Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Berani Hadapi Sektor Industri Besi Baja China?

4 Agustus 2017   13:24 Diperbarui: 8 Agustus 2017   23:00 3401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahun 2016, dua perusahaan baja terbesar di China melakukan merger: Baosteel mengakuisisi kompetitornya, Wuhan Iron and Steel. Pemilik mayoritas saham kedua perusahaan tersebut adalah negara China. Merger ini menciptakan perusahaan baru bernama China Baowu Iron and Steel Group. Dengan menjadi raksasa produsen baja di dunia, tidak heran produk baja China membanjiri dunia. Foto: shutterstock.com dari kompas.com

Dengan posisi China sebagai negara tujuan utama ekspor non-migas Indonesia, maukah China mengurangi produksi bajanya, hanya karena permintaan Krakatau Steel? Dengan kapasitas produksi hanya 4 juta ton per tahun dan merugi sejak tahun 2012, maukah China mengurangi produksi bajanya, hanya karena permintaan Krakatau Steel? Saya pikir, tidak. China bukan negara yang mau didikte, setidaknya dalam urusan perdagangan. Bila melihat posisi Indonesia dan mencermati kapasitas Krakatau Steel, kita mungkin hanya bisa marah, tapi tidak mungkin mendikte kebijakan bisnis China.

Pada tahun 2016, karena terdesak oleh membanjirnya baja China, sejumlah perusahaan baja di tanah air mengajukan petisi anti dumping ke Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Dengan praktik dumping, China menjual produk bajanya dengan harga lebih murah di Indonesia, ketimbang di pasaran lokal China. Foto: reuters-kontan.co.id
Pada tahun 2016, karena terdesak oleh membanjirnya baja China, sejumlah perusahaan baja di tanah air mengajukan petisi anti dumping ke Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Dengan praktik dumping, China menjual produk bajanya dengan harga lebih murah di Indonesia, ketimbang di pasaran lokal China. Foto: reuters-kontan.co.id
Baja China, Baja Vietnam

Di Kompas.com pada Kamis (03/08/2017) itu,  Direktur Pemasaran Krakatau Steel, Purwono Widodo, mengatakan, "Mereka janji kurangi jumlah produksi, tapi nyatanya malah jumlah produksinya naik. Ini ada modus bahwa China lakukan pembunuhan berencana baja di Asean." Hmmm, saya ingat apa yang pernah saya baca di Majalah TEMPO edisi 18 April 2010, halaman 93. Majalah berita mingguan itu menulis, pemerintah akhirnya tak jadi menegosiasi ulang dua ratusan pos tarif sektor industri dengan pemerintah China. Pengusaha yang semula getol menentang perjanjian bebas China-Asean berbalik mendukung.

Memang tidak mudah menghadapi perdagangan China. Baik di level pengusaha, maupun di tingkat pemerintahan. Di era perdagangan bebas kini, juga dengan adanya perjanjian bebas China-Asean, nampaknya makin tidak mudah menghadapi China. Dominasi China terlalu tangguh untuk dihadapi, bahkan oleh negara-negara Asean. Dalam konteks industri baja, di regional Asean, Vietnam adalah negara yang patut diperhitungkan. Indonesia menjadi salah satu pasar potensial untuk produk baja lembaran dari perusahaan baja lembaran di Vietnam. Jadi, bukan hanya besi dan baja dari China yang menyerbu pasar Indonesia, tapi juga dari Vietnam.

Dari penelusuran saya di berbagai media, masuknya baja dari Vietnam ke Indonesia, tidak sepenuhnya produksi Vietnam. Mengagetkan? Inilah bisnis. Perdagangan bebas Asean telah dijadikan pintu masuk oleh produk-produk China. Baja dari China diangkut lewat darat ke Vietnam, kemudian dikapalkan ke Indonesia sebagai ekspor Vietnam. Dengan demikian, ada baja China yang masuk ke Indonesia secara direct dari China, dengan payung hukum perjanjian bebas China-Asean. Dan, ada baja China yang masuk ke Indonesia melalui Vietnam, dengan payung hukum perjanjian perdagangan bebas Asean.

Pegawai Krakatau Steel sedang memantau pembuatan lembaran baja panas di perusahaan baja tersebut di Cilegon, Provinsi Banten. Cilegon sebagai kota industri, banyak menarik investor, berkat kelengkapan infrastruktur di sana: jalan tol, pelabuhan, dan stasiun kereta. Kota itu dikenal sebagai kota penghasil baja. Foto: dwi bayu radius-kompas.com
Pegawai Krakatau Steel sedang memantau pembuatan lembaran baja panas di perusahaan baja tersebut di Cilegon, Provinsi Banten. Cilegon sebagai kota industri, banyak menarik investor, berkat kelengkapan infrastruktur di sana: jalan tol, pelabuhan, dan stasiun kereta. Kota itu dikenal sebagai kota penghasil baja. Foto: dwi bayu radius-kompas.com
Sekali lagi, China konsisten membanjiri negara tujuan dengan produk mereka. Dengan dua pintu masuk baja China ke Indonesia, direct dan via Vietnam, tentu tekanan yang dihadapi Krakatau Steel akan makin keras. Apa yang kita hadapi kini, khususnya dalam industri baja, hendaknya membuat kita lebih cermat dalam menggalang kerjasama dengan negara lain. Bila tidak, kita semata-mata hanya akan dijadikan pasar oleh mereka.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 04 Agustus 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun