Sebelumnya, pada Kamis (14/12/2016) sampai Senin (20/12/2016), beragam karya tenun dari Ende juga ditampilkan di Jakarta. Pameran yang bertajuk Pesona Kain dan Budaya Ende itu diadakan di Museum Tekstil, Jl. Aipda Ks Tubun No.2-4, Tanah Abang, Petamburan, Jakarta Barat. Acara itu berlangsung atas inisiatif sekelompok perempuan yang memiliki kecintaan terhadap kain tradisional Indonesia, yang tergabung dalam Komunitas Peduli Wastra Indonesia. Melalui acara tersebut, dilakukan penggalangan dana yang akan digunakan sepenuhnya untuk membantu program revitalisasi Museum Tenun Ende, sekaligus mendukung program pemberdayaan para pengrajin tenun Ende.
Yang istimewa, dukungan untuk para pengrajin kain tenun Ende tersebut, juga datang dari Musa Widyatmodjo, seorang perancang mode kenamaan kita. Sebagai perancang, Musa mengolah kain tenun Ende secara kreatif menjadi berbagai jenis busana. Pada kesempatan tersebut, Musa Widyatmodjo menampilkan delapan koleksi busana karyanya, yang menggunakan bahan dasar kain tenun Ende. Delapan koleksi tersebut terdiri dari empat busana wanita dan empat busana pria. Busana wanita terdiri dari dress yang didominasi warna ungu, kuning, jingga, dan biru.
Joko Widodo dengan Tenun Ikat Nggela
Presiden Joko Widodo juga memberikan apresiasi serta dukungan yang kuat terhadap Ende, sebagaimana halnya Bung Karno. Terutama, untuk para pengrajin kain tenun Ende. Lihatlah penampilan sosok Joko Widodo ketika menghadiri Rapat Kerja Nasional I PDI Perjuangan yang dilaksakan pada 10-12 Januari 2016 di JI Expo Kemayoran, Jakarta Timur. Sementara para petinggi PDI Perjuangan tampil dengan busana dominan warna merah, Joko Widodo sengaja tampil khas, dengan tenun ikat dari Nggela.
Ya, Joko Widodo hari itu mengenakan kemeja lengan panjang, berbahan kain tenun Nggela. Kita tahu, Nggela adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende. Sungguh, pilihan yang kreatif. Di satu sisi, Joko Widodo telah memperkenalkan kain tenun Ende kepada publik yang lebih luas, karena kapasitasnya sebagai Presiden. Di sisi lain, Joko Widodo seakan menegaskan, betapa kerasnya perjuangan kemerdekaan yang telah dilakukan Bung Karno, yang membuatnya dibuang empat tahun ke Ende.
Dalam konteks membangun dari pinggiran, yang kerap digaungkan Joko Widodo, tentu dukungan serupa sangat berarti. Apalagi bila hal itu juga dilakukan Presiden terhadap wilayah-wilayah lain di tanah air yang memiliki kerajinan tenun. Setidaknya, ada 13 kain tradisional khas Indonesia yang luar biasa indah. Diantaranya, ulos, tapis, tenun, dan songket. Pada tahun 2016, nilai ekspor industri tenun dan batik berkontribusi hingga US$ 151,7 juta. Ini tergolong cukup besar untuk menopang perekonomian nasional.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 11 Juni 2017
Tulisan saya yang lain tentang Bung Karno
1. Bung Karno dengan Io Vivat Nostrorum Sanitas
2. Bung Karno, Sungai Kehidupan, dan Kedaulatan Pangan
3. Inspirasi Bung Karno, Kesadaran akan Lautan
4. Soekarno-Hatta: Gelar Akademik dan Kesadaran Pendidikan
5. Menjelang Proklamasi, Menyusuri Jejak Pahlawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H