Nelayan di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, sedang asyik menjaring ikan di sekitar hutan mangrove. Kabupaten Kubu Raya awalnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Pontianak, sejak 17 Juli 2007. Urat nadi transportasi di sana adalah Sungai Kapuas, dengan 1.000 sungai anak sungainya. Kubu Raya memiliki pantai yang menghadap ke Selat Karimata. Foto: Andi Fachrizal
Amin Suwarno berpikir, jika biaya operasional bisa ditekan, tentu bisa mengurangi beban kehidupan para nelayan kecil tersebut. Kebetulan, lelaki jebolan Fakultas Pertanian Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian, Universitas Pancabhakti, Pontianak, ini berbisnis barang elektronik. Ya, adalah sedikit pengetahuan tentang hal itu. Ia pun mulai melakukan serangkaian uji-coba sejak pertengahan tahun 2010. Semua itu ia biayai dengan uang sendiri.
Konverter Kit Ben Gas = Bensin-Gas
Secara bertahap, konverter kit sebagai konversi dari bensin ke gas yang diciptakan Amin Suwarno, mulai menunjukkan hasilnya. Sejumlah nelayan di sana pun mulai menggunakannya. Empat tahun kemudian, pada Rabu (18/6/2014), Amin Suwarno meraih predikat The Most Inspiring pada Indonesia Green Award (IGA) 2014. Amin menerima predikat itu di Jakarta. Bukan hanya itu, namanya pun berubah menjadi Amin BenGas, singkatan dari Amin Bensin Gas. Hehehehe.
Menurut Amin Suwarno, konverter kit yang ia tunjukkan kepada saya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, itu sudah berbeda jauh dengan yang ia ciptakan pada pertengahan tahun 2010. Juga, sudah berbeda pula dengan yang tahun 2014, saat ia dinobatkan sebagai The Most Inspiring. Kenapa? Karena Amin terus men-develope konverter kit ciptaannya, agar fungsinya makin maksimal dan makin maksimal lagi. Memudahkan nelayan sebagai pengguna serta mengefisienkan biaya operasional nelayan.
Amin Ben Gas saat meraih predikat The Most Inspiring pada Indonesia Green Award (IGA) 2014 pada Rabu (18/6/2014) di Jakarta. Konverter kit diciptakan Amin pertengahan tahun 2010. Tahun 2014 dapat penghargaan. Pada 15 Maret 2016 mendapatkan Sertifikat Kesesuaian SNI EN 12806:2015 dari Balai Sertifikasi PPMB Kementerian Perdagangan. Ini konverter kit pertama buatan lokal yang ber-SNI. Hak ciptanya pun sudah ia patenkan di Kementerian Hukum dan HAM. Foto: primus
Konverter kit yang didemokan Amin Suwarno di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, adalah versi terbaru, yaitu generasi ke-10. Kelebihannya, antara lain, hemat bahan bakar lebih dari 80 persen dibanding menggunakan bensin,
full injeksi, bisa digunakan untuk semua jenis mesin dan bisa digunakan untuk mesin dua silinder. Dan, tidak hanya bisa digunakan untuk mesin perahu nelayan, tapi juga oke untuk mesin, misalnya, mesin pakan, mesin penggilingan, mesin kompresor, dan mesin lainnya.
Unsur hemat, tetap diutamakan: jika nelayan menggunakan bensin delapan liter untuk satu kali melaut, dengan konverter kit generasi terbaru ini, cukup dengan satu tabung gas elpiji tiga kilogram saja.
isson khairul –dailyquest.data@gmail.com  Â
Jakarta, 02 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Money Selengkapnya