Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Minim Sosialisasi, Pelabuhan Merak pun Penuh Sesak

3 Juli 2016   02:42 Diperbarui: 3 Juli 2016   09:53 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, alangkah timpangnya ketika kini kita menyaksikan antrean kendaraan roda empat menuju Pelabuhan Merak mencapai 10 kilometer, hingga mengular sepanjang tol Tangerang-Merak. Bukan hanya ketimpangan pada perlakuan terhadap pemudik ke Sumatera dibandingkan dengan pemudik ke Jawa. Tapi, juga ketimpangan infrastruktur transportasi yang tersedia. Infrastruktur jalan tol yang menuju ke Pelabuhan Merak, tidak sepadan dengan ketersediaan infrastruktur pelabuhan dan infrastruktur transportasi laut di kawasan tersebut.

Ini mengingatkan saya pada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dr. Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M. Sc. Dalam acara Kompasiana Nangkring Kementerian PUPR, yang berlangsung di Hotel Santika Premiere, Jakarta, pada Selasa (31/5/2016), ia bicara tentang gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris. Sebagai Menteri PUPR, ia menyadari bahwa pembangunan infrastruktur selama ini terpusat di Pulau Jawa. Katakanlah semacam Jawa Sentris. Pada saat mudik lebaran ini, apa yang dinamakan paradigma Jawa Sentris tersebut menjadi realitas yang kentara dengan nyata.

Kendaraan roda dua dengan kendaraan roda empat bercampur di jalur yang sama memasuki Pelabuhan Merak. Antre berjam-jam tentulah melelahkan, yang bisa mengganggu keselamatan para pemudik. Penataan jalur pengendara serta fasilitas bagi penumpang lainnya di Pelabuhan Merak adalah bagian penting yang dibutuhkan, agar pemudik selamat pulang-pergi. Foto: antaranews.com
Kendaraan roda dua dengan kendaraan roda empat bercampur di jalur yang sama memasuki Pelabuhan Merak. Antre berjam-jam tentulah melelahkan, yang bisa mengganggu keselamatan para pemudik. Penataan jalur pengendara serta fasilitas bagi penumpang lainnya di Pelabuhan Merak adalah bagian penting yang dibutuhkan, agar pemudik selamat pulang-pergi. Foto: antaranews.com
Perlakuan pihak berwenang terhadap pemudik di Pulau Jawa dan pemudik di wilayah non-Jawa pun, berbeda adanya. Menyedihkan? Mestinya, tidak. Justru, ketimpangan tersebut menjadi tools, agar pihak berwenang menyikapi negeri ini sebagai Indonesia, bukan sebatas Jawa. Pada tahun 1971, penyair Taufik Ismail menulis puisi dengan judul Kembalikan Indonesia Padaku. Petikannya, antara lain, hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam, karena seratus juta penduduknya. Penyair Taufik Ismail nampaknya gusar akan ketimpangan, risau karena ketiadaan pemerataan. Baru 45 tahun kemudian, kita mendengar gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris.

Menyedihkan? Mestinya, tidak. Terlambat? Mestinya, juga tidak.

isson khairul –linkedin –dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 3 Juli 2016

----------------------

Tulisan terkait:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun