Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bayar Kompensasi dengan Potong Gaji, Kinerja PLN Turun?

7 Agustus 2019   19:53 Diperbarui: 8 Agustus 2019   09:36 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi listrik (KOMPAS / WAWAN H PRABOWO)

Sayang Minim Antisipasi 

Nampaknya, antisipasi bukan hal utama di PLN. Pernyataan Presiden Joko Widodo ketika mendatangi kantor pusat PT PLN pada Senin (05/08/2019), semakin menegaskan minimnya antisipasi di perusahaan setrum tersebut. 

Begini lengkapnya: "Pertanyaan saya, Bapak, Ibu, semuanya kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop," ujar Presiden Joko Widodo saat itu.

Secara blak-blakkan, Joko Widodo mempertanyakan kemampuan PLN dalam mengantisipasi. Teknologi sudah demikian canggih. Tahun 2018 ada laba sebesar Rp 11,6 triliun. 

Saya bergumam dalam hati, kenapa sebagian laba itu tidak digunakan untuk membeli teknologi? Tujuannya untuk mendeteksi segala kemungkinan, agar listrik tidak padam tiba-tiba.

Seperti pertanyaan Presiden Joko Widodo: apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi, kok tahu-tahu drop. Ini semakin meyakinkan kita bahwa antisipasi bukan hal utama di PLN. Contoh lain, tentang turunnya konsumsi listrik industri besar sekitar 4,58 persen di semester I/2019.

Padahal, pada Rabu (30/01/2019), Direktur Pengadaan Strategis PLN, Supangkat Iwan Santoso, menyebut, untuk mengejar target penjualan listrik tahun 2019, PLN akan mengandalkan sektor industri sebagai pengguna listrik terbesar. Lha, apakah tidak diteliti terlebih dahulu, situasi dan kondisi yang tengah dihadapi industri? Apakah tidak diantisipasi sebelum menetapkan target?

Sampai di sini, saya kembali bergumam, dengan turunnya konsumsi listrik di industri besar, apa mungkin laba PLN bisa digenjot Rp 7 triliun, dalam 5 bulan ke depan? Saya pikir, itu sangat tidak mudah. 

Kenapa? Pertama, konsumsi listrik industri besar, berpengaruh signifikan terhadap konsumsi listrik secara nasional. Artinya, penurunan konsumsi listrik tersebut, signifikan pula menurunkan laba PLN.

Kedua, trend yang kini berkembang di sektor industri adalah mengoptimalkan pembangkitnya sendiri, karena dinilai lebih murah dibanding tarif listrik PLN. 

Dalam konteks bisnis, hal tersebut dikenal sebagai efisiensi. Dan, industri yang sehat, selalu mengedepankan efisiensi. Mengutamakan efisiensi. Saya pikir, kondisi ini tidak diantisipasi oleh PLN. Karena, PLN kan memang minim antisipasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun