Semua itu merupakan rencana besar, untuk membawa produk pertanian Indonesia ke panggung internasional. Bukan lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhan pasar sekitar serta pasar lokal. Menurut Suwandi, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, selama ini kegiatan ekspor produk pertanian, dilakukan secara sendiri-sendiri.
Seperti tragedi ekspor beras, sebagaimana diceritakan Budi Waseso di atas. Juga, seperti penolakan China terhadap salak dan manggis dari Indonesia. Penolakan tersebut sudah dilakukan China, sejak tahun 2012. Itu diungkapkan Hasan Johnny Widjaja, Ketua Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI), pada Rabu (23/11/2016). Juga, kasus penolakan jahe dan manggis oleh Vietnam, sebagaimana diungkapkan Jero Tesan, Ketua Asosiasi Manggis Indonesia, pada Kamis (23/11/2017).
Untuk menyiasati penolakan China tersebut, Indonesia terpaksa mengekspor manggis dengan transit di Malaysia dan Singapura, kemudian baru diekspor ke China. Tapi, belakangan, Indonesia sudah dibolehkan mengekspor buah manggis langsung ke China, tanpa melalui beberapa negara lain. Itu diungkapkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pada Kamis (21/02/2019).
Itu hanya beberapa contoh yang menunjukkan, betapa lemah dan betapa kompleks situasi persaingan yang dihadapi produk pertanian kita di pasar ekspor. Salah satu sebabnya, karena dilakukan sendiri-sendiri, dengan jumlah yang relatif terbatas. Di sisi lain, memang ada yang berlangsung mulus. Seperti pada Jumat (04/01/2019) lalu, misalnya. Saat itu, Andi Amran Sulaiman melepas 42 komoditas hortikultura untuk diekspor ke 12 negara.
Total ekspor tersebut mencapai 10.000 ton, yang seluruhnya merupakan produk hortikultura yang dihasilkan oleh Jawa Barat. Suwandi mencatat, nilai ekspor produk hortikultura secara nasional, baik segar maupun olahan, hingga Agustus 2018, mencapai Rp 2,8 triliun. Angka ekspor tersebut didominasi oleh buah. Dan, yang dominan adalah nanas, sekitar 85 persen dari total buah-buahan yang diekspor.
Dengan keberadaan warehouse skala jumbo tersebut, kelak diharapkan produk pertanian kita memiliki daya saing yang kuat. Bagaimanapun juga, itu bagian dari strategi terpadu untuk mengakselerasi pasar ekspor. Kata Suwandi, importir dan distributor di luar negeri, tidak perlu repot mencari produk pertanian Indonesia, karena sudah tersedia di negara mereka, melalui warehouse.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 16 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H