Daya Saing Anak BangsaÂ
Cerita tentang pigura dari Presiden Joko Widodo tersebut, hanyalah salah satu contoh tentang daya saing anak bangsa, dibandingkan dengan bangsa Taiwan. Presiden menunjukkan, dengan menggunakan teknologi yang sama pun, ternyata kita masih kalah bersaing. Kita mampu membuat pigura 400 unit dalam sehari. Sementara, orang Taiwan, bisa membuat 4.000 pigura dalam sehari, dengan mesin yang sama.
Cerita Mohammad Faisal di atas tentang pasar produk furnitur, adalah contoh lain tentang daya saing anak bangsa. Dalam setahun terakhir, ekspor produk furnitur Vietnam ke Amerika Serikat, naik dari 7,4 persen menjadi 10,5 persen. Sementara, Indonesia dalam kurun waktu yang sama, dari 1,63 persen menjadi 1,65 persen.
Dalam konteks menyambut peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, daya saing bangsa ini, sudah seharusnya menjadi tema utama. Kenapa? Karena di era global kini, persaingan antar bangsa sangat sengit. Tiap bangsa tidak bisa lagi hanya mengandalkan sumber daya manusia serta sumber daya alam dalam negeri semata. Ketergantungan antar bangsa kian tinggi.
Nah, ketergantungan itulah yang memicu persaingan. Dalam hal dengan Vietnam, ada poin lain yang juga patut kita cermati. Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sementara, Hari Kemerdekaan Vietnam adalah 2 September 1945. Artinya, sebagai negara merdeka, rentang waktu proklamasi kita dengan Vietnam, hanya dalam hitungan hari.
Tapi kini, secara ekonomi, kita banyak tertinggal oleh Vietnam. Bukan hanya di sektor ekspor produk furnitur ke Amerika Serikat. Dalam hal perang dagang Amerika Serikat dan China, Vietnam justru menang banyak. Kenapa? Ada 600 perusahaan masuk ke Vietnam, yang merupakan relokasi dari perusahaan yang sebelumnya ada di China dan Taiwan.
Pada Rabu (31/07/2019), Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi menyebut, Indonesia tidak mendapatkan potongan kue dari perang dagang Amerika Serikat dan China tersebut. Momentum perang dagang itu justru diambil alih oleh Vietnam. Vietnam dapat 600 perusahaan. Bisa diprediksi, betapa membubungnya nilai ekspor Vietnam di tahun-tahun mendatang. Karena, ke-600 perusahaan tersebut adalah perusahaan yang berorientasi ekspor.
Selain itu, juga pada Rabu (31/07/2019), Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, menyebut, nilai ekspor tekstil Indonesia baru mencapai 1,8 persen dari total pasar dunia, setara dengan USD 13 miliar. Sementara, Vietnam sudah mampu mencapai angka USD 40 miliar.
Masih ada sederet lompatan ekonomi Vietnam dibandingkan dengan Indonesia, yang selisih hari kemerdekaannya hanya berbilang hari dari kita. Barangkali ini bisa menjadi bagian renungan para pemangku kepentingan, untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 01 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H