Kompasiana terus berbenah. Kali ini fokusnya, performa dan desain. “Kami ingin agar user lebih nyaman bersama Kompasiana,” ujar Iskandar Zulkarnaen, Chief Operation Officer media warga ini, pada Rabu, 24 Mei 2017. Apa saja olahan barunya?
Ini olah rasa dan olah pikir. Iskandar Zulkarnaen merasakan, ada sebagian Kompasianer yang terganggu kenyamanannya. Antara lain, sebagaimana diungkapkan Kompasianer Dewi Puspa: karena susah login, susah upload foto, dan seringkali lemot. Isjet, sapaan karib Iskandar Zulkarnaen, melakukan olah rasa, yang kemudian dilanjutkan dengan olah pikir. Ia, terutama bersama tim Information Technology (IT) Kompasiana, berupaya menemukan solusi untuk mengatasi susah-susah tersebut. Pada Rabu, 24 Mei 2017, saya bersama 9 Kompasianer lainnya, berkesempatan nyicipin sebagian dari hasil olah rasa dan olah pikir mereka.
Mencicipi dalam Kebersamaan
Salah satu penyebab susah-susah tersebut adalah fitur Tren di Google yang ada di laman Kompasiana. Empat server Kompasiana harus bekerja ekstra keras untuk menemukan sejumlah topik yang tren di Google, kemudian menyingkronkannya dengan topik yang ditulis Kompasianer di Kompasiana, untuk selanjutnya ditampilkan di fitur Tren di Google. Meski demikian, keberadaan fitur tersebut disadari memiliki value. Baik oleh Admin Kompasiana maupun oleh Kompasianer.
Solusinya? Inilah yang diolah Isjet bersama tim IT, yang sempat kami cicipi. Kami pun enjoy berselancar, proses surving terasa enteng, dan step by step navigasi berlangsung spontan. Suatu improvement yang menggembirakan, yang tentu saja turut membangkitkan gairah menulis. Menurut Isjet, apa yang kami cicipi pada Rabu, 24 Mei 2017, itu, belumlah selesai. Dalam artian makanan, belum siap untuk disantap.
Mencicipi Improvement Desain
Yang juga menjadi bagian dari olah rasa dan olah pikir ini adalah fitur slide show untuk content yang terpilih sebagai Headline. Dengan yang ada kini, terasa menyita ruang. Di versi yang baru, juga dengan mekanisme slide show, tampilannya dibuat lebih ciamik. Menurut Isjet, terbuka kemungkinan untuk menampilkan content Headline yang lebih banyak dibandingkan dengan yang ada kini. Wow, sebuah angin segar nih untuk para Kompasianer.
Saya sempat bertanya, apakah jumlah content yang tampil di Home, berkurang? Jujur, saya belum pernah menghitung jumlah persisnya. Kata Isjet, saat ini ada 50 content yang tampil di Home. Di versi baru nanti, jumlahnya juga sama, 50. Dalam uji-coba yang saya lakukan, komposisi content di Home versi baru, terasa lapang dibandingkan dengan yang kini: terasa penuh sesak. Cenderung sumpek. Kok bisa? Ternyata, karena tim desain telah mengolahnya secara kreatif, hingga kita akan merasa nyaman bermain-main di Home yang baru.
Keterwakilan Para Pencicip
Barangkali ada yang akan mempertanyakan, kenapa hanya 10 Kompasianer yang diberi kesempatan untuk mencicipi? Dan, apa pula kualifikasi ke-10 Kompasianer tersebut? Hehehe, mari kita berpikir positif. Ini baru tahap icip-icip permulaan. Mudah-mudahan nanti akan ada icip-icip berikutnya, dengan mengundang Kompasianer yang lain lagi. Untuk 10 Kompasianer kali ini, kriterianya sederhana: keterwakilan generasi. Zulfikar Akbar, misalnya, diundang karena termasuk Kompasianer generasi awal. Ia bergabung dengan Kompasiana sejak 17 September 2009.
Kita tahu, Kompasiana adalah platform blog dan publikasi online yang dikembangkan oleh Kompas Cyber Media, sejak tahun 2008. Memasuki tahun 2009, produk yang didirikan oleh Pepih Nugraha ini, berubah menjadi platform blog untuk semua orang. Di samping Zulfikar Akbar yang mewakili generasi awal, juga ada Ronald Wan, yang mewakili generasi teranyar. Ia baru tiga bulan ini bergabung dengan Kompasiana, persisnya sejak 20 Februari 2017. Nah, di antara Zulfikar Akbar dan Ronald Wan itu, ada 8 Kompasianer lain yang juga diundang.
Adaptasi ke Versi Baru
Menurut Isjet, proses pencicipan ini di dunia IT disebut Usability Testing atau testing penggunaan. Tujuannya, antara lain, untuk mendapatkan gambaran serta masukan dari para user tentang pembenahan Kompasiana ini. Misalnya, seberapa cepat user memahami navigasi di versi baru, karena sudah terbiasa dengan versi lama. Ini guna mengukur rentang waktu yang dibutuhkan Kompasianer untuk beradaptasi dengan versi baru. Selain itu, seberapa cepat Kompasianer mengeksplorasi fitur-fitur baru di versi baru. Ini untuk mencermati, seberapa user friendly Kompasiana versi baru ini.
Oh, ya, kami dilarang keras memotret tampilan versi baru ini. Juga, tidak boleh melakukan print screen. Bukannya sok rahasia, tapi ini kan masih proses, belum saatnya untuk di-publish ke publik secara luas. Karena itulah, dalam tulisan ini, saya tidak bisa menampilkan detail image versi baru yang dimaksud. Penasaran? Kata Isjet, dalam waktu dekat, Kompasianer sudah bisa mencobanya secara bersama-sama kok. Mari kita tunggu versi Beta untuk Kompasiana versi baru.
isson khairul –dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 25 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H