Keragaman etnik itulah yang tercermin dari 48 kostum kontemporer berbasis etnik yang berparade pada Rabu (27/4/2016) itu. Setelah memukul gong sebagai tanda resmi dimulainya Cilegon Ethnic Carnival 2016, Dr. H. Tb. Iman Ariyadi, Wali Kota Cilegon, menghimbau agar warga senantiasa memelihara kerukunan yang sudah terjalin selama ini.Â
Karena pentingnya kerukunan itu pulalah, tema karnaval tahun ini Ethnic Multi Cultural in Harmony. Dengan kata lain, meski warga Cilegon berasal dari beragam etnik, keharmonisan hendaklah menjadi komponen utama yang perlu dijaga serta dirawat semua pihak.Â
Kenapa? Karena, sebagaimana dituturkan Iman Ariyadi, dengan hidup rukun secara harmonis, tiap warga leluasa mengembangkan diri untuk menjadi warga yang produktif. Kemajuan sebuah kota sangat bergantung kepada produktivitas warganya.
Dalam konteks wisata, keharmonisan warga Cilegon akan menjadi pertimbangan bagi wisatawan domestik serta wisatawan asing untuk datang berkunjung. Dengan demikian, para pelancong akan merasa nyaman berwisata di Cilegon.Â
Keberadaan Cilegon Ethnic Carnival adalah bagian dari upaya Pemkot Cilegon untuk memperkenalkan kota ini kepada publik yang lebih luas.
Beragam, Lebih Meriah
Dibandingkan dengan dua karnaval sebelumnya, Cilegon Ethnic Carnival 2016 ini tentulah lebih meriah. Selain karena jumlah peserta tahun ini lebih banyak, kreativitas peserta parade pun makin keren.Â
Saya jadi ingat selorohan supir taksi yang mengatakan bahwa jumlah rumah makan Padang di Cilegon mencapai 300. Pada Rabu (27/4/2016) itu, tabut alias tabuik, ikon budaya Pariaman, turut menyemarakkan Cilegon Ethnic Carnival 2016. Pariaman adalah sebuah kota yang berada sekitar 60 kilometer dari pusat Kota Padang, Sumatera Barat.
Selain diikuti sejumlah kelompok etnik yang bermukim di Cilegon, karnaval ini juga dimeriahkan oleh industri pariwisata yang beraktivitas di kota ini. Sebagaimana dituturkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cilegon, Bukhori, keterlibatan industri wisata dalam karnaval ini justru memberi nilai tambah untuk menarik kunjungan wisatawan. Ia menyadari bahwa wisata alam yang ada di Cilegon terbatas. Karena itulah, Disbudpar Kota Cilegon menciptakan wisata buatan seperti Cilegon Ethnic Carnival ini.