[caption caption="Peserta susur kebun teh Malabar dengan suka-cita menikmati hamparan hijau alam terbuka. Perkebunan ini terletak di ketinggian 1.550 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 16-26 derajat Celcius. Kebun teh yang diwariskan Karel Albert Rudolf Bosscha tersebut, kini dikelola PT Perkebunan Nusantara VIII. Luas kebun ini mencapai 2.022 hektar, yang sejauh mata memandang ya yang nampak adalah hamparan daun teh. Foto: isson khairul"][/caption]Kini, ada 473 hotel di Bandung, dengan total kamar sebanyak 26.000 unit. Juga, ada sekitar 30 hotel baru yang sedang dibangun. Akhir 2016, diperkirakan jumlah hotel di Bandung menjadi 500 hotel, dengan total sekitar 30.000 kamar. Apa kiat Best Western Premier La Grande Hotel Bandung menghadapi persaingan?
Kita bisa mulai dengan menatap sosok Komang Artana, General Manajer Best Western Premier La Grande Hotel. Ia baru sembilan bulan berada di Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya, ia menjalani karir di bidang perhotelan di Bali dan Batam. “Behavior tamu hotel di tiap kota pada dasarnya sama: mereka membutuhkan pelayanan. Yang membedakannya adalah sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan,” ujar Komang Artana, pada Sabtu (20/2/2016) malam, di restaurant Parc de Ville, di lantai tiga Best Western Premier. Malam itu, ia mengenakan kemeja putih dan baru saja pulang dari menghadiri resepsi perkawinan seorang kerabat di Bandung.
[caption caption="Yang pakai topi itu adalah pencicip teh handal dari pabrik pengolah teh Malabar. Ia dengan pengetahuan yang dalam dan detail, menjelaskan tentang karakteristik teh putih dan teh hitam. Ia juga menunjukkan warna teh setelah diseduh, dari beberapa jenis teh, sebagaimana nampak pada sejumlah cangkir di atas. Nambah pengetahuan sembari berwisata, itulah intinya. Foto: isson khairul"]
Hadir dalam sebuah resepsi perkawinan, yang tentu saja sebagian besar yang hadir adalah warga lokal, adalah bagian dari cara Komang Artana memahami behavior warga setempat. Di resepsi tersebut, ia berinteraksi dengan para undangan yang lain. Saling bertukar kartu nama, juga saling berbagi nomor kontak. Dalam komunikasi tatap muka itulah Komang Artana memperkenalkan diri, juga memperkenalkan Best Western Premier. Maka, dalam tempo yang tidak terlalu lama, jumlah relasinya di Bandung, sudah lumayan. Relasi tersebut ia pererat dengan komunikasi melalui media sosial, Facebook dan WhatsApp.
Melalui relasi itu pula, ia terhubung dengan salah satu komunitas penggemar sepeda. Nah, dengan komunitas sepeda itulah Komang Artana suatu hari meng-gowes sepeda dari Bandung ke perkebunan teh Malabar. Kebun teh itu berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Secara jarak, kebun itu sekitar 50 kilometer dari Bandung. Di sana, ia berkenalan dengan beberapa pengelola perkebunan, juga dengan pengelola pabrik pengolah teh. Kebun dan pabrik teh ini dirintis dan didirikan oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, sejak tahun 1894. Artinya, tempat ini sarat dengan sejarah dan memiliki value sebagai destinasi wisata.
[caption caption="Sejumlah cangkir ini berisi teh premium yang sudah diseduh dan siap diminum. Rasa teh ini sangat berbeda dengan teh yang kita minum sehari-hari. Baik dari sisi aroma, maupun dari aspek kekuatan rasanya. Warnanya bagus, aromanya kuat, rasanya lama melekat di rongga mulut. Dalam satu momen blind test di Jepang beberapa waktu lalu, teh hijau Indonesia menjadi juara. Foto: isson khairul"]
Di tiap step tersebut, tamu Best Western Premier didampingi pemandu yang kompeten, yang merupakan pengelola kebun teh setempat. Dengan demikian, perjalanan ke Malabar bukan sekadar memandangi kebun, tapi ada unsur knowledge tentang teh. Ada pengetahuan tentang jenis-jenis teh, teknik pengujian teh, bahkan tamu Best Western Premier berkesempatan mencicipi teh premium. Rintisan yang dilakukan Komang Artana untuk tamu Best Western Premier ke Malabar tersebut, sudah sepatutnya kita apresiasi. Ia bukan saja telah menciptakan alternatif destinasi, tapi Best Western Premier telah memberikan pengayaan pengetahuan tentang salah satu komoditas perkebunan penting di negeri ini kepada wisatawan.
[caption caption="Komang Artana, nomor tiga dari kiri. General Manajer Best Western Premier La Grande Hotel ini bersama-sama siap menyeruput teh premium di pabrik pengolahan teh Malabar. Ini adalah nilai tambah yang diberikan Best Western Premier kepada para tamu. Bukan hanya menikmati pemandangan yang menakjubkan, bukan hanya melihat secara langsung proses pengolahan teh, tapi sekaligus mencicipi cita-rasa teh kelas premium dengan penuh suka-cita. Foto: isson khairul"]
Best Western Premier La Grande Hotel berada di tengah kota, di jantung Bandung. Tepatnya, di Jl. Merdeka Nomor 25-29, hanya beberapa langkah dari Bandung Indah Plaza (BIP). Sementara, area car free day meliputi kawasan Jl. Dago, Jl. Layang Pasupati, Dago Atas, pertigaan Jl. Ir. H. Juanda, dan Jl. Dayang Sumbi. Tiap hari Minggu, dari pukul 06.00 hingga pukul 10.00 WIB, kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya ramai dikunjungi warga dengan beragam aktivitas. Komang Artana merespon keramaian car free day tersebut dengan membawa makanan dan minuman ke sana.
Warga diberi kesempatan untuk mencicipi kuliner ala Best Western Premier. Melalui diplomasi kuliner tersebut, Komang Artana memperkenalkan diri, juga mengenalkan layanan Best Western Premier kepada warga. Kita tahu, Best Western Premier baru hadir di Bandung sejak 1 Desember 2015. Hotel bintang empat dengan 15 lantai dan 193 kamar ini, tentulah perlu menyosialisasikan diri kepada sebanyak mungkin warga. Momentum keramaian car free day tersebut, dikelola Komang Artana dengan sungguh-sungguh. Ia menyiapkan tim serta perangkat pendukung secara seksama.
[caption caption="Teh yang sudah diproses, sudah di-packing, siap dipasarkan. Berdasarkan data dari Dewan Teh Indonesia, produksi teh Indonesia di kisaran 120.000 ton per tahun. Secara ekspor, Indonesia menempati peringkat kesembilan di dunia. Sayangnya, teh yang berkualitas ini, mayoritas diekspor dalam wujud gelondongan. Pihak luar negeri yang kemudian mengemas, dengan brand mereka. Ini tentu tantangan tersendiri dalam perdagangan teh, secara nasional maupun internasional. Foto: isson khairul"]
Adventa Pramushanti, sang Marketing Communication, juga memuji kehandalan sang chef tersebut. Di tengah santap siang di rumah peninggalan Bosscha yang berada di tengah kebun teh, Adventa Pramushanti bercerita bahwa berbagai menu kreasi baru terus diciptakannya. Salah satunya, ayam dengan bumbu rasa kopi. Wow, sebuah kejutan kuliner, yang tentunya juga mengejutkan rasa saat menyantapnya. Sampai di sini, kita tahu, kolaborasi tim kerja Best Western Premier memang terus melakukan inovasi, untuk memenangkan persaingan, dengan layanan spesial.
[caption caption="Karel Albert Rudolf Bosscha meninggal di Malabar pada 26 November 1928. Ia lahir di Den Haag, Belanda, 15 Mei 1865. Ia kemudian dimakamkan di tengah perkebunan teh yang didirikannya. Wisatawan yang berkunjung ke Malabar, umumnya mampir ke makam ini. Ia adalah seorang Belanda yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi pada masa itu. Ia juga seorang pemerhati ilmu pendidikan, khususnya astronomi. Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana pembangunan Observatorium Bosscha, yang berada di Kampung Bosscha, Desa Lembang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Foto: isson khairul"]
Dari jabaran di atas, kita tahu, ternyata cukup banyak langkah kreatif yang dilakukan Best Western Premier untuk memenangkan persaingan industri perhotelan di Bandung. Cukupkah semua itu? Belum. Kenapa? “Karena, semua program dan strategi kreatif tersebut, tidak akan efektif, bila tidak didukung oleh kinerja tim yang maksimal,” kata Komang Artana lebih lanjut. Nah, salah satu kunci dari soliditas kinerja tim adalah komunikasi yang transparan. Untuk itulah, Komang Artana mewajibkan seluruh tim kerja di Best Western Premier memiliki akun Facebook dan WhatsApp.
Melalui platform media sosial itulah, seluruh tim kerja dari lini terendah hingga lini tertinggi, saling berinteraksi. Misalnya, ada tim kerja yang memposting foto tentang keran yang rusak di toilet. Ada pula yang menginformasikan tentang lampu yang tidak menyala. Karena seluruh tim kerja terkoneksi dengan platform tersebut, maka bagian yang berwenang atas hal-hal tersebut segera menindaklanjutinya. Kepada tim kerja yang memberi laporan, Komang Artana memberikan reward secara berkala.
[caption caption="Peserta susur kebun teh, mengekspresikan suka-cita mereka di rumah peninggalan Karel Albert Rudolf Bosscha. Bangunan rumah ini masih asli. Hanya ada beberapa bagian yang sudah direstorasi, dengan tetap menjaga keasliannya. Dengan kata lain, paket wisata yang dirancang Best Western Premier ini, merupakan kolaborasi wisata alam, wisata edukasi, dan wisata heritage. Foto: koleksi isson khairul"]
Ketika 10 Kompasianer dari Kompasiana menjadi tamu Best Western Premier pada Sabtu-Minggu (20-21/2/2016) lalu, Komang Artana memperlihatkan deretan nama tim kerja Best Western Premier yang tergabung dalam grup di Facebook dan WhatsApp tersebut. Dalam konteks manajemen, barangkali apa yang dikembangkan Komang Artana ini bisa disebut sebagai manajemen partisipatif. Tiap anggota tim kerja memiliki ruang yang sama untuk berpartisipasi, sesuai dengan tanggung jawab serta wewenang masing-masing. Manajemen partisipatif menjadi lahan yang subur bagi tumbuhnya kreativitas, yang kemudian terciptalah soliditas kinerja.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 24 Februari 2016
-----------------------------
Singgahlah ke Best Western Premier di Jl. Merdeka, Bandung. Dengan senyuman, secangkir kopi hangat serta donat spesial, akan menjadi awal yang menyenangkan untuk menikmati Bandung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI