Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Strategi Syariah Endy PR Abdurrahman

28 Agustus 2017   11:19 Diperbarui: 30 Agustus 2017   13:59 4065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pameran keuangan syariah juga gencar dilakukan, untuk menambah pemahaman warga. Ini Keuangan Syariah Fair (KSF) 2017, di Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (12/05/2017). KSF ini diikuti 40 pelaku industri jasa keuangan syariah, terdiri dari 19 industri keuangan non bank syariah, 13 bank syariah, serta delapan manajer investasi dan perusahaan sekuritas. Foto: antaranews.com

Pada Rabu (23/08/2017), Endy PR Abdurrahman dinobatkan sebagai The Best CEO Perbankan Syariah Indonesia 2017. Ia adalah Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia. Apa strateginya agar publik paham tentang perbankan syariah?  

Itu pertanyaan saya. Karena, menurut saya, pemahaman publik yang masih minim tentang perbankan syariah, adalah faktor utama yang menghambat pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Masak di negeri yang mayoritas penduduknya Islam, tapi bank syariah hanya jadi minoritas. Ini tantangan para bankir syariah, agar lebih kreatif dan strategis memberikan pemahaman tentang bank syariah kepada publik. Dan, sebagai The Best CEO, tentu Endy PR Abdurrahman punya strategi syariah tersendiri.    

Dimulai dengan Rasio Kredit
Saya kemudian menyusuri berbagai content media yang relevan dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dari sejumlah content tersebut, saya fokuskan perhatian pada bahasan tentang Endy PR Abdurrahman. Tujuannya, untuk menemukan jawaban: apa strateginya agar publik paham tentang perbankan syariah? Akhirnya, saya menemukan satu peristiwa yang dialami Endy PR Abdurrahman, di awal kepemimpinannya sebagai Chief Executive Officer (CEO) BMI.    

Begini, peristiwanya. Suatu hari, dalam business meeting di BMI, Endy PR Abdurrahman membahas rasio kredit bermasalah, yang di lingkungan perbankan disebut non-performing financing (NPF). Endy heran, kenapa begitu banyak pinjaman yang dibiarkan tertunggak? Kenapa tidak ditagih? Kenapa tidak disusun strategi untuk menagih? Kenapa tidak dirancang dobrakan, agar bisa menagih dengan jitu? Para petinggi Bank Muamalat Indonesia kala itu, tentu saja terkejut dengan berondongan pertanyaan Endy PR Abdurrahman.   

Para petinggi itu, yang tentu saja bawahan Endy sebagai CEO, menilai bahwa pikiran-pikiran Endy yang disampaikan melalui sejumlah pertanyaan tersebut, bukanlah atmosfir bank syariah. Mereka menyampaikan, di bank syariah harus hati-hati, tidak boleh main dobrak-dobrak. Sebagai orang baru di perbankan syariah, Endy PR Abdurrahman bertanya: kenapa tidak boleh? Kata mereka, kalau di bank syariah, perlakuan terhadap kreditor lain. Kreditor lagi susah, jangan dizalimi, jangan ditagih-tagih.

Endy PR Abdurrahman (kanan), Direktur Utama Bank Muamalat, meresmikan program CSR perusahaan, dengan memberikan bantuan berupa Mobil Juara Bank Muamalat, di sela-sela acara first day at work dan tasyakuran beroperasinya kantor baru Muamalat Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (04/01/2016). Foto: nur ichsan-warta kota-tribunnews.com
Endy PR Abdurrahman (kanan), Direktur Utama Bank Muamalat, meresmikan program CSR perusahaan, dengan memberikan bantuan berupa Mobil Juara Bank Muamalat, di sela-sela acara first day at work dan tasyakuran beroperasinya kantor baru Muamalat Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (04/01/2016). Foto: nur ichsan-warta kota-tribunnews.com
Endy PR Abdurrahman terdiam, tapi terus berpikir. Ia memang orang baru di perbankan syariah. Sebelumnya, ia direktur di bank non-syariah. Endy resmi menjadi Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia pada 23 Juni 2014. Kemudian, dapat keputusan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 September 2014. Pengalamannya di perbankan, lebih dari cukup. Dukungan akademiknya pun keren. Ia lulusan Boston University dan Southern New Hampshire University, Amerika Serikat.

Mengacu pada Syariah
Meski orang baru di perbankan syariah, meski sebelumnya di bank non-syariah, tapi Endy PR Abdurrahman justru menanggapi peristiwa tersebut secara syariah. Begini argumen Endy dalam peristiwa tersebut di atas. Setiap seorang muslim meninggal, ahli warisnya akan bicara kepada publik. Intinya: kalau ada urusan utang-piutang dengan almarhum, mohon hubungi pihak keluarga, agar segera diselesaikan. Artinya, apa? Dalam Islam, kematian tidak menggugurkan kewajiban untuk membayar utang. Lebih jauh lagi, urusan utang-piutang adalah masalah besar dalam Islam.

Dalam konteks kreditor, dana yang mereka pinjam adalah dana masyarakat, bukan dana kita pribadi. Nah, siapa yang dizalimi, kalau utang tersebut tidak dikembalikan? Ya, warga yang punya dana. Jika kita tidak mampu menagih utang tersebut, kita sebagai pengelola bank syariah, telah menzalimi yang punya dana. Kita sebagai pegawai bakal ikut merasakan, enggak dapat bonus, enggak dapat gaji, dan lain sebagainya. Mendengar argumen Endy PR Abdurrahman, mereka terkejut sekaligus tersadarkan. Disadarkan oleh bankir yang datang dari bank non-syariah.

Endy membenahi paradigma berpikir dan berbuat tim kerjanya. Dari peristiwa tersebut, saya sampai pada kesimpulan sementara, mereka yang sehari-hari beraktivitas di bank syariah pun, belum sepenuhnya memahami makna syariah secara utuh. Kita tahu, Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama di negeri ini. Bank ini didirikan pada 1 November 1991, 26 tahun yang lalu. Dan, peristiwa itu menunjukkan kepada kita, bahwa sumber daya manusia di perbankan syariah memang masih harus belajar banyak tentang perbankan serta syariah secara utuh.

Suasana diskusi Saatnya Lebih Dekat dengan Keuangan Syariah bersama Kompasiana dan OJK, pada Minggu (18/06/2017) di Double Tree by Hilton Hotel Jakarta, Jl. Pegangsaan Timur No.17, Cikini, Jakarta Pusat. Antusiasme warga tinggi, untuk tahu lebih banyak dan lebih komprehensif tentang keuangan syariah. Foto: isson khairul
Suasana diskusi Saatnya Lebih Dekat dengan Keuangan Syariah bersama Kompasiana dan OJK, pada Minggu (18/06/2017) di Double Tree by Hilton Hotel Jakarta, Jl. Pegangsaan Timur No.17, Cikini, Jakarta Pusat. Antusiasme warga tinggi, untuk tahu lebih banyak dan lebih komprehensif tentang keuangan syariah. Foto: isson khairul
Dari beberapa kali mengikuti diskusi tentang perbankan syariah, saya belum menemukan model berargumen seperti yang dicontohkan oleh Endy PR Abdurrahman tersebut. Para bankir syariah atau yang mengklaim diri sebagai pengamat perbankan syariah, seringkali tidak bisa membedakan presentasi perbankan syariah dengan pengajian. Akibatnya, substansi tentang perbankan syariah jadi rancu, tidak clear. Akibat lanjutannya, pemahaman publik tentang perbankan syariah ya tetap minim. Menurut saya, ini adalah faktor utama yang menghambat pertumbuhan bank syariah di Indonesia.

Syariah Jadi Keluhan
Hal yang juga kerap saya dengar dari beberapa kali mengikuti diskusi tentang perbankan syariah, adalah keluhan. Ya, keluhan. Para bankir syariah atau yang mengklaim diri sebagai pengamat perbankan syariah, seringkali mengeluh tentang minimnya aset perbankan syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Juni 2016, sektor perbankan syariah memiliki total aset sebesar Rp306,23 triliun. Itu terdiri dari 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 165 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Dengan kata lain, aset bank syariah ya di kisaran 5 persen dari total aset bank non-syariah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun