Wakil Ketua RW 001, Ofi Farich Faisal, turun langsung sebagai penjaga perpustakaan. Ia, dengan tatapan berbinar, menyaksikan anak-anak berinteraksi serta bercengkerama dengan bacaan. Sejak diresmikan pada Minggu (20/12/2015) lalu, yang dominan mengunjungi perpustakaan ini adalah anak-anak usia SD dan SMP. Ada juga yang masih duduk di kelas bermain, yang belum bisa membaca. Kelompok usia ini asyik menikmati buku-buku yang penuh gambar warna-warni. Perpustakaan yang dibuka dari pukul 08.00 hingga waktu maghrib tersebut, paling ramai dikunjungi antara pukul 15.00-17.00 WIB.
Dari aktivitas yang terjadi pada Pustaka Bulir Padi ini, kita bisa sama-sama menyaksikan, sesungguhnya warga haus akan bacaan. Saudara kita, yang lemah secara ekonomi dan rendah secara edukasi tersebut, menyantap bacaan dengan lahap. Artinya, mereka memiliki minat baca. Mereka membutuhkan bacaan. Maka, bukan pada tempatnya kita menuduh kaum lemah itu, tidak memiliki minat baca. Barangkali, karena tidak punya daya untuk menjangkau toko buku, mereka selama ini sangat berjarak dengan bacaan.
Kondisi yang demikianlah yang sepatutnya dicermati oleh sejumlah pihak, yang relevan dengan ranah pendidikan, khususnya literasi. Yang juga tercermin pada keberadaan Pustaka Bulir Padi ini, adalah tingginya partisipasi warga. Artinya, orangtua RW setempat, dengan penuh kesadaran, mendorong anak-anak mereka agar dekat dengan bacaan. Pengurus warga juga turun tangan mengelolanya. Kolaborasi antar warga yang sudah positif inilah yang patut dirawat oleh pihak-pihak yang berwenang. Agar, kedekatan anak-anak dengan bacaan, menjadi sesuatu yang berkelanjutan.
Bersama untuk Bersama
Kita sesungguhnya memiliki sejumlah contoh, yang menunjukkan, betapa kebersamaan telah menjadi solusi untuk orang banyak. Pustaka Bulir Padi di Bidara Cina itu, yang diresmikan pada Minggu (20/12/2015) lalu, adalah salah satu contoh. Contoh lain adalah Pustaka Bulir Padi, yang juga dibangun oleh Yayasan Bulir Padi, di Lapangan Rengas, Palmerah, Jakarta Barat, pada Oktober 2013. Di Palmerah ini, program yang sudah berjalan, selain perpustakaan, juga sudah mencakup pemberian beasiswa untuk satu anak di setiap keluarga.
Artinya, dalam tiap keluarga di wilayah tersebut, ada satu anak yang menerima beasiswa. Ini berlaku hingga sang anak lulus SMA/SMK. Jika dalam satu keluarga ada tiga anak, maka ketika sang kakak lulus SMA/SMK, maka penerima beasiswa selanjutnya adalah sang adik. Demikian seterusnya. Dalam penerapannya, Yayasan Bulir Padi bertindak sebagai pemantau, untuk memastikan program-program dijalankan sesuai ketentuan. Karena itulah, inisiatif serta kesungguhan warga dan pengurus warga, menjadi hal yang sangat penting.
Hingga saat ini, lebih dari 500 anak di wilayah kumuh di Jakarta Barat tersebut, telah menerima beasiswa melalui program Yayasan Bulir Padi. Untuk membiayai berbagai program tersebut, yayasan melakukan penggalangan dana dari masyarakat, antara lain, melalui situs crowdfunding kitabisa.com. Situs ini juga menjadi wadah penggalangan dana oleh berbagai komunitas di Kompasiana. Sekali lagi, ini menunjukkan kepada kita, bahwa kebersamaan telah menjadi solusi untuk orang banyak.
Yang juga patut kita catat di sini, pembangunan Pustaka Bulir Padi di Bidara Cina, mendapat dukungan penuh dari Schneider Electric Indonesia. Dan, 1.000 buku yang kini mengisi perpustakaan itu, berasal dari sumbangan para karyawan perusahaan tersebut. Jenis bukunya bervariasi, mulai dari buku pelajaran, komik sains, ensiklopedia, dan cerita bergambar yang memiliki nilai edukasi. Semua ini menunjukkan bahwa ada banyak pihak di sekitar kita, yang peduli pada kemajuan literasi di negeri ini.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 29 Desember 2015