Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Alasan Suprajarto "Dihukum" dari Bank BRI ke BTN

30 Agustus 2019   19:29 Diperbarui: 30 Agustus 2019   19:37 3025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Kamis (29/08/2019), Suprajarto diangkat menjadi Direktur Utama Bank Tabungan Negara. Padahal, saat itu, jabatan Suprajarto adalah Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia. Itu bukan promosi, tapi hukuman. Kenapa Suprajarto harus dihukum?

Tragedi Angkat-Copot BTN-BRI 

Kita tahu, Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Otoritas di kedua bank tersebut berada di tangan Menteri BUMN, yang saat ini dijabat oleh Rini Soemarno. 

Mengangkat serta mencopot petinggi kedua bank itu adalah otoritas Rini Soemarno, melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB).

Yang terjadi pada Kamis (29/08/2019) itu adalah RUPS-LB. Para pemegang saham Bank BTN pada hari itu menggelar RUPS-LB di Gedung Menara Bank BTN, Jalan Gajah Mada No. 1, Jakarta Pusat. RUPS-LB tersebut, berlangsung sejak pukul 14:30 WIB dan berakhir sekitar pukul 17:20 WIB. Di rentang waktu sekitar 3 jam itulah, hukuman terhadap Suprajarto diputuskan.

Salah satu keputusan RUPS-LB tersebut: Suprajarto diangkat menjadi Direktur Utama Bank BTN. Bagi saya, pengangkatan itu bukan promosi, tapi hukuman. Argumen saya, begini. Pertama, Suprajarto saat itu adalah Direktur Utama Bank BRI. Kedua, RUPS-LB itu adalah RUPS-LB Bank BTN, diadakan di Gedung Menara Bank BTN. Ketiga, peserta RUPS-LB itu adalah para pemegang saham Bank BTN, bukan pemegang saham Bank BRI.

Tapi, kenapa keputusan RUPS-LB itu mencopot Suprajarto selaku Direktur Utama Bank BRI? Dicopot? Iya, dengan pengangkatan Suprajarto menjadi Direktur Utama Bank BTN, otomatis Suprajarto dicopot dari Direktur Utama Bank BRI. Itu ditegaskan oleh Gatot Trihargo selaku Deputi Kementerian BUMN bidang Jasa Keuangan, Jasa Konstruksi, dan Jasa Lainnya, pada Kamis (29/08/2019).

Mekanisme pencopotan itu, tentulah tidak lazim. Itu tragedi yang menyakitkan. Karena itulah, saya menyebut pencopotan tersebut sebagai hukuman terhadap Suprajarto. Jika Suprajarto dicopot melalui mekanisme RUPS-LB Bank BRI, itu adalah pencopotan normal. Itu sesuatu yang wajar dalam konteks bisnis perbankan.

Saya menilai, hukuman terhadap Suprajarto itu, adalah bagian dari manuver Rini Soemarno selaku Menteri BUMN. Dari penelusuran saya, desakan untuk diadakan RUPS-LB Bank BTN, dimulai dari surat Menteri BUMN Nomor S-727/MBU/S/07/2019 tanggal 09 Juli 2019. Itu saya konfirmasi dengan pengumuman manajemen Bank BTN di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu (07/08/2019).  

Manuver Rini Soemarno

Kita tahu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan go public, yang sahamnya diperdagangkan di BEI. Bank BTN mulai melantai di bursa pada 17 Desember 2009. Konferensi pers go public Bank BTN itu digelar di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan, pada Kamis (19/11/2009). Sebagai perusahaan yang sudah go public, tentulah sejumlah aktivitas perusahaan diumumkan secara luas kepada publik.

Ada tiga agenda yang diusulkan di RUPS-LB Bank BTN tersebut. Salah satunya, pergantian pengurus Bank BTN. Itu merupakan usulan dari Menteri BUMN Rini Soemarno. Artinya, mengganti Maryono selaku Direktur Utama Bank BTN, kemudian mengangkat Suprajarto, adalah bagian dari agenda Rini Soemarno. Nampaknya, itu agenda hukuman terhadap Suprajarto, yang sudah didesain.

Agenda hukuman terhadap Suprajarto tersebut, sebenarnya sudah tercium oleh kalangan jurnalis. Berbagai upaya untuk mengkonfirmasi, juga sudah dilakukan. Salah satunya, kepada Rini Soemarno. 

Itu dilakukan jurnalis di sela acara Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 di Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, pada Selasa (20/08/19). Namun, Rini Soemarno mengelak. "Nanti saja, lihat seperti apa," ujar Menteri BUMN itu sambil berlalu.

Saya kemudian menelusuri, apa ya yang membuat Suprajarto dicopot dengan cara seperti itu? Kenapa ya Suprajarto harus dihukum melalui tragedi yang menyakitkan itu? Toh, ada mekanisme pencopotan normal secara bisnis, yang bisa ditempuh. Rini Soemarno selaku Menteri BUMN tentulah bisa leluasa melakukan itu. Ia kan pemegang otoritas. Apakah karena Suprajarto tidak perform selaku Direktur Utama Bank BRI?

Karena ini era digital, mari kita cermati strategi digital Bank BRI. Pada Agustus 2018, Bank BRI meluncurkan layanan pembayaran berbasis digital, yakni MyQR. Proses transaksi di Bank BRI menjadi jauh lebih cepat dan efisien. Empat bulan kemudian, pada Rabu (19/12/2018), Bank BRI menggelar Media Gathering di Hotel Mulia, Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat.

Di acara itu, Handayani selaku Direktur Konsumer Bank BRI, menyebut, sales volume MyQR sampai Desember 2018, sudah lebih dari Rp 23 miliar. Untuk ukuran rentang waktu yang baru 4 bulan, itu bukanlah jumlah yang kecil. 

Itu juga menjadi penanda, bahwa strategi Bank BRI mengadopsi teknologi digital untuk perbankan, relatif sudah on track. Bukan lagi mencari-cari bentuk, tapi sudah di tingkat pengembangan, untuk meluaskan pasar.

Reputasi Digital Bank BRI

Selain MyQR yang diluncurkan Agustus 2018, pada tahun itu juga, Bank BRI meluncurkan BRISPOT. Ini aplikasi untuk proses pengajuan pinjaman ke Bank BRI. Pinjaman tersebut bisa cair dalam hitungan jam, di hari yang sama. 

Sebab, BRISPOT menjadikan proses kredit mikro lebih cepat, efisien, paperless, dan digital base. Dengan demikian, mobilitas Mantri BRI yang selama ini aktif menjangkau calon nasabah, lebih leluasa. Tak mesti menunggu nasabah datang mengajukan kredit ke kantor cabang atau unit perseroan.

Pada Kamis (22/08/2019), Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari Bank BRI dinobatkan sebagai Mortgage Product of The Year dalam acara The Asian Banker Indonesia Awards 2019 yang digelar di Jakarta. Kita tahu, The Asian Banker adalah majalah ekonomi terkemuka di Asia, yang berbasis di Singapura. Menurut Handayani selaku Direktur Konsumer Bank BRI, prestasi tersebut tak lepas dari strategi perseroan, yang tengah gencar men-digitasi proses bisnis konsumer.

Sebelumnya, pada Jumat (12/07/2019), Bank BRI meraih penghargaan sebagai Bank Persero Terbaik dan CEO of The Year 2019 di ajang Bisnis Indonesia Award 2019. Penghargaan itu diterima langsung oleh Suprajarto selaku Direktur Utama Bank BRI di Hotel Raffles, Jalan Prof. DR. Satrio Kav. 3-5, Jakarta Selatan. Semua itu menjadi penanda berikutnya, yang menunjukkan kepada kita tentang kinerja Suprajarto memimpin Bank BRI.

Bagaimana dengan laba? Sepanjang tahun 2018, Bank BRI berhasil mendulang laba Rp 32,4 triliun. Ini menunjukkan, betapa kokohnya Bank BRI di segmen market mikro dan publik. Capaian tersebut semakin memperkokoh rekor Bank BRI, sebagai bank pencetak laba terbesar di Indonesia, selama 14 tahun berturut-turut, sejak tahun 2004.

Nah, dengan reputasi digital, penghargaan, serta catatan laba di atas, sebenarnya kita tidak perlu lagi mempertanyakan performa Suprajarto selaku Direktur Utama Bank BRI. Artinya, kinerja serta performa Suprajarto tidak bisa dijadikan dasar untuk mencopotnya dengan cara yang tidak lazim. Ia sangat tidak pantas dihukum dengan tragedi yang menyakitkan itu.

Apakah ada konflik pribadi antara Suprajarto dengan Rini Soemarno? "Waduh, nggak ada [persoalan]. Selama ini saya profesional, saya berusaha menjalankan tugas secara profesional, itu saja," ujar Suprajarto di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (29/08/2019).

Kita tahu, pada Kamis itu juga, hanya beberapa jam setelah RUPS-LB Bank BTN memutuskan mengangkat Suprajarto menjadi Direktur Utama Bank BTN, Suprajarto mengundurkan diri. Ia menolak pengangkatan tersebut. Suprajarto mengaku tidak pernah diajak bicara mengenai penetapan dirinya menjadi Direktur Utama Bank BTN. Suprajarto tak bisa menerima keputusan RUPS-LB BTN itu.

Suprajarto menjabat sebagai Direktur Utama Bank BRI, sejak tahun 2017. Ia sarjana ekonomi dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan Magister Manajemen Pemasaran di Universitas Padjajaran Bandung. Di kampus ini pula, Suprajarto menyelesaikan program doktoralnya, di bidang Manajemen Bisnis.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 30 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun