Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jelajah Siang-Malam dengan Si Hitam Jahanam

13 Oktober 2016   12:54 Diperbarui: 4 April 2017   18:05 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batu memang hanya batu. Tapi, ada berjuta cerita yang melatarinya. Apalagi bila sudah melekat di jari sebagai batu cincin. Apalagi bila batu itu hitam-legam, tanda kasih dari seorang tua, dari Pulau Lembata.

Kita tahu, Pulau Lembata berada nun jauh di Nusa Tenggara Timur sana. Pulau itu memang bukan penghasil batu cincin, tapi cukup banyak kaum lelaki di sana yang mengikat jari mereka dengan cincin berbatu. Seorang di antaranya adalah Pak Ahmad, yang baru beberapa waktu lalu saya kenal. Kami berbincang akrab di teras sebuah penginapan sederhana di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka.

Banten, Lembata, Maumere

Pertemuan dengan Pak Ahmad adalah suatu kebetulan. Saya dari Malingping, sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, ujung barat Pulau Jawa. Pak Ahmad dari Kabupaten Lembata, Pulau Lembata, ujung timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kami bertemu, berkenalan, kemudian berbincang akrab di Maumere. Hal pertama yang membuat kami cepat akrab adalah karena kami sama-sama penikmat kopi, juga sama-sama tukang ngebul.

Hal kedua, karena kami sama-sama kerap bepergian, berjuang demi kehidupan. Saya, misalnya, jauh-jauh dari Malingping ke Nusa Tenggara Timur ini, karena urusan pekerjaan. Lebih dari 30 hari saya meninggalkan keluarga di Malingping. Demikian pula dengan Pak Ahmad. Dari pelabuhan Waibalun di Lembata, ia naik kapal ke Larantuka, salah satu pintu masuk ke Pulau Flores. Perjalanan menyusuri sisi luar Pulau Adonara tersebut memakan waktu sekitar 1,5 jam. Kemudian, Pak Ahmad melanjutkan perjalanan dengan bus sekitar 5 jam untuk mencapai Maumere.

Pak Ahmad punya bisnis di Maumere. Dalam kunjungan kali ini, ia mungkin akan berada 10 hari di Maumere, meninggalkan keluarga di Lembata. Saya pekerja dan Pak Ahmad pebisnis. Kami sama-sama berada jauh dari keluarga. Berjuang demi keluarga, mengais rezeki di kampung orang, memang bukan hal yang ganjil. Juga, bukan hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Antara lain, menjaga perilaku, mengelola emosi, serta melindungi diri agar tidak jatuh sakit.

Si hitam jahanam ini memang ajaib, menakjubkan. Jika dilihat dengan cara lain, ada bagian yang tetap membekaskan warna hitam. Padahal, bagian lain cenderung memutih. Mengesankan sekaligus mengagumkan. Foto: koleksi isson khairul
Si hitam jahanam ini memang ajaib, menakjubkan. Jika dilihat dengan cara lain, ada bagian yang tetap membekaskan warna hitam. Padahal, bagian lain cenderung memutih. Mengesankan sekaligus mengagumkan. Foto: koleksi isson khairul
Batu, Perisai, Jawara

Hal ketiga yang membuat kami cepat karib adalah karena kami sama-sama bercincin batu. Saya memang bukan ahli perbatuan, tapi cukup sering membaca berbagai tulisan tentang khasiat batu. Batu badar besi, misalnya, kerap digambarkan sebagai perisai, yang mampu melindungi pemakainya dari bahaya sihir. Bahkan, ada yang menulis, pemakai badar besi akan kebal dari senjata tajam. Benarkah demikian? Saya bukan pemakai badar besi. Saya juga belum pernah melihat langsung khasiat yang demikian.

Tapi, saya sudah sejak lama mengenakan cincin batu, yang senantiasa mengikat salah satu jari saya. Dan, Pak Ahmad juga sudah bertahun-tahun bercincin batu. Ada tiga cincin batu yang melingkari tiga jari tangannya. Saya terkesan dengan salah satu cincin batu yang mengikat jarinya. Warnanya hitam-legam. Ikatannya pun kokoh. Dengan tiga cincin batu itu, Pak Ahmad nampak bagai seorang jawara, sebutan untuk pesilat tangguh di Banten. Tidak sangar, tapi berwibawa. Tidak menakutkan, tapi membuat orang yang berhadapan dengannya sungkan.

Itulah yang saya rasakan tatkala berhadapan dengan Pak Ahmad. Meski usia kami sama-sama di atas kepala 5, tapi saya sungkan memotong pembicaraannya. Saya pun sungkan bersuara melebihi intonasinya. Apakah semua itu karena khasiat ketiga cincin batu yang melekat di jarinya? Entahlah. Yang jelas, saya sangat terkesan dengan si hitam-legam itu. Sesekali, saya amati cincin Pak Ahmad dengan pandangan dari sudut mata. Saya tidak berani kurang ajar dengan memelototi cincin yang bersangkutan.

Hitam, Hati, Khasiat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun