Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasianer Berbagi Literasi dengan 40 Guru

10 September 2017   10:58 Diperbarui: 14 September 2017   16:30 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuannya, apa? Agar ucapan, perilaku, tindakan, perbuatan, serta sikap sang tokoh terjaga, sesuai karakter yang kita tetapkan. Dengan mencatat karakter tokoh, artinya kita sebagai penulis, menjaga keberadaan tokoh yang kita ciptakan. Misalnya, kita mau membuat dialog, apakah kata-kata dalam dialog itu sesuai dengan karakter sang tokoh? Apakah ekspresi sang tokoh sudah sesuai dengan karakternya? Dengan kata lain, catatan karakter tokoh adalah alat yang kita ciptakan untuk mengontrol diri kita, ketika menulis. Ini salah satu cara, agar cerpen kita terjaga, utuh, serta singkron antara tokoh dan alur cerita.

Nurul Ilmi Billingual Integrated Islamic School (NIBIIS) Bekasi, tempat belajar yang nyaman untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Lokasinya di Jl. Nurul Ilmi No.1, Cipete Raya, Jatimulya, Bekasi. Di pekarangan depan dan halaman dalam, tumbuh berbagai pohon yang rindang, yang menciptakan suasana alami. Foto: isson khairul
Nurul Ilmi Billingual Integrated Islamic School (NIBIIS) Bekasi, tempat belajar yang nyaman untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Lokasinya di Jl. Nurul Ilmi No.1, Cipete Raya, Jatimulya, Bekasi. Di pekarangan depan dan halaman dalam, tumbuh berbagai pohon yang rindang, yang menciptakan suasana alami. Foto: isson khairul
Latihan Menabung Tulisan

Meski kaya sumber ide, meski rajin membaca, tapi kalau kita tidak teratur latihan menulis, akibatnya kita bakal sering kena macet. Macet di depan laptop, tentunya. Seluruh huruf dan tanda baca sudah tersedia, tapi kita tidak tahu, apalagi yang akan kita tuliskan. Nah, itu namanya macet, macet menulis. Ini pernah dialami oleh semua penulis, baik yang yunior maupun senior. Tiap penulis punya cara yang khas, menghadapi kemacetan itu. Erni Wardhani mengantisipasinya dengan cara menabung tulisan. Laman facebook dan laman Kompasiana adalah dua tempat menabung Erni Wardhani.

Ia teratur mencermati respon pembaca terhadap tulisannya yang sudah diposting. Kepada 40 guru Nurul Ilmi tersebut, Erni Wardhani bercerita bahwa ia kerap termotivasi menulis, karena dorongan pembacanya. Imajinasinya sering berkembang lebih luas, juga karena respon pembaca. Ide cerita juga kerap ia dapatkan, dari usul para pembaca. Kadang, ada hal yang semula tidak terpikirkan, eh ada pembaca yang mengingatkan. Dan, respon pembaca pula yang membuat Erni Wardhani terus belajar, terus berbenah, agar kualitas tulisannya makin lama makin baik.      

Artinya, apa? Kita tidak perlu khawatir untuk memosting tulisan. Proses interaksi antara kita sebagai penulis dengan pembaca adalah proses kreatif untuk membangun kepercayaan diri. Pembaca terinspirasi dari kita, kita terinspirasi pula oleh pembaca. Dengan kata lain, penulis dan pembaca saling menginspirasi, saling belajar. Erni Wardhani, misalnya, pernah memosting tulisan yang menurutnya biasa-biasa saja, tapi ternyata dinilai istimewa oleh pembaca. Demikian pula sebaliknya. Ini hal wajar dalam dunia penulisan. Semua itu bagian dari proses belajar, untuk mematangkan diri sebagai seorang penulis.

Empat Kompasianer dari KutuBuku bersama para guru peserta workshop dari Nurul Ilmi. Sejak awal hingga akhir, semua berlangsung dengan penuh suka-cita. Ini bagian dari perjalanan kreativitas untuk menggairahkan spirit literasi di lingkungan pendidikan. Foto: isson khairul
Empat Kompasianer dari KutuBuku bersama para guru peserta workshop dari Nurul Ilmi. Sejak awal hingga akhir, semua berlangsung dengan penuh suka-cita. Ini bagian dari perjalanan kreativitas untuk menggairahkan spirit literasi di lingkungan pendidikan. Foto: isson khairul
Proses belajar adalah konsep yang terus dikembangkan KutuBuku dalam tiap workshop. Para peminat tulis-menulis, bukan hanya dimotivasi untuk menulis, tapi sekaligus dibangun kepercayaan diri mereka melalui buku. Tulisan ke-40 guru Nurul Ilmi ini, misalnya, akan diterbitkan dalam bentuk buku. Ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi mereka untuk terus dan terus menulis. Komunitas KutuBuku, yang dikomandani Thamrin Sonata, akan memberikan pendampingan kepada 40 guru Nurul Ilmi ini secara teratur, sampai tiap guru tersebut menghasilkan tulisan yang layak untuk dibukukan. Inilah proses kreatif, workshop kreatif KutuBuku, salah satu komunitas di Kompasiana.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 10 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun