Subsidi Ongkus Angkut
Di satu sisi, inovasi Amin Suwarno menghadapi kelangkaan dan mahalnya BBM di wilayahnya, tentulah patut kita apresiasi. Di sisi lain, berbagai inovasi Pertamina untuk mendistribusikan BBM ke berbagai pelosok tanah air, juga patut kita acungkan jempol. Di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, khususnya Kecamatan Long Apari, tersebut misalnya, sejak Kamis (01/06/2017), harga Premium sudah menjadi Rp 6.450/liter dan Solar Rp 5.150/liter. Ini sesuai dengan ketentuan pemerintah, dalam konteks BBM Satu Harga. Untuk bisa demikian, Pertamina mengambil kebijakan, menyubsidi ongkos angkut.
Mengingat harga per liter Premium di Kecamatan Long Apari, dari Rp 15.000 menjadi Rp 6.450/liter dan Solar dari Rp 13.000 menjadi Rp 5.150/liter, tentulah subsidi ongkos angkut yang dikeluarkan Pertamina, tidaklah sedikit. Bersamaan dengan Long Apari, ada 11 kecamatan lain, yang juga turut menikmati BBM Satu Harga tersebut. Dari pemberitaan sejumlah media, saya membaca, kebijakan tersebut akan dieksekusi di 54 titik tahun ini, 50 titik tahun 2018, dan 46 titik pada tahun 2019. Dalam obrolan di resto pada Jumat (28/07/2017) malam itu, memang tidak ada yang merinci jumlah subsidi Pertamina terkait kebijakan tersebut.Â
Melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pemerataan BBM, alangkah tak mudah mendistribusikan energi ke seluruh pelosok negeri. Ini merupakan tantangan bagi Pertamina, untuk lebih banyak lagi menciptakan inovasi terkait pendistribusian energi tersebut. Di lain pihak, kita sebagai pengguna energi, sudah seharusnya menggunakan energi tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat, yang memberi nilai tambah bagi kehidupan. Bahkan, kalau bisa, kita bukan hanya menggunakan energi untuk konsumsi semata, tapi untuk mencipta, untuk berinovasi, sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 24 Agustus 2017