Itu adalah realitas. Itu mengonfirmasi bahwa di negeri yang mayoritas penduduknya Islam ini, bank syariah hanya jadi minoritas. Dalam konteks presentasi perbankan syariah, realitas tersebut seringkali dijadikan keluhan, yang menyebabkan bank syariah tidak mampu bersaing dengan bank non-syariah. Logikanya ya tentu saja tidak mampu. Masak 5 persen mampu bersaing dengan yang 95 persen. Menurut saya, bukan ketidakmampuan itu yang dipresentasikan. Bukan minimnya aset yang dikeluhkan. Tapi, tunjukkan dong kepada publik, dengan aset yang ada, kontribusi apa yang sudah dilakukan.
Paradigma berpikir tentang bank syariah, yang kemudian diimplementasikan dengan model berargumen seperti yang dilakukan Endy PR Abdurrahman, tentu bisa menjadi inspirasi bagi pengelola bank syariah lainnya. Terobosan sejumlah lembaga penghimpun zakat, yang semula pasif menunggu, kemudian gencar menjemput zakat, juga bisa jadi inspirasi. Demikian pula dengan aksi jemput kurban serta sebar hewan kurban. Keterlibatan perbankan syariah dalam berbagai aktivitas tersebut, tentulah membutuhkan strategi yang kreatif. Ini tantangan bagi para bankir syariah atau yang mengklaim diri sebagai pengamat perbankan syariah.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 28 Agustus 2017