Matahari mulai merambat naik dari kaki langit. Agus Blues Asianto pun mulai bersiap, untuk menjelajahi Taman Nasional Gede-Pangrango, dengan motor sport Cleveland. Saat melintasi beberapa kawasan di pasar wisata, ia melihat rerumputan mulai menguning. Tak hijau lagi. Tanah-tanah mengering. Debu menguap ke udara, disapu angin pegunungan yang lumayan kencang.
Agus Blues Asianto melaju dengan motornya. Ia melintasi jalan tanah, jalan berbatu. Juga, melintasi kali kecil yang dialiri air bening. Pohon Rasamala yang tinggi dan besar, menemani perjalanannya. Tekstur kulit pohon rasamala, sungguh artistik. Ada bagian putih, ada bagian yang kecoklatan. Di mata Agus Blues Asianto, pohon-pohon rasamala yang menjulang itu, bagai kanvas lukisan alam. Menjadi daya pikat penjelajahannya.
Tinggi pepohonan rasamala yang ia lintasi, ya sekitar 60 meter, dengan diameter batang mencapai 200 sentimeter. Sejumlah literatur tentang kehutanan menyebut, pohon rasamala merupakan rajanya pohon di kawasan hutan pegunungan di Jawa dan Sumatera. Pohon ini memberikan kontribusi besar, dalam konteks reboisasi. Menjaga hijaunya kawasan hutan, menjaga agar tanah pegunungan tak mudah longsor, serta memelihara air untuk sumber penghidupan berjuta warga.
Proses Hidup dari Pohon
Lama, cukup lama Agus Blues Asianto tercenung. Sorot matanya nyaris tak pernah lepas dari sang kantong semar. Alangkah menakjubkan. Agus merasa, tanaman itu telah mengajarinya banyak hal. Pertama, tentang proses adaptasi terhadap habitat, terhadap lingkungan sekitar. Bukankah tiap orang mestinya beradaptasi dengan lingkungannya? Menjadi bagian dari lingkungan, agar tidak terjebak dalam kesendirian.
Kedua, tentang upaya mencari makan, agar tumbuh sehat untuk melanjutkan kehidupan. Agar bisa berbuat untuk orang lain yang ada di sekitar. Tanaman itu mewujud kantong semar untuk mencari makan, hingga ia tetap tumbuh, kemudian menebarkan oksigen ke penjuru bumi. Bukankah tiap orang harus bekerja keras untuk mencari makan, untuk menghidupi diri dan keluarganya? Kemudian berbagi untuk orang lain.
Berbagi dalam konteks luas, tentunya. Bukan hanya berbagi makanan dan uang, tapi juga berbagi waktu, berbagi pengalaman, serta berbagi ilmu. Agus Blues Asianto, misalnya. Ia memiliki Kedai Ayam Gosong, dengan sajian menu ayam yang enak, di Jalan  Merdeka Raya 12, Depok II Tengah, Jawa Barat. Tiap hari Jumat, ia dengan sepeda motor, membagikan makanan kepada fakir miskin yang ia temui di jalan. Ia berkeliling dengan motor, membawa makanan yang sudah ia kemas dalam kemasan.
Penjelajahan ke 11 Taman Nasional sepanjang Jawa-Bali ini, juga bagian dari penyaluran hasrat berbaginya. Agus Blues Asianto ingin berbagi kabar tentang alam, khususnya tentang Taman Nasional. Ini rute Agus Blues Asianto dari Jakarta ke Bali: TN Gede-Pangrango dan TN Ciremai di Jawa Barat, TN Merbabu dan TN Gunung Merapi di Jawa Tengah, TN Tengger dan TN Baluran di Jawa Timur, terus menyeberang ke Pulau Bali menuju TN Bali Barat.
Dan, ini Taman Nasional (TN) yang akan dijelajahi Agus Blues Asianto dari Bali ke Jakarta: TN Alas Purwo dan TN Merubetiri di Jawa Timur, melalui Kota Solo di Jawa Tengah dan Pangandaran di Jawa Barat, kemudian memasuki  TN Gunung Halimun di Jawa Barat, dan TN Ujung Kulon di Banten.