Tujuannya, apa? Agar ucapan, perilaku, tindakan, perbuatan, serta sikap sang tokoh terjaga, sesuai karakter yang kita tetapkan. Dengan mencatat karakter tokoh, artinya kita sebagai penulis, menjaga keberadaan tokoh yang kita ciptakan. Misalnya, kita mau membuat dialog, apakah kata-kata dalam dialog itu sesuai dengan karakter sang tokoh? Apakah ekspresi sang tokoh sudah sesuai dengan karakternya? Dengan kata lain, catatan karakter tokoh adalah alat yang kita ciptakan untuk mengontrol diri kita, ketika menulis. Ini salah satu cara, agar cerpen kita terjaga, utuh, serta singkron antara tokoh dan alur cerita.
Meski kaya sumber ide, meski rajin membaca, tapi kalau kita tidak teratur latihan menulis, akibatnya kita bakal sering kena macet. Macet di depan laptop, tentunya. Seluruh huruf dan tanda baca sudah tersedia, tapi kita tidak tahu, apalagi yang akan kita tuliskan. Nah, itu namanya macet, macet menulis. Ini pernah dialami oleh semua penulis, baik yang yunior maupun senior. Tiap penulis punya cara yang khas, menghadapi kemacetan itu. Erni Wardhani mengantisipasinya dengan cara menabung tulisan. Laman facebook dan laman Kompasiana adalah dua tempat menabung Erni Wardhani.
Ia teratur mencermati respon pembaca terhadap tulisannya yang sudah diposting. Kepada 40 guru Nurul Ilmi tersebut, Erni Wardhani bercerita bahwa ia kerap termotivasi menulis, karena dorongan pembacanya. Imajinasinya sering berkembang lebih luas, juga karena respon pembaca. Ide cerita juga kerap ia dapatkan, dari usul para pembaca. Kadang, ada hal yang semula tidak terpikirkan, eh ada pembaca yang mengingatkan. Dan, respon pembaca pula yang membuat Erni Wardhani terus belajar, terus berbenah, agar kualitas tulisannya makin lama makin baik. Â Â Â
Artinya, apa? Kita tidak perlu khawatir untuk memosting tulisan. Proses interaksi antara kita sebagai penulis dengan pembaca adalah proses kreatif untuk membangun kepercayaan diri. Pembaca terinspirasi dari kita, kita terinspirasi pula oleh pembaca. Dengan kata lain, penulis dan pembaca saling menginspirasi, saling belajar. Erni Wardhani, misalnya, pernah memosting tulisan yang menurutnya biasa-biasa saja, tapi ternyata dinilai istimewa oleh pembaca. Demikian pula sebaliknya. Ini hal wajar dalam dunia penulisan. Semua itu bagian dari proses belajar, untuk mematangkan diri sebagai seorang penulis.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 10 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H