yang menjadi instruktur senam ya pasien juga. Entah kebetulan atau tidak, selalu saja ada pasien yang bersedia menjadi instruktur. Ada yang memang profesional, ada pula yang semi pro. Tapi, ya lumayanlah untuk memandu gerak para pasien. Setelah sesi senam, baru deh Letkol M.Arifin beraksi dengan games, melalui kuis-kuis seru.
Letnan Kolonel M. Arifin memulai dengan melontarkan kuis. Yang bisa menjawab kuis dengan benar, diganjar hadiah. Bisa berupa uang cash, berupa barang, bahkan hadiahnya bisa berwujud sepeda lipat. Seru, kan? Seseruan itulah yang menimbulkan kegembiraan. Melepas beban pikiran. Membebaskan pasien dari stres.
Nah, dengan berolahraga, juga dengan bersuka-ria, kita sesungguhnya sedang meredam stres. Kita bisa terbebas dari stres. Tubuh akan memproduksi sel darah putih secara maksimal. Ujung-ujungnya, imunitas tubuh meningkat. Daya tahan tubuh membaik. Pasien di RSDC itu pun akan lebih cepat pulih.
Terapi Secara Mandiri Â
Meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat pemulihan pasien. "Strategi itulah yang saya terapkan di RSDC. Saya motivasi mereka untuk menerapi diri sendiri melalui senam bersama serta bersuka-ria dengan kuis plus saweran. Boleh dibilang, ini terapi secara mandiri," ungkap Letkol M. Arifin sembari tertawa-tawa.
"Kegembiraan ini terus kami jaga, demi menaikkan imun tubuh. Demikian pula dengan kegembiraan para tenaga kesehatan," lanjut Letkol M. Arifin. Para pasien dan para tenaga kesehatan (nakes) sama-sama berpotensi mengalami stres. Pasien stres karena terpapar Covid-19. Nakes stres, antara lain, karena selama bertugas di RSDC Wisma Atlet, tidak diizinkan keluar dari kawasan RSDC.
Bahkan, setelah nakes menyelesaikan masa kontrak kerja, mereka pun harus menjalani masa karantina, sebelum diperkenankan meninggalkan RSDC Wisma Atlet. Ritme kerja yang demikian, tentu saja berpotensi menimbulkan stres. Salah satu upaya untuk meredakan tekanan psikis, sebagian besar nakes memilih olahraga lari, mengitari kawasan RSDC.
Paparan di atas merupakan gambaran, bagaimana RSDC Wisma Atlet Kemayoran merawat pasien Covid-19 secara total, secara fisik dan psikis. "Itulah yang terus dikembangkan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Banyak pasien yang menikmati suasana seperti ini. Bahkan, ada pasien yang sudah dinyatakan negatif Covid-19, tapi tetap ingin lebih lama tinggal di sini. Tentu tidak kami izinkan, karena RSDC kan untuk merawat warga yang positif Covid-19," lanjut Letkol M. Arifin, yang sebelumnya menjabat Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Jakarta 04-06-2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H