Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersama Melindungi Ibu dan Anak dari Tindak Kekerasan

28 Desember 2016   16:51 Diperbarui: 28 Desember 2016   17:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mereka harus kita lindungi agar tumbuh menjadi generasi yang kuat dan hebat. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise, meminta semua pihak untuk melindungi anak-anak dan mengakhiri kekerasan terhadap anak. Hal tersebut dikatakan Yohana pada puncak pelaksanaan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2016 yang dipusatkan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu (23/7/2016). Foto: kompas.com

Karena itulah, program Three Ends dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) hendaknya diterapkan secara menyeluruh. Kita tahu, mata rantai tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah mata rantai yang panjang dan kompleks. Dalam konteks pernikahan dini, apa yang terjadi di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, bisa kita sebut di sini. Hingga Agustus 2016, ada 87 pasangan yang meminta dispensasi pernikahan muda  ke Pengadilan Agama (PA) Blitar. Dan, 60 persen dari 87 pasangan tersebut terpaksa melakukan pernikahan dini karena sudah hamil duluan alias married by accident.

Bersama Saling Peduli

Bila dikorelasikan tindak kekerasan yang dilakukan Siska Nopriana dan realitas pernikahan dini di Blitar tersebut, ini menjadi alaram bagi kita untuk meningkatkan rasa saling peduli. Betapa tidak. "Selama tahun 2013, anak-anak usia 10-11 tahun yang hamil di luar nikah, mencapai 600.000 kasus. Sedangkan remaja usia 15-19 tahun yang hamil di luar nikah, mencapai 2,2 juta orang," ungkap Khofifah Indar Parawansa, selaku Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU).

Salah satu sisi Rusun Marunda di Jakarta Utara. Sri Astuti, selain sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta, juga menjadi pendamping perempuan & anak Rusun Marunda dengan dukungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Ini bagian dari upaya untuk menyukseskan program Three Ends. Sri Astuti memaparkan kondisi perempuan dan anak di Rusun Marunda dalam diskusi publik Bersama Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Foto: bisnis.com
Salah satu sisi Rusun Marunda di Jakarta Utara. Sri Astuti, selain sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta, juga menjadi pendamping perempuan & anak Rusun Marunda dengan dukungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Ini bagian dari upaya untuk menyukseskan program Three Ends. Sri Astuti memaparkan kondisi perempuan dan anak di Rusun Marunda dalam diskusi publik Bersama Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Foto: bisnis.com
Hal itu ia ungkapkan pada pengajian umum puncak hari lahir Muslimat NU ke-68, yang berlangsung di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Kota Kediri, Jawa Timur, pada Minggu (8/6/2014). Data-data di atas menunjukkan kepada kita, betapa rendahnya tingkat ketahanan rumah tangga di negeri ini. Ada begitu banyak rumah tangga yang dibangun oleh pasangan yang belum matang secara usia dan emosi. Dan, semua itu berpotensi meningkatnya tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Melalui program Three Ends, KPPPA menyerukan gerakan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang, serta mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi bagi perempuan. Karena mata rantai tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah mata rantai yang panjang dan kompleks, maka program Three Ends mengajak seluruh unsur, baik dari keluarga, pemerintah, akademisi, praktisi, dan bahkan media termasuk blogger untuk tidak melakukan pembiaran atau bahkan ikut melakukan kekerasan secara terselubung.

Dengan kata lain, kepedulian kita harus ditingkatkan secara bersama-sama, sesuai dengan kapasitas masing-masing. Para akademisi, misalnya, bisa melalui pendidikan serta pelatihan agar kaum perempuan memiliki pengetahuan dan skill. Para praktisi ekonomi, misalnya, bisa memberdayakan kaum perempuan melalui aktivitas yang bernilai ekonomi. Pegiat media dan blogger, misalnya, bisa menyosialisasikan berbagai risiko pergaulan bebas dan pernikahan dini. Kita tahu, ada begitu banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Pernikahan dini adalah salah satunya. Bagaimanapun juga, suami-istri yang telah siap secara usia dan emosi, tentulah akan lebih siap mengayomi anak-anak yang mereka lahirkan.

Jakarta, 28 Desember 2016

isson khairul –linkedin –dailyquest.data@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun