Malam itu, Wendo tak berkenan. Harry dan Butet tak kecewa, tapi maklum dengan kondisi fisik serta psikis Wendo. "Saya sudah merasa," gumam Harry Tjahjono pendek. Selanjutnya, ia diam. Benar-benar diam. Lagu Harta Berharga dari koor gereja, terus mengalun. Harry yang berdiri di sebelah saya masih terdiam. Saya pun tak hendak mengusik.
Saya yakin, ia pasti tengah menahan kesedihan yang dalam. Tatkala peti jenazah Arswendo Atmowiloto diusung keluar gereja, menuju mobil jenazah yang akan mengantarnya ke pemakaman San Diego Hills Memorial Park, Karawang, Jawa Barat, Harry Tjahjono juga terdiam. Pandangannya lurus ke arah peti, yang perlahan-lahan dimasukkan ke dalam mobil jenazah.
Setelah pintu belakang mobil jenazah ditutup, Harry Tjahjono menatap peti itu dari balik kaca. Lama ia tertegun di sana. Cukup lama. Perlahan, mobil itu bergerak menuju tempat peristirahatan terakhir Arswendo Atmowiloto. Saya tahu, persahabatan mereka demikian intens. Demikian dalam.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 21 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H