Anak-anak RW 001 Bidara Cina, dengan leluasa memilih buku bacaan kesukaan mereka di Pustaka Bulir Padi. Ini adalah bagian dari upaya Yayasan Bulir Padi memotivasi masyarakat, untuk bersama-sama mengatasi keterbatasan anak-anak miskin kota dari wilayah kumuh, akan bahan bacaan. Dalam skala nasional, ini merupakan langkah untuk menaikkan tingkat literasi negeri ini, yang tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Foto: print.kompas.com
Bidara Cina. Ini sebuah kelurahan di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Di kelurahan ini, ada 16 Rukun Warga (RW). Warga dari tiga RW, yaitu RW 004, RW 005, dan RW 014, direlokasi ke Rusunawa Cipinang Besar Selatan, pada Oktober 2015 silam, karena terkena proyek sodetan Sungai Ciliwung.
Dari 13 RW yang tersisa, ada satu RW, yakni RW 001, yang patut kita catat. Kenapa? Karena, 750 warga di RW tersebut sepakat untuk bangkit melalui dunia literasi, melalui aktivitas membaca dan menulis. Secara edukasi dan ekonomi, sebagaimana dituturkan Ketua RW 001, Ami Burhanuddin, wilayah tersebut dihuni oleh beragam tingkatan. Sebagian warga, termasuk golongan ekonomi menengah ke atas. Mereka bertetangga dengan keluarga dari kalangan ekonomi lemah, yang orangtuanya bekerja sebagai tukang ojek, buruh pasar, bahkan penganggur. Sebagian besar warga yang mendiami RW ini bisa dikatakan berasal dari kalangan ekonomi lemah.
Lemah, Sepakat, dan Terpilih
Kita tahu, masih banyak saudara kita di DKI Jakarta, yang masuk ke dalam kategori kaum lemah. Bukan hanya lemah secara ekonomi, tapi juga rendah secara edukasi. Meski di ibukota ini cukup banyak lapangan pekerjaan, namun saudara kita yang kaum lemah tersebut, tersingkir oleh persaingan. Agar mereka tidak terus-terusan tersingkir, kita sudah sepatutnya berkontribusi, supaya mereka memiliki daya saing. Dalam konteks daya saing ini, pendidikan serta pengetahuan, memegang peranan yang cukup penting.
Di sisi itulah Yayasan Bulir Padi berada. Lembaga yang berdiri sejak tahun 2002 tersebut, fokus pada pendidikan anak-anak dari kalangan ekonomi lemah, anak-anak miskin kota dari wilayah kumuh ringan hingga sedang. Pada Minggu (20/12/2015) lalu, yayasan tersebut meresmikan taman bacaan bernama Pustaka Bulir Padi, di RW 001, Bidara Cina. Saat peresmian, pemain film Ade Fitria Sechan (37) mendongeng di hadapan 40 anak dari RW setempat. Kita tahu, mendongeng adalah salah satu cara untuk mengembangkan fantasi anak-anak, yang kemudian mereka termotivasi untuk membaca.
RW 001 terpilih sebagai tempat didirikannya Pustaka Bulir Padi, karena warga setempat sepakat untuk bangkit melalui aktivitas literasi. Ini merupakan satu-satunya taman bacaan di wilayah tersebut, yang dapat diakses secara gratis oleh 750 warga setempat. Konteks sepakat untuk bangkit ini penting. Karena, menurut Wakil Ketua Yayasan Bulir Padi, Illiana Wijanarko, pihaknya hanya bekerja sama dengan RW, yang warga serta pengurus warganya, memang memiliki inisiatif untuk memajukan warga.
Maka, sudah sepatutnya kita memberikan apresiasi kepada Ketua RW 001, Ami Burhanuddin, serta warga RW setempat, yang telah berinisiatif demi kemajuan warga. Dalam hal ini, melalui aktivitas literasi. Ini juga sekaligus merupakan peluang bagi RW lain di DKI Jakarta, yang berminat serta berinisiatif untuk memajukan warga, melalui ranah pendidikan, khususnya literasi. Inisiatif tersebut, penting. Sebagaimana dituturkan Illiana Wijanarko, program pemberdayaan masyarakat, tidak bisa berjalan satu arah, karena membutuhkan partisipasi total warga.
Partisipasi Warga, Kemajuan Warga
Pustaka Bulir Padi di Bidara Cina itu, didirikan di lapangan serbaguna RW 001, dengan ukuran ruangan 5 meter x 6 meter. Di dalamnya, ada beberapa rak buku setinggi 2 meter. Ada 1.000 lebih bacaan yang tersedia di sana. Anak-anak setempat leluasa memilih bacaan yang mereka suka. Yang mau membaca sembari duduk, tersedia sejumlah bangku plastik. Yang mau goleran pun, silakan. Toh lantai perpustakaan itu sudah dilapisi karpet yang cukup empuk. Atmosfir perpustakaan yang menyenangkan, memang sengaja diciptakan, untuk mendekatkan anak-anak dengan bacaan.
Wakil Ketua RW 001, Ofi Farich Faisal, turun langsung sebagai penjaga perpustakaan. Ia, dengan tatapan berbinar, menyaksikan anak-anak berinteraksi serta bercengkerama dengan bacaan. Sejak diresmikan pada Minggu (20/12/2015) lalu, yang dominan mengunjungi perpustakaan ini adalah anak-anak usia SD dan SMP. Ada juga yang masih duduk di kelas bermain, yang belum bisa membaca. Kelompok usia ini asyik menikmati buku-buku yang penuh gambar warna-warni. Perpustakaan yang dibuka dari pukul 08.00 hingga waktu maghrib tersebut, paling ramai dikunjungi antara pukul 15.00-17.00 WIB.
Dari aktivitas yang terjadi pada Pustaka Bulir Padi ini, kita bisa sama-sama menyaksikan, sesungguhnya warga haus akan bacaan. Saudara kita, yang lemah secara ekonomi dan rendah secara edukasi tersebut, menyantap bacaan dengan lahap. Artinya, mereka memiliki minat baca. Mereka membutuhkan bacaan. Maka, bukan pada tempatnya kita menuduh kaum lemah itu, tidak memiliki minat baca. Barangkali, karena tidak punya daya untuk menjangkau toko buku, mereka selama ini sangat berjarak dengan bacaan.
Kondisi yang demikianlah yang sepatutnya dicermati oleh sejumlah pihak, yang relevan dengan ranah pendidikan, khususnya literasi. Yang juga tercermin pada keberadaan Pustaka Bulir Padi ini, adalah tingginya partisipasi warga. Artinya, orangtua RW setempat, dengan penuh kesadaran, mendorong anak-anak mereka agar dekat dengan bacaan. Pengurus warga juga turun tangan mengelolanya. Kolaborasi antar warga yang sudah positif inilah yang patut dirawat oleh pihak-pihak yang berwenang. Agar, kedekatan anak-anak dengan bacaan, menjadi sesuatu yang berkelanjutan.
Bersama untuk Bersama
Kita sesungguhnya memiliki sejumlah contoh, yang menunjukkan, betapa kebersamaan telah menjadi solusi untuk orang banyak. Pustaka Bulir Padi di Bidara Cina itu, yang diresmikan pada Minggu (20/12/2015) lalu, adalah salah satu contoh. Contoh lain adalah Pustaka Bulir Padi, yang juga dibangun oleh Yayasan Bulir Padi, di Lapangan Rengas, Palmerah, Jakarta Barat, pada Oktober 2013. Di Palmerah ini, program yang sudah berjalan, selain perpustakaan, juga sudah mencakup pemberian beasiswa untuk satu anak di setiap keluarga.
Artinya, dalam tiap keluarga di wilayah tersebut, ada satu anak yang menerima beasiswa. Ini berlaku hingga sang anak lulus SMA/SMK. Jika dalam satu keluarga ada tiga anak, maka ketika sang kakak lulus SMA/SMK, maka penerima beasiswa selanjutnya adalah sang adik. Demikian seterusnya. Dalam penerapannya, Yayasan Bulir Padi bertindak sebagai pemantau, untuk memastikan program-program dijalankan sesuai ketentuan. Karena itulah, inisiatif serta kesungguhan warga dan pengurus warga, menjadi hal yang sangat penting.
Hingga saat ini, lebih dari 500 anak di wilayah kumuh di Jakarta Barat tersebut, telah menerima beasiswa melalui program Yayasan Bulir Padi. Untuk membiayai berbagai program tersebut, yayasan melakukan penggalangan dana dari masyarakat, antara lain, melalui situs crowdfunding kitabisa.com. Situs ini juga menjadi wadah penggalangan dana oleh berbagai komunitas di Kompasiana. Sekali lagi, ini menunjukkan kepada kita, bahwa kebersamaan telah menjadi solusi untuk orang banyak.
Yang juga patut kita catat di sini, pembangunan Pustaka Bulir Padi di Bidara Cina, mendapat dukungan penuh dari Schneider Electric Indonesia. Dan, 1.000 buku yang kini mengisi perpustakaan itu, berasal dari sumbangan para karyawan perusahaan tersebut. Jenis bukunya bervariasi, mulai dari buku pelajaran, komik sains, ensiklopedia, dan cerita bergambar yang memiliki nilai edukasi. Semua ini menunjukkan bahwa ada banyak pihak di sekitar kita, yang peduli pada kemajuan literasi di negeri ini.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 29 Desember 2015
-------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H