Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merawat Aliran Air, Berbuat untuk Pangan

17 Agustus 2017   19:26 Diperbarui: 17 Agustus 2017   23:54 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hamparan sawah yang menghijau, tentu saja menumbuhkan semangat petani untuk terus mengolah sawah. Ini bagian dari upaya untuk meningkatkan hasil panen, yang secara nasional menambah stok pangan. Dengan giatnya petani, bukan tidak mungkin swasembada pangan akan tercapai kembali. Foto: isson khairul
Hamparan sawah yang menghijau, tentu saja menumbuhkan semangat petani untuk terus mengolah sawah. Ini bagian dari upaya untuk meningkatkan hasil panen, yang secara nasional menambah stok pangan. Dengan giatnya petani, bukan tidak mungkin swasembada pangan akan tercapai kembali. Foto: isson khairul
Menjaga Air, Membasmi Hama

Setelah masa remaja itu lewat, saya baru paham, betapa edukasi dari guru mengaji itu, sungguh bernilai. Guru mengaji membuat kami sangat akrab satu dengan yang lain. Saya seringkali merindukan saat-saat bersama dengan teman-teman sepengajian dulu itu. Selain itu, guru mengaji memperkenalkan kepada kami tentang air sebagai kebutuhan padi dan tikus sebagai hama padi. Kalau dalam istilah sekarang, tali air tersebut diposisikan guru kami sebagai asset desa.

Dan, kami sebagai remaja desa, gotong-royong merawat asset desa tersebut. Guru tidak pernah bicara tentang siapa pemilik sawah-sawah yang dilalui tali air tersebut. Kami pun tidak pernah bertanya. Yang kami tahu, ayah kami semua ya petani, yang sehari-hari bekerja di sawah. Yang ditanamkan guru kepada kami adalah gotong-royong ini tujuannya untuk meringankan beban orangtua. Dengan cara langsung praktek, para guru itu turut menumbuhkan kecintaan kami kepada orangtua. Salah satunya, dengan merawat tali air, untuk meringankan beban orangtua.

Seingat saya, guru tidak pernah bicara tentang swasembada pangan. Istilah swasembada pangan ini pun saya pahami jauh kemudian, setelah duduk di bangku kuliah. Yang selalu diungkapkan guru ya meringankan beban orangtua. Ketika bertahun-tahun kemudian, banyak istilah pangan yang masuk ke ingatan saya. Antara lain, rawan pangan, kebutuhan pangan, harga pangan, dan impor pangan. Semua itu membuat saya makin rindu saat-saat gotong-royong dengan teman-teman sepengajian.

Kini, ketika saya pulang kampung, surau itu sudah tidak ada lagi. Yang mengaji masih ada, tapi di masjid. Tidak ada lagi tradisi surau sebagaimana yang saya alami dulu. Guru yang mengajar juga bukan petani lagi tapi guru agama di sekolah yang diperbantukan untuk mengajar ngaji. Itu pun hanya dari waktu ashar ke magrib. Tidak tidur di surau. Dan, ketika suatu kali saya mendatangi tali air yang dulu tiap minggu kami rawat, kini sudah dibeton. Juga, ada pintu-pintu air sudah dibuat dengan agak modern.

Istilah rawan pangan memang tidak dikenal di desa saya. Namun, berbagai wilayah lain, mengalaminya. Sungguh, saya rindu suasana gotong-royong itu. Saya rindu negeri ini kembali swasembada pangan, hingga peringatan Hari Proklamsi makin meriah dari tahun ke tahun.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 17 Agustus 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun