Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Konverter Kit, Konversi Energi Ciptaan Amin Suwarno untuk Sejahterakan Nelayan

2 Mei 2017   09:22 Diperbarui: 2 Mei 2017   15:25 2266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isson Khairul (berkaus Kompasiana) mewawancarai Amin Suwarno di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Jl. Sabutung No. 3, Makassar, Sulawesi Selatan. Ia mulai merintis membuat konverter kit, piranti yang bisa mengubah penggunaan BBM ke bahan bakar gas, sejak pertengahan tahun 2010. Inovasi ini mampu menghemat biaya operasional nelayan hingga 80 persen, dibanding menggunakan BBM. Foto: dok. isson khairul

Ignasius Jonan kembali menunjukkan ketegasannya. Dalam 6 bulan ke depan, seluruh SPBU di DKI Jakarta, harus menyediakan fasilitas pengisian BBG. Berupa dispenser atau nossel gas. Konteksnya, konversi energi dari BBM ke gas.

“Kewajiban tersebut secara bertahap berlaku di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Tak hanya SPBU milik pengusaha dalam negeri, tapi juga asing,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu di Bank Indonesia, Jakarta Pusat, pada Kamis, 13 April 2017. Masalah konversi energi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG), masih menjadi topik yang hangat hingga hari-hari ini. Saya teringat pada Amin Suwarno, seorang nelayan dari Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Ia sudah merintis konversi BBM ke BBG sejak pertengahan tahun 2010, dengan menciptakan Konverter Kit.  

Konverter Kit Hemat Biaya

Untuk memahami apa itu konverter kit, mari kita mulai dengan mengenal nelayan. Nelayan yang relevan menggunakan konverter kit adalah yang kapasitas kapalnya di bawah 5 gross tonnage (GT). Kapal di bawah 5 GT ini umumnya menggunakan mesin satu atau dua silinder. Ada yang menggunakan solar, ada pula yang memakai bensin. Daya jelajah kapal nelayan ini rata-rata sekitar 4 mil dari pantai.

Itu tuh konverter kit, kotak biru yang dipegang Amin Suwarno. Selang hitam itu yang menghubungkan antara mesin dengan tabung gas. Sebagaimana yang saya lihat di TPI Paotere, nelayan menggunakan tabung gas ukuran 3 kilogram alias gas melon. Foto: isson khairul
Itu tuh konverter kit, kotak biru yang dipegang Amin Suwarno. Selang hitam itu yang menghubungkan antara mesin dengan tabung gas. Sebagaimana yang saya lihat di TPI Paotere, nelayan menggunakan tabung gas ukuran 3 kilogram alias gas melon. Foto: isson khairul
Sekadar mengingatkan, 1 mil di daratan = 1,6 kilometer. Sedangkan 1 mil di lautan, nautical mile = 1,8 kilometer. Artinya, daya jelajah kapal ukuran di bawah 5 GT ya sekitar 7-8 kilometer dari pantai. Dengan menggunakan konverter kit, nelayan tidak perlu lagi pakai bensin atau solar, tapi pakai gas. Konverter kit menghubungkan antara tabung gas dengan mesin satu atau dua silinder yang umumnya digunakan nelayan.

Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, saya melihat mereka menggunakan tabung gas ukuran 3 kilogram alias gas melon. Mereka memberikan simulasi perbandingan antara pakai BBM dan gas dengan konverter kit. Mesin standar dengan bahan bakar bensin untuk satu jam perjalanan, volume pemakaiannya 2,75 liter bensin. Harga BBM bersubsidi untuk Premium Rp 6.450.- per liter. Bila dirupiahkan ya sekitar Rp 19.350.-

Sementara, mesin yang menggunakan konverter kit, selama satu jam perjalanan butuh 7 ons elpiji. Harga elpiji bersubsidi 3 kg sekitar Rp 20.000,- Sekadar mengingatkan, 1 kg = 10 ons. Bila dirupiahkan ya hanya sekitar Rp 4.600.- Hitung-hitungan di atas mungkin tidak begitu persis, tapi setidaknya kita mendapatkan gambaran perbandingan biaya antara pakai bensin dan gas. Nelayan di Paotere bisa melaut selama 10 jam, hanya dengan menghabiskan 1 tabung gas ukuran 3 kilogram.

Kiri Bupati pertama Kubu Raya, Muda Mahendrawan, dan kanan Amin Suwarno. Gambar di atas menunjukkan dua pilihan posisi penempatan tabung gas di perahu nelayan. Perahu jenis ini menjadi kendaraan sehari-hari warga Kubu Raya, karena menurut Amin Suwarno, kabupaten ini memiliki 1.000 sungai. Foto: dok. Amin Suwarno
Kiri Bupati pertama Kubu Raya, Muda Mahendrawan, dan kanan Amin Suwarno. Gambar di atas menunjukkan dua pilihan posisi penempatan tabung gas di perahu nelayan. Perahu jenis ini menjadi kendaraan sehari-hari warga Kubu Raya, karena menurut Amin Suwarno, kabupaten ini memiliki 1.000 sungai. Foto: dok. Amin Suwarno
Konverter Kit Solusi Nelayan

Dari penuturan Amin Suwarno di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, serta dari simulasi biaya operasional yang dikemukakan nelayan di sana, kita tahu, pilihan konversi dari BBM ke BBG adalah pilihan yang tepat. Terutama untuk nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 GT. Mereka ini kerap disebut sebagai nelayan kecil atau nelayan pesisir. Mereka rata-rata melaut 1-2 malam untuk mencari ikan.

Kemampuan ekonomi mereka umumnya terbatas. Bila sedang beruntung, hasil penjualan ikan bisalah sedikit mereka tabung. Bila tidak, ya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Kondisi cuaca sangat berpengaruh pada nasib mereka. Jika sedang musim badai dan ombak besar, praktis nelayan kecil ini tidak pergi melaut. Artinya, mereka tidak punya pemasukan. Bila ada sedikit simpanan uang, ya itulah yang mereka gunakan. Bila tidak, umumnya mereka cari utangan, berhutang ke para pemilik warung sembako.

Kondisi kehidupan nelayan yang demikianlah yang melatarbelakangi Amin Suwarno menciptakan konverter kit tersebut. Amin Suwarno lahir di Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Ia menyaksikan serta bisa merasakan, betapa berat beban biaya operasional nelayan kecil di sana. Seringkali apa yang mereka dapat, tidak menutup biaya yang mereka keluarkan. Setidaknya, ada sekitar 5.000 nelayan di Kubu Raya.

Nelayan di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, sedang asyik menjaring ikan di sekitar hutan mangrove. Kabupaten Kubu Raya awalnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak, sejak 17 Juli 2007. Urat nadi transportasi di sana adalah Sungai Kapuas, dengan 1.000 sungai anak sungainya. Kubu Raya memiliki pantai yang menghadap ke Selat Karimata. Foto: Andi Fachrizal
Nelayan di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, sedang asyik menjaring ikan di sekitar hutan mangrove. Kabupaten Kubu Raya awalnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak, sejak 17 Juli 2007. Urat nadi transportasi di sana adalah Sungai Kapuas, dengan 1.000 sungai anak sungainya. Kubu Raya memiliki pantai yang menghadap ke Selat Karimata. Foto: Andi Fachrizal
Amin Suwarno berpikir, jika biaya operasional bisa ditekan, tentu bisa mengurangi beban kehidupan para nelayan kecil tersebut. Kebetulan, lelaki jebolan Fakultas Pertanian Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Pancabhakti, Pontianak, ini berbisnis barang elektronik. Ya, adalah sedikit pengetahuan tentang hal itu. Ia pun mulai melakukan serangkaian uji-coba sejak pertengahan tahun 2010. Semua itu ia biayai dengan uang sendiri.

Konverter Kit Ben Gas = Bensin-Gas

Secara bertahap, konverter kit sebagai konversi dari bensin ke gas yang diciptakan Amin Suwarno, mulai menunjukkan hasilnya. Sejumlah nelayan di sana pun mulai menggunakannya. Empat tahun kemudian, pada Rabu (18/6/2014), Amin Suwarno meraih predikat The Most Inspiring pada Indonesia Green Award (IGA) 2014. Amin menerima predikat itu di Jakarta. Bukan hanya itu, namanya pun berubah menjadi Amin BenGas, singkatan dari Amin Bensin Gas. Hehehehe.

Menurut Amin Suwarno, konverter kit yang ia tunjukkan kepada saya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, itu sudah berbeda jauh dengan yang ia ciptakan pada pertengahan tahun 2010. Juga, sudah berbeda pula dengan yang tahun 2014, saat ia dinobatkan sebagai The Most Inspiring. Kenapa? Karena Amin terus men-develope konverter kit ciptaannya, agar fungsinya makin maksimal dan makin maksimal lagi. Memudahkan nelayan sebagai pengguna serta mengefisienkan biaya operasional nelayan.

Amin Ben Gas saat meraih predikat The Most Inspiring pada Indonesia Green Award (IGA) 2014 pada Rabu (18/6/2014) di Jakarta. Konverter kit diciptakan Amin pertengahan tahun 2010. Tahun 2014 dapat penghargaan. Pada 15 Maret 2016 mendapatkan Sertifikat Kesesuaian SNI EN 12806:2015 dari Balai Sertifikasi PPMB Kementerian Perdagangan. Ini konverter kit pertama buatan lokal yang ber-SNI. Hak ciptanya pun sudah ia patenkan di Kementerian Hukum dan HAM. Foto: primus
Amin Ben Gas saat meraih predikat The Most Inspiring pada Indonesia Green Award (IGA) 2014 pada Rabu (18/6/2014) di Jakarta. Konverter kit diciptakan Amin pertengahan tahun 2010. Tahun 2014 dapat penghargaan. Pada 15 Maret 2016 mendapatkan Sertifikat Kesesuaian SNI EN 12806:2015 dari Balai Sertifikasi PPMB Kementerian Perdagangan. Ini konverter kit pertama buatan lokal yang ber-SNI. Hak ciptanya pun sudah ia patenkan di Kementerian Hukum dan HAM. Foto: primus
Konverter kit yang didemokan Amin Suwarno di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, adalah versi terbaru, yaitu generasi ke-10. Kelebihannya, antara lain, hemat bahan bakar lebih dari 80 persen dibanding menggunakan bensin, full injeksi, bisa digunakan untuk semua jenis mesin dan bisa digunakan untuk mesin dua silinder. Dan, tidak hanya bisa digunakan untuk mesin perahu nelayan, tapi juga oke untuk mesin, misalnya, mesin pakan, mesin penggilingan, mesin kompresor, dan mesin lainnya.

Unsur hemat, tetap diutamakan: jika nelayan menggunakan bensin delapan liter untuk satu kali melaut, dengan konverter kit generasi terbaru ini, cukup dengan satu tabung gas elpiji tiga kilogram saja.

isson khairul –dailyquest.data@gmail.com   

Jakarta, 02 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun