Collaboration is the fuel of any business. Itulah yang kita saksikan kini. Pertamina yang didirikan tahun 1957, berkolaborasi dengan Go-Jek, yang baru beroperasi  tahun 2010. Bagaimana kita memaknainya, secara bisnis?
Energi di Era Digital
Dengan cara pikir jadul, sungguh tak masuk akal. Bagaimana mungkin, Pertamina yang berusia 61 tahun, mau berkolaborasi dengan Go-Jek, yang baru berdiri 8 tahun lalu. Itulah berkah teknologi digital. Sesuatu yang tak mungkin di masa lalu, bisa terwujud nyata di masa kini. Artinya, jangan biarkan pikiran masa lalu, memborgol langkah kita untuk berkiprah hari ini dan esok.
Ruang yang dibukakan teknologi digital, sungguh sangat luas, untuk kita eksplorasi. Apa yang baru saja dilakukan Pertamina dan Go-Jek, bisa kita jadikan contoh. Kedua lini bisnis itu berkolaborasi, meng-create Go Pertamina, yang bisa diakses di aplikasi Go-Life, yang terintegrasi dengan Go-Jek. Tinggal duduk manis, pesan bahan bakar minyak (BBM) dengan smartphone, tanpa antre di SPBU.
Hanya dalam hitungan menit, BBM yang kita pesan, langsung diantar ke tempat yang kita inginkan. Dikucurkan ke tangki, beres. Ini juga menjadi solusi, kalau kita pas kehabisan BBM di jalan, tapi jauh dari SPBU. Jika Pertamina tidak berkolaborasi dengan Go-Jek, mungkin layanan Go Pertamina ini, belum akan terwujud kini. Butuh waktu yang tak sebentar, untuk men-set up sejak awal.
Fokus pada Core BisnisÂ
Itulah salah satu keunggulan kolaborasi dalam bisnis. Pertamina tetap fokus pada core bisnisnya, di industri energi. Sementara, Go-Jek juga fokus pada core-nya, sebagai platform angkutan daring. Inilah yang disebut inovasi dalam pelayanan. Inovasi yang tercipta, karena berkolaborasi. Kedua pihak meraih benefit, konsumen mendapatkan solusi alternatif dalam membeli BBM.
Collaboration is essential in almost all aspects of life, begitu para pelaku bisnis menyebutnya. Meski Pertamina sudah berusia 61 tahun dan Go-Jek baru 8 tahun, itu bukan alasan untuk tidak berkolaborasi. Usia perusahaan, bukan halangan. Demikian pula dengan skala bisnis. Kita tahu, aset Pertamina, sangat besar. Tahun 2016, korporasi itu tercatat memiliki aset sebesar US$ 45,52 miliar.
Secara aset, Go-Jek belum sebesar itu. Bisnis digital seperti Go-Jek, dinilai dari valuasinya. Valuasi adalah nilai ekonomi dari sebuah bisnis. Ada yang menyebutnya Nilai Potensial atau Future Value, nilai potensial bisnis di masa depan, berdasarkan performa bisnis tersebut saat ini. Â Kita tahu, tahun 2018, valuasi Go-Jek tercatat 4 miliar dollar AS atau setara Rp 53,3 triliun.
Runner, Bukan DriverÂ
Oh, ya, yang akan mengantarkan BBM pesanan kita, bukan driver Go-Jek berseragam hijau, seperti yang selama ini kita kenal. Mereka berseragam, yang didominasi warna merah. Mereka menyebut diri runner, bukan driver. Para runner itu mengantarkan pesanan BBM, dengan sepeda motor, yang sudah dilengkapi dengan perangkat khusus. Antara lain, alat pemadam api ringan (APAR).
Selain itu, ada alat penampung khusus yang aman, untuk menjamin keaslian serta takaran BBM yang dipesan. Para runner diseleksi secara khusus oleh Pertamina dan bekerja profesional. Untuk itu, mereka terlebih dahulu mengikuti pelatihan sesuai standar kualitas dan keamanan HSE (Health, Safety, Environment), yang menjadi acuan Pertamina. Ini demi keamanan dan kualitas pelayanan.
Belum sebulan, kehadiran Go Pertamina ini, telah mendapat sambutan yang menggembirakan. Sejak dikenalkan pada Jumat (12/10/2018), layanan ini sudah membuat masyarakat jatuh cinta. Rata-rata, sudah mencapai 10 transaksi per runner. "Luar biasa inovasinya, BBM bisa dipesan secara online," Â tutur Ujang, seorang pengemudi, saat ditemui di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Jakarta Selatan dan Jakarta PusatÂ
Hal utama yang patut dicatat di sini, kita sebagai pemesan, hanya membayar harga BBM yang dibeli, tanpa harus membayar biaya tambahan untuk pengantaran. Untuk tahap awal, Go Pertamina sudah bisa dinikmati di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Jam operasinya, pukul 08.00-20.00 WIB, setiap hari. Pembayaran dilakukan di tempat, setelah kita menerima BBM pesanan.
Mekanismenya, begini. Setelah kita memilih jenis BBM dan jumlah takaran yang diinginkan melalui aplikasi, maka aplikasi secara otomatis akan mencari runner yang ada di SPBU terdekat. Jarak jangkauan pengantaran, sekitar radius 10 kilometer dari SPBU. Estimasi waktunya sekitar 30 menit, mulai dari persiapan hingga penyiapan BBM, agar aman untuk dilakukan pengantaran.
Saat ini, BBM yang bisa dipesan lewat layanan Go Pertamina adalah Pertamax Racing, Pertamax Turbo, dan Pertamax Dex. Tersedia dalam kemasan 10 liter, yang akan diisikan runner ke kendaraan kita. Oh, ya, maksimal pembelian sebanyak 30 liter, untuk masing-masing jenis BBM tersebut. "Kami ingin layanan Go Pertamina bisa dilakukan secara tepat, cepat sampai tujuan, dan bisa digunakan pelanggan," ujar Gusti Anggara, Marketing Development Pertamina.
Kolaborasi BerkelanjutanÂ
Dari pencermatan saya, kolaborasi Pertamina dan Go-Jek pada Go Pertamina ini, bukanlah sesuatu yang ujug-ujug. Ini adalah kelanjutan dari kolaborasi yang sudah mereka rintis sebelumnya. Kita tahu, pada Kamis (26/04/2018) lalu, Pertamina dan Go-Jek sudah berkolaborasi dalam hal sistem pembayaran.
Maksudnya, kita bisa menggunakan Go-Pay milik Go-Jek, untuk membayar BBM yang kita beli di SPBU milik Pertamina. Mekanisme pembayaran dengan Go-Pay itu, belum diberlakukan di Go Pertamina. Jadi, untuk BBM pesanan secara online itu, kita bisa langsung membayarnya secara cash di tempat.
Dalam konteks kolaborasi bisnis, kita melihat, kedua perusahaan tersebut, terus meningkatkan area kolaborasi mereka. Itu menjadi penanda, bahwa kolaborasi tersebut, berdampak positif pada bisnis masing-masing. Menurut saya, ini bisa menjadi inspirasi bagi pebisnis lain, yang hendak mengembangkan model kolaborasi, dalam bisnis mereka.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 07 November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H