Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Nyicipin Olahan di Tampilan Terbaru Kompasiana

25 Mei 2017   10:41 Diperbarui: 25 Mei 2017   11:36 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah tim IT Kompasiana didampingi Iskandar Zulkarnaen (kiri). Setelah beberapa kali diminta unjuk gigi, akhirnya mereka benar-benar berani tunjukkan gigi. Tidak lagi sekadar mesem-mesem. Saya happy mengenal mereka, karena selama ini sudah asyik menikmati hasil kerja mereka. Foto: isson khairul

Kompasiana terus berbenah. Kali ini fokusnya, performa dan desain. “Kami ingin agar user lebih nyaman bersama Kompasiana,” ujar Iskandar Zulkarnaen, Chief Operation Officer media warga ini, pada Rabu, 24 Mei 2017. Apa saja olahan barunya?

Ini olah rasa dan olah pikir. Iskandar Zulkarnaen merasakan, ada sebagian Kompasianer yang terganggu kenyamanannya. Antara lain, sebagaimana diungkapkan Kompasianer Dewi Puspa: karena susah login, susah upload foto, dan seringkali lemot. Isjet, sapaan karib Iskandar Zulkarnaen, melakukan olah rasa, yang kemudian dilanjutkan dengan olah pikir. Ia, terutama bersama tim Information Technology (IT) Kompasiana, berupaya menemukan solusi untuk mengatasi susah-susah tersebut. Pada Rabu, 24 Mei 2017, saya bersama 9 Kompasianer lainnya, berkesempatan nyicipin sebagian dari hasil olah rasa dan olah pikir mereka.

Mencicipi dalam Kebersamaan

Salah satu penyebab susah-susah tersebut adalah fitur Tren di Google yang ada di laman Kompasiana. Empat server Kompasiana harus bekerja ekstra keras untuk menemukan sejumlah topik yang tren di Google, kemudian menyingkronkannya dengan topik yang ditulis Kompasianer di Kompasiana, untuk selanjutnya ditampilkan di fitur Tren di Google. Meski demikian, keberadaan fitur tersebut disadari memiliki value. Baik oleh Admin Kompasiana maupun oleh Kompasianer.

Solusinya? Inilah yang diolah Isjet bersama tim IT, yang sempat kami cicipi. Kami pun enjoy berselancar, proses surving terasa enteng, dan step by step navigasi berlangsung spontan. Suatu improvement yang menggembirakan, yang tentu saja turut membangkitkan gairah menulis. Menurut Isjet, apa yang kami cicipi pada Rabu, 24 Mei 2017, itu, belumlah selesai. Dalam artian makanan, belum siap untuk disantap.

Seperti inilah suasana icip-icip Kompasiana versi baru. Tiap Kompasianer didampingi seorang tim IT. Yang tengah, Isson Khairul didampingi Rizky berkaus polo garis-garis. Sebelah kanan, Dewi Puspa dan pendamping masih nunggu giliran dapat laptop. Oh, ya, di bagian atas adalah statistik Kompasiana per Desember 2016. Foto: iskandar zulkarnaen
Seperti inilah suasana icip-icip Kompasiana versi baru. Tiap Kompasianer didampingi seorang tim IT. Yang tengah, Isson Khairul didampingi Rizky berkaus polo garis-garis. Sebelah kanan, Dewi Puspa dan pendamping masih nunggu giliran dapat laptop. Oh, ya, di bagian atas adalah statistik Kompasiana per Desember 2016. Foto: iskandar zulkarnaen
Tapi, kenapa kami sudah diundang untuk mencicipi? Saya memahami, ini adalah bagian dari substansi Kompasiana sebagai media warga. Berbeda dengan media lain, yang menempatkan user sebagai objek. Kami sebagai warga turut dilibatkan dalam proses improvement tersebut. Hingga, rasa memiliki tumbuh secara alamiah. Dengan demikian, sebagaimana diungkapkan Isjet dalam beberapa kesempatan, warga diharapkan merawat media ini secara bersama-sama, secara berkelanjutan.

Mencicipi Improvement Desain

Yang juga menjadi bagian dari olah rasa dan olah pikir ini adalah fitur slide show untuk content yang terpilih sebagai Headline. Dengan yang ada kini, terasa menyita ruang. Di versi yang baru, juga dengan mekanisme slide show, tampilannya dibuat lebih ciamik. Menurut Isjet, terbuka kemungkinan untuk menampilkan content Headline yang lebih banyak dibandingkan dengan yang ada kini. Wow, sebuah angin segar nih untuk para Kompasianer.

Saya sempat bertanya, apakah jumlah content yang tampil di Home, berkurang? Jujur, saya belum pernah menghitung jumlah persisnya. Kata Isjet, saat ini ada 50 content yang tampil di Home. Di versi baru nanti, jumlahnya juga sama, 50. Dalam uji-coba yang saya lakukan, komposisi content di Home versi baru, terasa lapang dibandingkan dengan yang kini: terasa penuh sesak. Cenderung sumpek. Kok bisa? Ternyata, karena tim desain telah mengolahnya secara kreatif, hingga kita akan merasa nyaman bermain-main di Home yang baru.

Kompasianer Dina Mardiana (berkaus biru) sedang dapat pengarahan dari tim IT. Dina bergabung dengan Kompasiana sejak 24 April 2011. Sebelah kanan, Zulfikar Akbar. Di barisan belakang, Kompasianer Arum Sato, bergabung dengan Kompasiana sejak 11 Desember 2013, Iskandar Zulkarnaen, dan Kompasianer Gapey Sandy, bergabung dengan Kompasiana sejak 22 Januari 2013. Foto: isson khairul
Kompasianer Dina Mardiana (berkaus biru) sedang dapat pengarahan dari tim IT. Dina bergabung dengan Kompasiana sejak 24 April 2011. Sebelah kanan, Zulfikar Akbar. Di barisan belakang, Kompasianer Arum Sato, bergabung dengan Kompasiana sejak 11 Desember 2013, Iskandar Zulkarnaen, dan Kompasianer Gapey Sandy, bergabung dengan Kompasiana sejak 22 Januari 2013. Foto: isson khairul
Improvement desain, itulah intinya. Kebetulan, yang duduk di sebelah saya adalah Rizky, sang pentolan desain di Kompasiana. Menurut penuturannya, ia sengaja melapangkan suasana di Home versi baru, agar user lebih leluasa melakukan eksplorasi. Efek positif yang diharapkan, terbuka kemungkinan lebih banyak content yang akan di-click. Dengan kata lain, tingkat keterbacaan masing-masing content pun akan meningkat.

Keterwakilan Para Pencicip

Barangkali ada yang akan mempertanyakan, kenapa hanya 10 Kompasianer yang diberi kesempatan untuk mencicipi? Dan, apa pula kualifikasi ke-10 Kompasianer tersebut? Hehehe, mari kita berpikir positif. Ini baru tahap icip-icip permulaan. Mudah-mudahan nanti akan ada icip-icip berikutnya, dengan mengundang Kompasianer yang lain lagi. Untuk 10 Kompasianer kali ini, kriterianya sederhana: keterwakilan generasi. Zulfikar Akbar, misalnya, diundang karena termasuk Kompasianer generasi awal. Ia bergabung dengan Kompasiana sejak 17 September 2009.

Kita tahu, Kompasiana adalah platform blog dan publikasi online yang dikembangkan oleh Kompas Cyber Media, sejak tahun 2008. Memasuki tahun 2009, produk yang didirikan oleh Pepih Nugraha ini, berubah menjadi platform blog untuk semua orang. Di samping Zulfikar Akbar yang mewakili generasi awal, juga ada Ronald Wan, yang mewakili generasi teranyar. Ia baru tiga bulan ini bergabung dengan Kompasiana, persisnya sejak 20 Februari 2017. Nah, di antara Zulfikar Akbar dan Ronald Wan itu, ada 8 Kompasianer lain yang juga diundang.

Dari kiri ke kanan: Agung Wibowo dan Jovinto. Mereka adalah leader tim IT Kompasiana. Merekalah yang memandu proses icip-icip Kompasiana versi baru. Dalam sesi tanya-jawab, mereka menjelaskan kepada Kompasianer secara runtut dan runut, tentang perteknologian yang men-support aktivitas Kompasiana selama ini. Foto: isson khairul
Dari kiri ke kanan: Agung Wibowo dan Jovinto. Mereka adalah leader tim IT Kompasiana. Merekalah yang memandu proses icip-icip Kompasiana versi baru. Dalam sesi tanya-jawab, mereka menjelaskan kepada Kompasianer secara runtut dan runut, tentang perteknologian yang men-support aktivitas Kompasiana selama ini. Foto: isson khairul
Selain Zulfikar Akbar dan Ronald Wan, yang lain ya warga biasa. Bukankah Kompasiana Etalase Warga Biasa ? Yang khas adalah teknik pencicipan yang memakan waktu hampir 3 jam di Kantor Kompasiana, Ruang Studio Lantai 6, Gedung Kompas-Gramedia, Jl. Palmerah Barat 29–37, Jakarta Barat. Tiap Kompasianer dilengkapi dengan satu laptop serta didampingi masing-masing seorang dari tim IT Kompasiana. Apa pun yang dilakukan Kompasianer tersebut, akan dicatat oleh sang pendamping. Apa pun yang ditanyakan, akan ia jawab. Cermat dan detail.

Adaptasi ke Versi Baru

Menurut Isjet, proses pencicipan ini di dunia IT disebut Usability Testing atau testing penggunaan. Tujuannya, antara lain, untuk mendapatkan gambaran serta masukan dari para user tentang pembenahan Kompasiana ini. Misalnya, seberapa cepat user memahami navigasi di versi baru, karena sudah terbiasa dengan versi lama. Ini guna mengukur rentang waktu yang dibutuhkan Kompasianer untuk beradaptasi dengan versi baru. Selain itu, seberapa cepat Kompasianer mengeksplorasi fitur-fitur baru di versi baru. Ini untuk mencermati, seberapa user friendly Kompasiana versi baru ini.

Kompasianer yang ikut icip-icip mejeng bareng dengan tim IT serta admin Kompasiana. Yang jongkok di barisan depan, dari kanan: Ichsan Kamil, Agung Wibowo, dan Nindya Prismahita. Di barisan belakang ada Kevin Anandhika, yang hari itu paling sibuk men-support para Kompasianer. Foto: lastboy tahara sinaga
Kompasianer yang ikut icip-icip mejeng bareng dengan tim IT serta admin Kompasiana. Yang jongkok di barisan depan, dari kanan: Ichsan Kamil, Agung Wibowo, dan Nindya Prismahita. Di barisan belakang ada Kevin Anandhika, yang hari itu paling sibuk men-support para Kompasianer. Foto: lastboy tahara sinaga
Ada beberapa tahapan dalam proses pencicipan ini. Agak tegang memang, serasa sedang menjalani ujian. Tapi, namanya juga Kompasianer, tetap saja heboh dengan celetukan yang bikin geeeer. Sebaliknya, para tim IT yang menjadi juru catat, hanya mesem-mesem sesekali. Dan, begitu memasuki sesi tanya-jawab, beragam pertanyaan dilontarkan Kompasianer secara beruntun. Oalaaaahh. Rizky yang menjadi juru catat saya, sumringah. Ia mengaku senang ngumpul dengan Kompasianer. Banyak masukan yang berharga untuk proses pembenahan Kompasiana ini.

Oh, ya, kami dilarang keras memotret tampilan versi baru ini. Juga, tidak boleh melakukan print screen. Bukannya sok rahasia, tapi ini kan masih proses, belum saatnya untuk di-publish ke publik secara luas. Karena itulah, dalam tulisan ini, saya tidak bisa menampilkan detail image versi baru yang dimaksud. Penasaran? Kata Isjet, dalam waktu dekat, Kompasianer sudah bisa mencobanya secara bersama-sama kok. Mari kita tunggu versi Beta untuk Kompasiana versi baru.

isson khairul –dailyquest.data@gmail.com   

Jakarta, 25 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun