[caption caption="Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 melintasi 11 wilayah utama Indonesia pada Rabu (9/3/2016). Sejumlah pemerintah daerah di wilayah yang dilalui GMT, melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. Pada Kamis (25/2/2016), Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengapresiasi 3 provinsi yang serius mempersiapkan diri menyambut GMT 2016: Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, dan Sumatera Selatan. Arief Yahya memuji persiapan yang dilakukan ketiga pemerintah daerah tersebut, dalam konteks meningkatkan kunjungan wisatawan. Foto: detik.com"][/caption]Gerhana Matahari Total (GMT) atau Total Solar Eclipse adalah momentum daerah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Kesempatan ini hanya datang sekali dalam 350 tahun. Bagaimana daerah mengelola momentum tersebut? Ini beberapa inspirasi yang barangkali bisa menginspirasi.
Sulawesi Tengah
Ada dua wilayah utama di Sulawesi Tengah yang dilintasi GMT 2016: Palu dan Poso. Dua hari berturut-turut, Selasa-Rabu (8-9/3/2016), digelar Total Solar Eclipse International Gateball Tournament di Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. Gateball merupakan olahraga yang menggabungkan antara unsur hiburan dengan kompetisi. Olahraga ini bisa diikuti oleh kalangan tua dan muda. Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, mengatakan, turnamen tersebut akan diikuti oleh 39 tim, 19 tim di antaranya berasal dari mancanegara. "Ini sangat efektif sebagai sarana untuk mempromosikan Sulawesi Tengah, agar lebih dikenal di mancanegara," ucap Longki Djanggola.
Di Poso, juga digelar perhelatan dua hari berturut-turut, Selasa-Rabu (8-9/3/2016). Di dua hari itu, ratusan warga Poso, Sulawesi Tengah, akan menabuh padengko, alat bunyi-bunyian tradisional yang terbuat dari bambu. Ini bagian dari Festival Kawaninya, yang dipersiapkan pemerintah setempat. Penabuhan tersebut dipusatkan di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso. Desa ini ditetapkan oleh Observatorium Institut Teknologi Bandung, lembaga yang fokus mengamati angkasa luar, sebagai titik pemantauan GMT 2016. Ada 4 teleskop yang dibawa dari Bandung, yang pada malam hari bisa digunakan pengunjung untuk mengamati bintang dan planet di luar angkasa, melalui teleskop khusus tersebut.
[caption caption="Siti Norma Mardjanu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Sulawesi Tengah, mengatakan, Tiongkok, Hong Kong, Jepang, Korea, Makau, Filipina, Taipei, Australia, Argentina, Brasil, dan Kanada dipastikan ikut ambil bagian dalam perhelatan GMT 2016 di wilayah tersebut. Begitu juga dengan Paraguay, USA, Singapura, India, Laos, Thailand, Swiss, dan Peru. Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pada Sabtu (13/2/2016), mengatakan, gerhana matahari total bagi orang Jepang sangat bermakna. Sejak dipromosikan tahun lalu, banyak orang Jepang yang sudah melakukan reservasi hotel di Palu. Foto: rumahkelima.com"]
Selain di Palu dan Poso, perhelatan menyambut GMT 2016 juga dilakukan di Desa Ngatabaru, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Desa ini berada 10 kilometer arah selatan Kota Palu. Pada Kamis (11/2/2016), sejumlah pekerja tengah mendirikan panggung dari bambu yang akan dijadikan tapak untuk pengamatan GMT 2016. Ada tiga panggung utama yang akan dibuat di desa tersebut. Selain di Ngatabaru, di Desa Mantantimali, juga di Kabupaten Sigi, didirikan pula beberapa tapak favorit untuk pengamatan gerhana. Sebagaimana diketahui, Mantantimali adalah lokasi wisata paralayang yang sudah terkenal. Kawasan tersebut berada di dataran tinggi, sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut, dengan panorama langsung ke Teluk Palu yang penuh pesona.
[caption caption="Ini adalah foto matahari saat terjadi GMT pada 18 Maret 1988. Foto ini diabadikan oleh Kartono Ryadi, fotografer senior Harian Kompas. Foto ini diambil dari Pantai Penyak, 36 kilometer di selatan Pangkal Pinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Gerhana Matahari Total (GMT) pada 9 Maret 2016, juga akan melintasi wilayah Bangka Belitung. Perayaan menyambut gerhana matahari total tahun ini, dipusatkan di Pantai Terentang, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Foto: kompas-tribunnews.com "]
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, salah satu dari 11 wilayah yang dilintasi GMT 2016. Apa yang dilakukan di Kabupaten Bangka Tengah, barangkali bisa menjadi inspirasi. Pemerintah kabupaten ini menyediakan lokasi khusus untuk para peneliti fenomena alam GMT 2016, yang diprediksi akan melalui daerah tersebut pada Rabu (9/3/2016). Lokasi khusus yang disediakan, tidak tanggung-tanggung, area seluas sekitar satu kilometer per segi. Ini dinyatakan Bupati Bangka Tengah, Erzaldi Rosman, di Koba, pada Senin (22/2/2016).
Pemerintah setempat akan mensterilkan area satu kilometer per segi tersebut, dari pengunjung umum. Artinya, area itu benar-benar dikhususkan hanya untuk para peneliti. Pemda juga menyiapkan sebanyak 10 unit teropong khusus untuk melihat GMT 2016, yang akan ditempatkan di area khusus tersebut. Dengan area yang dikondisikan demikian, diharapkan para peneliti leluasa melakukan penelitian. Ini untuk menjaga agar hasil penelitian mereka terlindung dari faktor-faktor yang di luar dugaan.
Selain itu, Kabupaten Bangka Tengah juga menyediakan fasilitas media center, yang dilengkapi dengan jaringan serta koneksi internet yang memadai. Fasilitas ini bisa dimanfaatkan oleh para peneliti, juga oleh para jurnalis yang meliput fenomena alam tersebut. Hingga saat ini, sejumlah lembaga penelitian sudah mengonfirmasi kedatangan mereka ke Bangka Tengah. Antara lain, dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rumah Maung Bandung, Falakiyah dari Muhammadiyah, dan juga dari Nadlatul Ulama (NU). Untuk pengunjung umum, pemerintah setempat juga menyiapkan 5.500 unit kacamata khusus gerhana, yang akan dibagikan secara gratis kepada warga yang ingin menyaksikan GMT 2016.
Perayaan menyambut gerhana matahari total tahun ini, dipusatkan di Pantai Terentang, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Jarak dari Bandar Udara Depati Amir yang berada di Kota Pangkal Pinang ke Pantai Terentang, sekitar 50 kilometer. Di Pantai Terentang, bakal diadakan pameran, pemutaran film, juga pertunjukan seni instalasi, yang relevan dengan peristiwa gerhana matahari. Sehari sebelum gerhana, pada Selasa (8/3/2016), pemerintah setempat mengadakan serangkaian acara, berupa karnaval budaya dan tari kolosal. Selain itu, juga ditampilkan aneka permainan tradisioal seperti gasing, bola tampah, bola api, kereta surong, dan tok sahang di Pantai Terentang.
[caption caption="Perhelatan Gerhana Matahari Total di Jembatan Ampera pada Rabu (9/3/2016), akan dimulai pada pukul 07.20 WIB. Sebelumnya, acara akan diawali dengan sarapan bersama di sana. Durasi GMT 2016 di sana selama 1 menit 59 detik. Di awal berdirinya, Jembatan Ampera diberi nama Jembatan Musi, karena jembatan ini melintasi Sungai Musi. Kemudian, nama tersebut sempat diganti menjadi Jembatan Bung Karno. Warna jembatan ini sudah mengalami 3 kali perubahan, dari awal berdiri berwarna abu-abu, kemudian tahun 1992 diganti dengan warna kuning, dan terakhir di tahun 2002 diganti lagi menjadi merah, sampai sekarang. Foto: print.kompas.com"]
Palembang, sebagai ibu kota Sumatera Selatan, akan menjadi pusat perhelatan menyambut Gerhana Matahari Total 2016. Persisnya, di Jembatan Ampera dan sekitarnya, yang selama ini dikenal sebagai icon provinsi tersebut. Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 7 Palembang, sudah menyiapkan replika naga raksasa berbentuk lampion sepanjang 18 meter. Mereka menamainya Naga Sumatera. Sisik sang naga didominasi warna kuning dan merah, yang terbuat dari rangka besi berbalut kain. Kepala naga itu dibuat dari bahan styrofoam. Puluhan bola lampu di setiap ruas rangka sang naga, akan menyala.
Sosok Naga Sumatera dengan ketinggian 4,5 meter tersebut akan bertengger di Jembatan Ampera, sejak sehari sebelum gerhana, yakni pada Selasa (8/3/2016). Artinya, kemeriahan di Palembang, khususnya di kawasan Jembatan Ampera, sudah akan terasa sejak beberapa hari sebelum hari H GMT 2016. Dibandingkan dengan wilayah lain, Sumatera Selatan memang termasuk yang serius menyambut GMT 2016, demi mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke sana. Pada Senin (25/1/2016), Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, sengaja mengadakan Jumpa Pers Gerhana Matahari Total di Hotel Sari Pan Pacific, Jl. Thamrin 6, Jakarta Pusat.
Dengan demikian, persiapan yang dilakukan di Palembang, juga ditindaklanjuti dengan strategi komunikasi secara nasional, regional, dan internasional. Langkah tersebut tentu patut diapresiasi. Bukan hanya itu. Pada hari H GMT 2016, Rabu (9/3/2016), pemda Sumatera Selatan akan menutup arus lalu-lintas kendaraan di Jembatan Ampera selama 12 jam. Ini tentu saja untuk memberi keleluasaan kepada para wisatawan serta warga setempat menikmati suasana gerhana. Dalam konteks pariwisata dan partisipasi publik, kebijakan Sumatera Selatan memanjakan pengunjung gerhana ini, dengan sendirinya akan menumbuhkan kesan positif.
Kita tahu, kesan positif itulah yang akan membuat para wisatawan termotivasi untuk berbagi kemeriahan perhelatan GMT 2016 di Palembang, melalui media sosial. Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, bahkan sejak pagi Rabu (9/3/2016) sudah akan berada di Jembatan Ampera. Ia akan bersama wisatawan dan warga di sana. Alex Noerdin akan mengawali hari H GMT 2016 dengan sarapan bersama di Jembatan Ampera. Sebagai informasi, jembatan ini melintasi Sungai Musi, yang menghubungkan wilayah seberang ilir dan seberang hulu. Panjang jembatan ini lebih dari 1.000 meter, dengan lebar 22 meter, dengan 4 lajur kendaraan, dan dengan ketinggian mencapai 63 meter. Dibangun tahun 1957, yang pada masanya, tercatat sebagai jembatan terpanjang di Asia Tenggara.
Pada Minggu (7/2/2016), fotografer senior harian Kompas, Arbain Rambey, merekomendasikan Jembatan Ampera sebagai salah satu titik ideal untuk mendokumentasikan gerhana matahari pada Rabu (9/3/2016). Menurut Arbain Rambey, selain posisi bulan benar-benar menutup matahari, fenomena ini juga dipermanis oleh landscape Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang memang sudah memesona. Arbain Rambey mengemukakan hal itu, ketika menjadi narasumber pada seminar fotografi yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Sumatera Selatan dan Kelompok Kompas Gramedia di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Palembang.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 2 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H